Part 9

16.2K 456 13
                                    

Happy reading!

Hari sudah beranjak petang. Burung-burung beterbangan untuk kembali ke dalam sarang. Menghiasi langit jingga yang temaram. Suara ciutan burung yang bersahutan semakin menambah keindahan langit senja. Dira suka memandanginya. Langit senja selalu memberinya ketenangan.

Dira sedang berdiri di balkon rumahnya. Menikmati kegiatan rutin yang selalu dilakukannya. Memandangi keindahan matahari terbenam. Dira selalu meluangkan waktunya untuk menyaksikan karunia Tuhan yang selalu membuatnya kagum tersebut. Bahkan tanpa sadar ia sudah menjadikan kegiatan ini menjadi salah satu hobinya.

Dira masih memandang langit dalam diam. Tak ada suara lain selain suara burung dan kendaraan yang berlalu lalang. Dalam keheningan tersebut, Dira kembali memikirkan pernikahannya. Ia sekarang sudah resmi menjadi istri orang. Ia bukan lagi seorang remaja yang bebas tanpa terikat status. Ia sudah memiliki tanggung jawab lain. Yaitu menjadi seorang istri. Dira tidak pernah membayangkan hal ini sebelumnya. Menikah di usia semuda ini. 16 tahun. Kalian bisa bayangkan betapa gilanya ini. Dan betapa gilanya dirinya yang menerima pernikahan tersebut.

Dira menggeleng sembari menghela napas. Tak ada gunanya ia menyesal sekarang. Toh, ia tidak bisa mundur lagi. Tidak mungkin kan ia meminta cerai saat ini. Ia tidak mau jadi janda. Prinsipnya adalah menikah sekali seumur hidup. Dan ia akan selalu memegang prinsipnya tersebut. Jadi yang harus ia pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya untuk mempertahankan pernikahan yang tidak berlandaskan cinta ini agar bisa bertahan.

"Dira." Dira menoleh ke belakang dan mendapati Vino yang sedang berdiri di ambang pintu dengan pakaian santai miliknya. Dira sedikit tertegun. Hanya dengan mengenakan celana pendek selutut dan kaos putih saja ia masih terlihat tampan. Dira mengerjap, sepertinya pikirannya mulai melantur kemana-mana. Tapi Vino memang terlihat tampan dan err... sedikit sexy.
Apaan sih! Dira ingin memukul kepalanya yang mulai korslet.

Vino beranjak mendekat, berdiri di samping tubuh Dira yang terdiam kaku. Ia mengikuti Dira yang sudah kembali menatap langit di depan sana. "Saya tahu kamu terpaksa menikah dengan saya." Vino membuka pembicaraan tanpa menoleh pada Dira.

"Tapi bagaimana pun juga saat ini kamu sudah menjadi istri saya. Kamu sudah menjadi tanggung jawab saya." Vino diam sejenak kemudian kembali melanjutkan. "Saya  tidak akan memaksa kamu untuk ikut dengan saya. Saya tahu jika kamu belum siap untuk meninggalkan keluarga dan teman-temanmu disini. Saya juga tidak akan melarang bila kamu masih ingin melanjutkan sekolahmu disini. Tetapi, saya ingin kamu bisa menerima saya sebagai suami kamu. Saya ingin kita memulai hubungan ini dari awal. Saya ingin hubungan ini bisa berakhir bahagia seperti pernikahan yang lainnya."

Vino beralih menghadap Dira seutuhnya. "Jadi, apa kamu setuju untuk memulai ini semua dengan saya?" Tanya Vino penuh harap namun masih dengan nada tenangnya. Dira tak langsung menjawab. Ia ikut menghadap ke arah Vino kemudian sedikit mendongak untuk menatap Vino tepat di matanya.

"Saya telah menjadi istri anda itu berarti saya telah menerima anda untuk menjadi suami saya. Itu juga berarti bahwa saya telah menerima anda untuk masuk dalam kehidupan saya, termasuk untuk mencampuri segala hal tentang saya, termasuk juga menjadi bagian dari keluarga saya. Jadi, perlukah anda bertanya apa jawaban saya?" Dira mengakhiri perkataannya dengan sebuah pertanyaan retorik yang mau tak mau membuat Vino tersenyum simpul saat mendengarnya.

"Jadi, bisakah kita memulainya dengan aku-kamu?" Vino kembali bertanya untuk meminta persetujuan tentang cara memanggil mereka agar terdengar lebih akrab. Jika mereka memang ingin menjadi lebih dekat, bukankah mereka harus mengubah cara mereka dalam memanggil satu sama lain terlebih dahulu?.

Mengerti akan maksud dari pertanyaan Vino, Dira mengangguk tanpa perlu berpikir lagi. Ya, mereka memang harus mulai mendekatkan diri dan juga mulai berusaha mengenali diri pasangan. Jika tidak seperti itu, bagaimana mereka bisa memulai membangun hubungan sebagai suami istri?.

Young MarriageWhere stories live. Discover now