LIMA BELAS

46.9K 3.1K 52
                                        

Sambil nunggu Perancis lawan Belgia. Kalian ada yang nonton FIFA World Cup 2018? Dukung Perancis apa Belgia? Aku Perancis doong!

***

           

Kamu mau ketemu Gio? Kebetulan weekend nanti aku akan ajak Gio ke Dufan.

Itu ajakan Javas setelah kami bicara panjang lebar. Kami memutuskan melanjutkan hubungan ini dengan tetap hanya orang-orang terdekat kami saja yang tahu. Javas menawarkan aku bertemu dengan Gio. Aku iyakan karena aku juga ingin mengenal Gio. Jumat malam Javas ijin pulang lebih cepat untuk langsung berangkat ke Bandung.

"Hai," sapaku pada Javas melalui telepon.

"Hai," katanya. "Belum tidur?"

"Belum. Aku tunggu kamu sampai di Bandung dulu. Nanti aku tidur. Udah sampai mana?" Aku duduk di tempat tidur dan memainkan kabel charger yang tadi kupakai.

"Lagi di rest area kilometer 72. Sebentar lagi," kata Javas.

"Jadi nginep di rumah Girindra?"

"Iya. Lagian di rumah dia lebih deket ke rumah Indah. Wisnu jadi berangkat ke Bali ternyata,"

Aku mengangguk. "Begitu nyampe, langsung istirahat ya. Besok kan nyetir lagi ke Jakarta."

"Iya. Ya udah aku jalan lagi setelah beli kopi ini. Kamu tidur juga,"

"Oke. Kabari kalau sudah sampai ya,"

Aku kembali berbaring di tempat tidur. Menyalakan volume TV yang menemaniku menunggu Javas memberikan kabar bahwa dia sudah sampai di rumah adiknya.

Sekitar pukul 9 malam akhirnya Javas mengabari bahwa dia sudah beristirahat di rumah Girindra. Kukirimkan ucapan selamat beristirahat dan aku pun tertidur.

***

Aku menunggu di pintu masuk Dufan dengan perasaan sedikit gugup. Javas bilang dia dan Gio sudah sampai di tempat parkir. Dalam hitungan menit, aku akan bertemu dengan anak dari pacarku. Entah aku harus bersikap seperti apa.

Tanganku memegang tali tas dan menggerakannya tak teratur. Berat badaku kutumpukan bergantian di kaki kanan dan kaki kiri. Sesekali aku mengipas dengan tangan padahal aku berdiri di tempat teduh dan rambutku kuikat tinggi.

Bertemu seorang anak usia 7 tahun saja membuatku gugup.

Akhirnya mereka muncul. Dari jauh aku sudah bisa melihat Javas tersenyum lebar. Di sebelahnya berjalan seorang anak laki-laki yang melompat-lompat. Wajahnya sangat mirip Javas, kecuali kulitnya yang lebih gelap. Perlahan aku mulai tersenyum.

"Lama?" tanya Javas saat dia dan Gio sampai.

"Nggak," aku menggeleng.

"Nah Gio, ini Cadenza. Cadenza, ini Gio," Javas memperkenalkan kami.

"Hai Gio, aku..."

"Tante pacarnya Ayah?" tanya Gio langsung.

"Hah?" Aku bengong. Menatap Javas yang seperti menahan tawa. Pertama karena memanggilku tante. Kedua karena langsung menyebutku pacar Ayahnya.

"Soalnya Ayah bilang mau ajak seseorang spesial buat dikenalin," kata Gio santai. Keningnya sedikit berkerut saat dia menatap Ayahnya.

"Oh, gitu,"

"Temen-temen di sekolah sih bilang kalau yang spesial itu katanya pacar. Terus kalau Ayah punya pacar berarti nanti aku punya ibu tiri. Terus katanya ibu tiri galak," Gio mengangkat bahunya lalu meninggalkan aku. "Ayo, Yah. Aku mau main,"

I Could Get Used To You - END (CETAK & GOOGLE PLAY)Место, где живут истории. Откройте их для себя