2

4.9K 89 8
                                    

Sekarang jam menunjukan pukul 5.20 dan gue masih guling-gulingan di tempat tidur. Arah pandangan gue masih sedikit kabur, kalau kata orang-orang nyawa nya masih setengah.

Dengan langkah mager gue maksa jalan ke kamar mandi. Sekitar 15 menitan gue masih ngelamun, bercermin atau sekedar jalan-jalan di dalam kamar mandi. Intinya hari ini gue belum siap buat mandi dan pergi ke sekolah.

Jam 6.13 gue baru keluar dari kamar mandi dengan tubuh masih bergetar karena dingin nya air. Setelah itu gue keluar kamar dengan semua perlengkapan MBS.

"Tumben kamu mandinya lama Mi?" tanya Bunda yang sedang meletakkan sepiring nasi goreng di meja makan.

"Siapin perlengkapan MBS sampai jam 11 an Bun."

"Sehari lagi kok Mi, semangat dong!" katanya menggebu-gebu.

"Aku berangkat sekarang deh Bun, takut telat."

Bunda membuka pintu lalu berkata, "Makan dulu dong Mi... Oh, Bunda tahu kamu mau pura-pura pingsan terus di tangkep sama senior ya?"

"Bunda drama banget deh, tapi ide bagus juga tuh Bun." kata gue sambil ngusap-usap dagu.

Sejujurnya jarak sekolah dan rumah gue itu cuma ngesot. Mungkin nggak sampai 10menit sudah sampai. Tapi, emang gue nya aja yang ke rajinan berangkat ke sekolah nggak sarapan padahal masih ada waktu.

****

"Nah, ayo pada keluar istirahat. Yang mau minta tanda tangan juga boleh." kata salah satu senior.

Gue anterin Ara ke toilet, biasa problem Ara kalau jam istirahat pasti ke toilet. Gue curiga dia lebih seneng ke toilet dari pada ke kantin.

"Kak, tanda tangan dongggg," teriak segerombolan cewek-cewek ke Kak Tara. Ini pada mau minta tanda tangan apa mau minta di peluk sih pake histeris gitu segala.

Selesai dari toilet, gue dan Ara langsung berburu tanda tangan. Karena peserta MBS bukan cuma gue, Ara dan segerombol cewek-cewek histeria itu, hari ini gue cuma dapet 9 tanda tangan.

Bisa di bayangin koridor deket kelas X dari ujung ke ujung penuh sama peserta yang wara-wiri minta tanda tangan dan asik nyanyi-nyanyi buat nyelesain games.

"Ini kenapa sih pake games segala kan gue malu," gumam gue yang gue yakin 2 orang di sebelah kanan Ara pasti bisa mendengarnya.

"Masuk kelas ya semuanya," kata Kak Saena sambil menggiring peserta masuk ke kelas masing-masing seperti menggiring bebek ke kandangnya.

"Oh iya, hari ini kita anak OSIS dan MPK mau sosialisasi ke kalian tentang kegiatan kita masing-masing," kata Kak Wiki.

Setelah panjang lebar Kak Dewa ngejelasin tentang kegiatan dia dan senior yang lain di OSIS, gue jadi ada niatan buat ikut OSIS tapi kayaknya bakal ribet, dalam artian gue nggak yakin gue bakal lolos seleksi.

Selain gue naksir blazer nya, salah satu alasan gue mau masuk organisasi karena rata-rata banyak cogan nya. Klasik abis alesan gue. Ya siapa sih yang bakal mundur dapet pemandangan bagus? Astagfirullah.

"Besok jangan pada lupa buat bawa surat dan bunganya ya," kata Kak Farhan. Mungkin hari ini gue udah mulai terbiasa sama tampang songong dan cara ngomongnya Kak Farhan yang kesannya ngajakin ribut.

"Ada yang belum dapet tanda tangan saya?" tanya Kak Farhan, gue bingung segalak dan sesongong nya Kak Farhan gue berani dan mau minta tanda tangan nya dia.

"Coba liat papannya...," katanya dan membolak-balikan papan tanda tangan gue mencari kolom tanda tangan punya dia yang sebelumnnya sudah terisi, "... Kamu udah ya. Nama kamu siapa?"

"Nami Kak," jawab gue sambil tersenyum. Kak Farhan hanya mengangguk dan pergi ke meja sebelah.

Kalau bukan senior udah gue cuekin dari kapan tahu deh. Batin gue.

"Pokoknya besok papan tanda tangannya harus udah penuh ya. Minta sama senior nya jangan malu-malu," kata Kak Farhan datar.

"Iya Kak."

Selesai senior men-sosialisasi, peserta MBS boleh pulang. Masih ada 12 kolom tanda tangan yang masih kosong. Sebelum pulang gue dan Ara memutuskan cari beberapa senior buat dimintaain tanda tangan.

"Kamu nggak sholat Mi?" tanya Kak Saena yang melihat gue duduk di lantai sambil nungguin Ara yang lagi sholat.

"Lagi nggak Kak," jawab gue.

"Kalau gitu, aku minta tolong ya. Tolobg kamu panggilin si Eca ya. Bilang di panggil Bu Nova," kata Kak Saena lalu menaiki tangga ke lantai 2.

Terpaksa gue ninggalin Ara yang lagi sholat.

"Kamu nggak pulang?" tanya Kak Wiki yang kebetulan ketemu di tangga.

"Eh, Kakak. Nggak Kak, mau cari Kak Eca dulu. Kakak liat Kak Eca nggak?" jawab gue.

"Tadi sih nggak liat. Mau ngapain?"

"Kak Eca di panggil Bu Nova Kak."

"Oh yaudah, pulang ya. Jangan lupa besok bawa surat sama bunga nya," kata nya sambil tersenyum. Entah senyumnya Kak Wiki kali ini bagaikan angin yang menyejukan hati. Gue juga bisa ngerasain panas yang menjalar ke telinga gue.

Setelah nanya-nanya ke beberapa senior yang lain, akhirnya gue bisa nemuin Kak Yesa yang lagi melamun.

"Kak, kata Kak Saena Kakak di panggil Bu Nova," kata gue.

Hening nggak ada jawaban.

"Kak?" kata gue lagi sambil mengkibas-kibaskan tangan gue didepan wajah Kak Yesa.

"Eh? Kenapa?" tanya nya bingung ngeliat gue.

"Itu tadi kata Kak Saena, Kak Eca di panggil Bu Nova,"

"Oh, makasih ya. Kamu belum pulang?"

"Ini Kak...," gue melihat Kak Yesa yang sekarang lagi ngelirik gue dengan penuh tanda tanya, "Aku minta tanda tangan dong hehe," kata gue lagi sambil mengangkat papan tanda tangan.

Akhirnya Kak Yesa ngasih tanda tangannya secara cuma-cuma alias nggak pakai game segala.

"Kamu anak DramKor ya?" tanya nya sambil menyerahkan papan tanda tangan ke gue.

"Makasih Kak Ecaaa. Iya Kak."

"Nama kamu siapa?"

"Nama aku Nami Kak, panggil Ami juga boleh."

"Makasih ya Ami. Aku ke Bu Nova dulu ya," katanya berjalan ninggalin gue masih dengan senyumannya.

Ara lari-lari kecil menghampiri gue. "Lo kemana sih?" tanyanya.

"Pulang yuk. Gue mau siapain surat sama bunga buat besok nih," kata gue dengan tampang nyegir.

"Tanda tangannya gimana dums?"

"Alay nya kumat deh. Udah besok aja. Yuk! gue capek banget nih," kata gue berjalan pergi ninggalin Ara yang bengong.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Hai hai!~

Gimana ceritanya?
Lanjut nggak nih?

Terima Kasih buat yang udah baca :)

(Insyallah) To Be Continued...

Cerita Cinta Klasik Anak SMAWhere stories live. Discover now