3

5.1K 101 26
                                    

Pagi ini gue bangun lebih cepat dari biasanya. Gue baru menyelesaikan surat untuk senior pagi ini. Genre surat nya sih bebas mau surat cinta kek, keluhan kek ya pokoknya teserah.

"Lho kok bawaanmu banyak sekali Mi?" tanya Bunda sambil memegang backpack yang gue bawa.

"Tadi sore pas pulang, aku baru baca perlengkapan yang harus dibawa. Lihat Bun, semua senior sama aja, mau ngeliat junior nya repot," kata gue yang memperlihatkan isi di dalam backpack gue. Baru kemarin di puji-puji ternyata gue di suruh bawa makanan yang serba clue-an begini.

"Toh, syukurin aja, nanti kamu kangen lho."

"Aku sampai pusing Bun mikir clue-clue yang di kasih sama senior nya. Kecebong di bumbuin lah," kata gue sewot sambil menunjukan kotak bekal yang sudah diisi tumis toge. Untung aja kemarin gue baca nya pas mau pulang jadi sempet mampir ke warteg depan komplek.

"Jangan lupa surat sama bunganya, nanti di kerjain senior lho."

"Pasti dong, Bun. Surat dan cokelat untuk senior tercintaah quuh," kata gue dengan nada lebay khas Ara bermaksud meledek. Sejujurnya gue nggak tahu mau kasih surat dan cokelat itu untuk siapa.

Setelah pamit sama Bunda, gue berangkat ke sekolah. Padahal belum sampai sekolah, tapi hati gue udah bikin konser duluan. Dagdigdug.

***

"Kenapa lo Mi? Pagi-pagi udah nyengir aja, kering entar gigi lo," kata Ara yang sibuk memperhatikan gue.

"Rusuh aja sih Lo, Ra." kata gue sewot. Kejadian senyum mempesona Kak Wiki kemarin, sukses buat gue terlihat idiot di depan Ara.

"Lagian pagi-pagi udah nyengir aja Lo. Minta tanda tangan yuk! Stress nih gue mikirin papan tanda tangan belum keisi semua," katanya sambil menunjuk-nunjuk ke papan tanda tangan miliknya.

"Semangat amat sih neng. Kan sudah dapet tanda tangannya Kak Farhan." kata gue sambil mentoel-toel pipi Ara yang sekarang sudah mengembung.

"Idih." jawabnya singkat.

"Halah, mau modusin Kak Farhan kan lo?"

"Please ya, Mi. Kalo ngomong sama dia aja berasa ngomong sama ketek. Mukanya asem, senyum kek gitu sekali-kali."

Ara emang paling sebel sama cowok yang kelewat cuek, contohnya Kak Farhan. Jangankan Ara, gue juga males kalo di suruh ngobrol sama Kak Farhan.

"Ra, kayaknya hari ini tanda tangannya ngeborong deh. Perkelompok gitu nggak sih?" kata gue sambil menunjuk-nunjuk kerumunan yang terlihat jelas di depan gue. Menurut seseorang yang Ara tanyai tadi, setiap kelompok akan games bareng-bareng.

"Gitu kek dari kemarin kan cepet jadinya," kata Ara sewot.

"Tapi games nya sesuai sama senior nya lho. Kalo ada 2 orang senior, ya 2 kali games nya dan begitu seterusnya."

"Sama aja dong. Bete."

"Udah yuk!" kata gue sambil menarik Ara ke dalam kerumunan. Terlihat di ujung lorong ada 5 orang yang sedang menyebutkan isi dari Pasal Senior sambil hormat.

Setelah menaruh tas di kelas, gue dan Ara ikut nimbrung ke beberapa kelompok dengan membawa papan tanda tangan.

"Kak mau ikutan dong," kata gue sambil menyerah kan papan tanda tangan yang langsung di sambut meriah Kak Tara.

"Saya kasih tantangan individual ya," kata Kak Dewa yang kebetulan satu tim sama Kak Tara.

Tinggal gue dan Ara. "Kamu minta no nya Kak Saena...," katanya menunjuk ke arah Ara, lalu dia menunjuk gue, "... Terus kamu, sebutin nama panjangnya Kakak ini." lanjut nya dan menunjuk ke seseorang di sebelahnya yang entah siapa senior itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 20, 2015 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cerita Cinta Klasik Anak SMAWhere stories live. Discover now