#19

823 123 11
                                    


"SUDAH telepon orang rumahmu?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"SUDAH telepon orang rumahmu?"

"Ah, ha'i. Arigatou.."

"Ah, tidak masalah, ayo duduklah disini!"

Hinata melangkahkan kakinya mendekati si cantik yg Hinata ketahui bernama Ino yang duduk di sofa setelah meletakkan secangkir ocha hangat untuknya.

Hinata memilih duduk di single sofa yang berhadapan dengan pria berambut merah dan Ino.

"Bajumu masih lama keringnya. Kita ngobrol dulu ya..."

"A-aku jadi tidak enak merepotkan kalian.." ujar Hinata.

"Ehh,, kamu kan basah kuyup gara-gara aku. Jadi, tidak usah merasa merepotkan.. Lagi pula aku tidak merasa direpotkan.." sanggah Ino kemudian tersenyum

Hinata balik tersenyum walaupun terkesan kaku, dalam hati tak henti-hentinya Hinata memohon ampun pada Tuhan, karna bagaimana pun ia telah berbohong.

Padahal, tadi ia terjatuh bukan karna Ino menabraknya. Tapi, karna kecerobohannya sendiri.

Aduh, bagaimana ini?

Aku jadi merasa tidak enak...

Tapi,, kalau aku bilang yang sejujurnya...

Aku maluu...!!

Kami-sama, maafkan aku...

"Oh iya, kami kan belum memperkenalkan diri.."

Suara Ino menarik Hinata dari lamunannya. Hinata memfokuskan atensinya pada Ino yang berbicara.

"Kenalkan, namaku Yamanaka Ino.. Dan dia, adalah Akasuna Sasori."

"Kami berdua bekerja di perusahaan Papanya Sasuke-kun sebagai editor." ujar Ino.

"Lalu, ibunya Sasuke-kun, Mikoto-baachan itu, senior kami, di Uchiha Corp." sambung Ino.

"Plus, kami jadi mak comblang mereka berdua." sahut Sasori.

"Mak comblang? Mereka berdua?"

Hinata benar-benar bingung sekarang. Percakapan ini membuat kepalanya yg basah semakin pusing.

"Lho, kamu tidak tahu ya?"

Hinata hanya menggeleng kepalanya lemah.

"Karena sudah terlanjur bilang.. Sekalian saja ya?"

Sasori menatap Ino yang ada disampingnya. Ino yang ditatap tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya pertanda setuju.

Sasori menghembuskan napasnya pelan, seakan cerita yang akan ia keluarkan dari bibirnya itu seolah beban yang benar-benar berat.

𝘔𝘳. 𝘍𝘳𝘪𝘥𝘢𝘺, 𝘞𝘩𝘰 𝘈𝘳𝘦 𝘠𝘰𝘶?Where stories live. Discover now