Upacara

326 61 85
                                    

Membuat karya itu nggak mudah, jadi tolong hargai cukup dengan memberi vote.

***

Matahari sudah semakin terik, tapi kepala SMA 28, Pak Tulus, masih asyik berbicara di depan para siswa. Tak peduli seberapa banyak siswa yang memilih mengabaikannya, Pak Tulus tetap melanjutkan pidatonya. Beberapa siswa mulai ricuh, ada yang berjongkok, ngusilin tangan temen yang lagi istirahat, sampai membubuhkan cap sepatu pada pantat teman.

Deka dan Ratu sedang asyik menggelitiki Syanin yang berbaris diantara keduanya. Sampai-sampai kepala Deka terkena lemparan jumroh dari Pak Samsudin. Kemudian punggung Ratu juga kena. Keduanya kompak berbalik untuk mengawasi posisi Pak Samsudin. Sayangnya yang mereka lihat hanya beberapa anak PMR yang berbaris di belakang.

"Pak Sam ilang woy." Ucap Ratu

"Alah paling ke barisan kelas X." Ucap Deka

"Dasar itu guru satu, belum pernah gue tempeleng sih ya." Ucap Ratu kesal

"Ciluk ba!" Seru Pak Sam

Ternyata Pak Sam bersembunyi di balik siswa-siswa bertubuh tinggi. Ratu langsung kicep, berharap Pak Sam tak mendengar ucapannya tadi. Deka selaku komplotan Ratu, juga ikut cemas. Pak Sam menarik keduanya ke belakang. Ratusan mata tertuju pada mereka. Melihat Ratu dan Deka dihukum lebih asyik daripada mendengarkan ceramah Pak Tulus. Begitu juga dengan anak-anak PMR yang ikut menatap mereka, dan sejak kapan Hima jadi PMR? Deka berusaha menutupi wajahnya dengan topi, tapi Bu Afah -guru terjudes- menaikkan topi Deka agar semua anak bisa melihat wajah Deka.

"Mau gantiin Pak Tulus di depan?" Hardik Bu Afah

Deka hanya menggelengkan kepala sambil mengalihkan pandangannya dari Bu Afah.

"Nggak sopan banget kamu ini, yang ngomong disini hadepnya kemana." Ucap Bu Afah

"Saya perhatiin kalian ini ngomong mulu daritadi. Terutama kamu, pake mau nempeleng saya, berani kamu?!" Bentak Pak Sam

"Nggak lah, saya kan cuma berani nyinyir." Jawab Ratu jujur

"Jangan-jangan kamu admin lambe nyinyir ya?" Tanya Pak Sam masih sempat bercanda di sela-sela ketegangan ini.

Deka tak bisa menahan tawanya, ya gitu kalo orang receh ketemu sesamanya. Pak Sam dan Deka lantas tertawa bersamaan. Bu Afah berdehem keras, menyadarkan Pak Sam agar kembali mendalami peran sebagai guru killer. Pak Sam memasang tampang serius lagi.

"Saya kasih poin ya?" Tanya Pak Sam

"Jangan lah, Pak. Kita janji akan mematuhi peraturan sekolah." Ucap Ratu

Deka mengangguk menyetujui.

"Halah pret, cuma suruh niruin janji siswa aja kalian nggak mau kan?" Ucap Pak Sam bak cenayang.

"Wah, keren! Pak Sam bisa baca pikiran ya?" Tanya Deka

"Iyalah, makanya saya tau kalian ngomongin saya tadi." Ucap Pak Sam

"Bapak kan nguping dari belakang." Ucap Ratu

Pak Sam memasang tampang galaknya lagi. Ratu sih, harusnya kan iyain aja biar Pak Sam senang. Siapa tau kalau moodnya membaik, poin mereka jadi berkurang. Sayangnya hanya Deka yang mempunyai pikiran seperti itu, dan Ratu tetap pada pendiriannya.

"Emang susah bicara sama anak tiktok, udahlah saya nggak mau lagi ngomongin kemampuan saya dalam membaca pikiran." Ucap Pak Sam

"Lah itu ngomong lagi." Ucap Ratu ngajak gelud

"Dasar murid satu ini, belum pernah dikagetin bersinnya saya sih. Udah deh, langsung saya catat aja—"

Pak Sam kemudian mengeluarkan lembaran kertas berwarna kuning untuk mencatat poin mereka.

Insane #Wattys2019Where stories live. Discover now