TUJUH - Extra Part

33 1 0
                                    


.

.

A/N : Please play the song while you read this, I hope the song'll fit this chapter.

.

.

"Apa aku sudah temukan gadis yang kuminta?" felix bertanya pada sekertarisnya itu, mencoba mencari tahu apakah apa yang akan dipikirkannya ini akan terjadi.

"Belum, aku belum menemukan yang cocok."

"Bagus, aku rasa aku punya ide gila." Ia memiringkan kepalanya. "Dan ideku ini akan membuatku benar - benar terbebas dari penyirhir gila itu."

Ia tersenyum miring masih dengan matanya yang menatap pintu kamar tris. Maggie menyadari hal itu, tak mungkin jika....

"Gadis itu, bisa membantuku." Ia beralih menatap Maggie. "Bagaimana menurutmu?"

"Well, aku rasa itu akan baik - baik saja, ia lumayan cantik, dan sepertinya tidak ada niat jahat untukmu."

"Besok pagi, kita akan pergi ke butik. Aku akan pilihkan pakaian untuknya. Tugasmu adalah mengubahnya menjadi ratuku. Berikan sihirmu sebaik mungkin, buat aku tidak menyadari bahwa sihirnya akan hilang jauh sebelum tengah malam."

Ia tersenyum, dan meninggalkan Magg sendirian. Magg yang melihatnya terkejut. Pria dingin itu tersenyum? Tersenyum padanya? Walaupun ia sering tersenyum dihadapannya, tapi bukan senyum macam itu yang ia tunjukan.

Terlihat sama sekali berbeda. Ini aneh, menurut Magg.

Sepertinya ia sudah tersihir, bahkan sebelum ia memulai sihirnya. Magg yang melihatnya tersenyum, sepertinya akan ada putri yang mencairkan hati beku milik pangeran tampan.

***

Toko pakaian,

Tris keluar dari ruang ganti, tangannya telihat mencoba menutupi bahunya yang terbuka, felix terdiam, ia tidak bisa berkata apapun saat melihat tris, bahkan ia tak sadar sudah memandangi gadis itu sangat lama.

.

.

.

\\\ SHORTCUT ///

.

.

.

"Kenapa? Kau bilang kau menyukainya?"

"Tidak jadi, jika ini untukku aku tidak jadi menyukainya. Ini terlalu terbuka." Ia menggeleng - gelengkan kepalanya menolak, tingkahnya menggemaskan pikir felix.

'Sadarkan dirimu felix! Ia hanya boneka kayu milikmu yang baru' katanya dalam hatinya begitu sadar pikirannya sedang mempermaikannya.

"Ganti dengan yang lain." Titahnya, tris hanya mengangguk dan kembali masuk ke ruang ganti. "Simpan yang itu untukku." Ucapnya pada pegawai yang sedang berada di sebelahnya.

"Kau tetap mengambilnya tuan? Meskipun ia berkata ia tidak mau?" ia bertanya bingung, jelas karena ia mendengar gadis itu menolak.

"Tentu saja, aku tidak menerima penolakan."

"Baik tuan." Ia tersenyum kemudian kembali berkata, "Kau pintar memilihkan pkaian untuknnya tuan, baju-baju itu akan sangat cantik jika dipakai olehnya. Tapi dia memanggilmu dengan sebutan 'tuan' apa dia bukan kekasihmu, sepertinya bukan tampilannya sangat lusuh tadi, atau.." pelayan itu terdiam seketika saat melihat felix menatapnya tajam.

" Aku kemari utnuk membeli pakaian, bukan mendengar ocehanmu." Tatapannya yang dingin membuat pegawai itu menunduk takut.

"Maaf tuan."

a-NOT-her Cinderella Story | on going |Where stories live. Discover now