13-Pertahankan (Yusuf Alvero Abraham) / Revisi

8.3K 397 1
                                    

Happy Reading, 😊


Kini aku terbangun dari tidurku setelah jam satu tadi malam aku baru sampai di Kalimantan. Kemarin aku berharap Tasya mau ikut pulang bersamaku, tapi dia menolak. Kurasa dia masih ragu dan masih ingin memantapkan hatinya. Dan memang benar yang ia katakan, aku memang harus benar-benar mencintainya agar aku juga tidak mempermainkan perasaannya nantinya.

Seketika lamunanku terbuyarkan karena teriakkan Reyhan diluar sana. Ya Tuhan aku tau Reyhan pasti akan menanyakan mamanya. Dan benarkan Reyhan sekarang menanyakan Tasya.

“Papa, mama tidak sayang Reyhan ya?” Tanyanya.

“Hey, kenapa ngomong begitu? Mama sangat sayang dengan Reyhan.” Kataku sambil membelai rambutnya.

“Kalau mama sayang sama Rey, kenapa mama tidak ikut pulang dengan papa?” Tanyanya lagi.

“Sayang mama belum bisa pulang kesini. Disana mama juga belajar, belajar untuk menjadi ibu yang baik untuk Rey.” Kataku memberi penjelasan padanya.

“Tapi Rey kangen sama mama, Rey ingin ketemu mama pa.” Rengeknya.

“Oke papa ambil handphone dulu ya, kita video call mama sekarang.” Kataku membujuknya. Dan kini anakku kembali tersenyum.

“Baiklah.” Katanya.

Aku pun kemudian men-video call Tasya, bukan aku sebenarnya tapi Reyhan karena Reyhanlah yang berbicara dengan Tasya. Tidak lama mereka bervideo call karena Reyhan meminta Tasya untuk segera mandi. Bisa kulihat wajah malunya, karena aku juga menanggapi pembicaraan mereka tadi. Aku juga bisa melihat Tasya karena aku berada tak jauh dari Reyhan namun Tasya tak dapat melihatku karena layar hanya bisa menangkap wajah Reyhan.

Aku masih tertawa sedari tadi setelah Reyhan menutup video callnya dengan Tasya. Masih teringat jelas wajah lucunya yang menggemaskan ketika Reyhan mengatainya kalau bekas air liurnya masih menempel di pipinya. Bahkan  tidak cuma aku yang tertawa namun Reyhan juga tertawa dan kelihatan sangat senang. Dan baru kali ini aku melihat Reyhan tertawa bahagia seperti ini. Kemudian tawa kami terhenti ketika ibuku datang menghampiri kami.

“Ehh ini tumben-tumbennya anak sama bapak ketawa bareng.” Kata ibuku.

“Mama itu nek lucu sekali jam segini baru bangun dipipinya juga masih ada bekas air liurnya.” Kata Reyhan menjelaskan kepada ibukku.

“Beneran sayang? Duh kayaknya cucu nenek bahagia banget habis video call dengan mamanya.” Kata ibuku kepada Reyhan.

“Iya dong nek, sayangnya mama tidak ikut pulang dengan papa.” Katanya dan kini raut wajahnya kembali sedih. Namun ibuku kembali meyakinkannya lagi.

“Sabar ya sayang, nanti mama pulang kok. Disini juga masih ada nenekkan. Oh iya, Rey main dulu ya nenek mau bicara berdua sama papa.” Ucap ibuku.

“Oke nek.” Katanya kemudian meninggalkanku dan ibu.

“Giliran aku deh sekarang kena introgasi ibu.” Batinku.

“Ver, ibu mau ngomong sama kamu.” Ucapnya padaku.

“Iya bu, mau ngomong apa?” Tanyaku.

“Apa kamu yakin dengan perempuan itu?” Tanyanya.

“Vero akan mencoba yakin dengannya bu.” Jawabku.

“Jangan hanya mencoba Ver, lihat tadi Reyhan begitu bahagia. Dan apa perempuan itu.. siapa namanya?” Tanya ibuku.

“Tasya bu.” Jawabku.

“Ya Tasya, apa dia tidak keberatan dengan ini semua? Ibu takut nanti dia terbebani dan tersakiti dalam keadaan ini begitu pula dengan Reyhan, ibu khawatir Reyhan juga ikut terkena dampaknya nanti.” Ujarnya.

Mr Airplane [Complete/Revisi]Where stories live. Discover now