FWB - 38

3.4K 415 346
                                    

Chapter Thirty Eight : Parent Side

Dibasecamp ini, terdapat lima buah kamar. Empat di antaranya berada di lantai duadan disusun berjejer. Sementara satu lagi berada di lantai pertama. Bisa dikatakan, ini cukup aneh karena mereka memiliki banyak kamar untuk tempat yang bahkan tidak merekatinggali.    

Aku membawa Jinri pada satu-satunya kamar yang berada di lantai pertama. Matahari sudah mulai terbit, dan itu berarti aku benar-benar telah melewatkan waktu tidurku karena kejadian ini. Tak ada yang bisa disalahkan, apalagi aku bukan satu-satunya yang tidak tidur. Tapi Jinri, Seulgi, Seungwan, bahkan Sehun juga ikut tidak tidur. Tapi berhubung ini hari minggu, tak ada salahnya untuk mengganti waktu tidur pagi ini. Walaupun yang akan tidur sekarang bukan diriku, melainkan Jinri. Ini semua dikarenakan Sehun yang ingin langsung membawaku ke apartemennya setelah ini.

"Soojung, ada yang ingin kutanyakan padaku." Perkataan tiba-tiba Jinri itu membuatku mengurungkan niat untuk meninggalkan ruangan. Aku kembali berjalan mendekat, dan duduk di hadapannya yang bersandar di kepala ranjang. "Dan aku minta kau menjawabnya dengan jujur." Tiba-tiba, aku merasa takut kalau Jinri akan menanyakan pendapatku tentang siapa pelaku dari kejadian ini. Bagaimana aku bisa menjelaskan tentang Kris padanya?

"Sejauh apa hubunganmu dengan Sehun?"

Aku benar-benar tak menduga pertanyaan Jinri yang satu itu. Kupikir dalam situasi seperti ini, Jinri tak akan menggubris kedekatanku dan Sehun tadi. Tapi ternyata, aku harus kembali diintrogasi olehnya tentang hubunganku dan Sehun untuk kesekian kali.

"Kenapa kau tiba-tiba menanyakannya lagi?" tanyaku balik. Sejujurnya, aku tidak tahu harus merasa senang atau kesal karena Jinri lebih memilih topik ini daripada topik tentang teror di kamar kami.

"Karena aku melihat kemasan obat pencegah kehamilan di tempat sampah kita, dan aku tak merasa pernah membelinya."

Tubuhku menegang. Sedikit banyak, aku merutuki kebodohanku sendiri yang lupa untuk membuang kemasan kosong pil pencegah kehamilan itu di tempat lain. Kalau sudah begini, apa yang harus kukatakan pada Jinri?

"Soojung, aku bersumpah aku tak akan menghakimi hubungan apapun yang kau miliki dengan Sehun. Aku hanya ingin tahu yang sebenarnya, itu saja." Jinri berkata lagi. Dia sepertinya paham apa yang membuatku ragu untuk mengatakan yang sejujurnya padanya.

Aku menghembuskan napas sebelum bertanya, "Kau tahu istilah Friends with Benefits?"

Ketidakjelasan hubungan kami sekarang membuatku memilih jenis hubungan yang kami miliki sebelumnya itu untuk diceritakan pada Jinri. Lagipula, bukankah hubungan kami sekarang memang sejenis dengan hubungan itu? Hanya saja, aku lebih terikat padanya karena kesepakatan kami.

"Oh, aku mengerti sekarang." Aku menunduk, tak berani melihat reaksi Jinri. Sedikit banyak aku merasa malu karena ketahuan memiliki hubungan semacam itu oleh temanku. "Biar kutebak, dia pasti yang mengajakmu menjalin hubungan seperti itu karena dia punya masalah dengan komitmen dan kau malah jatuh cinta padanya. Apa aku mendekati?"

Aku langsung mendongak, agak terkejut karena tebakan Jinri yang hampir tepat. Kenapa begitu mudah untuk orang lain menyadari kalau aku mencintai Sehun? Apa sebegitu jelasnya hal itu?

Aku mengangkat bahu, bingung bagaimana harus bereaksi atas itu. Lalu dengan suara pelan, aku bergumam, "Mungkin."

"Dan kutebak lagi, kalian pasti sudah sering melakukan seks." Aku meringis dan kembali menunduk karena tak lagi memiliki keberanian untuk menjawab tebakan Jinri yang hampir tepat itu. Aku bahkan tidak pernah menghitung berapa banyak seks yang telah kulakukan dengan Sehun.

"Apa dia benar-benar hebat di ranjang?" Pertanyaan Jinri itu sukses membuatku ingin sekali terjun dari lantai dua tempat ini.

"Jinri," tegurku.

Friends With BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang