Sepuluh

122 7 1
                                    

"Hei, girl hang out for me?" Ucapnya dengan mata tak tentu arah dan aroma mulutnya sangat bau alkohol.

Ia memaksaku menghampiri yang lainnya di bawah, karena pemaksaan itu mereka sadar ada kegaduhan lain selain acara mereka.

"Hei, Steve lo ngapain?" Perempuan berambut pirang berjalan menghampiri pria yang ia panggil Steve.

"Shut up!" Ucap pria itu membuatku takut karena berusahan menghalangi perempuan pirang itu.

"Lepasin!" Tentu aku masih memberontak, aku tak kuat dengan bau mulutnya dan genggaman kasar itu. Sampai yang lain hanya menatap aku dan pria itu, aku melihat sekitar, dan

Al,

itu dia sedang duduk bersama pria pria lainnya di ujung ruangan.

"Al! Al tolongin aku!" Teriakan itu tak cukup sekali untuk Al datang. Dan panggilan keempat kalinya, semua orang melihatku heran memannggil manggil nama Al,

Al datang, tapi dengan keadaan yang membuatku takut.

"Steve! Lepasin cewe itu" Ucap Al tak sama sekali terdengar seperti memaksa. Al berjalan sempoyongan menghampiri ku dan Steve.

"Al..." Aku berusahan meyadarkannya, tapi tatapan itu jauh dari tatapan mata Al yang ku kenal

"Steve, Lepas!" Tak ada pergerakan, Steve seperti tak perduli orang berbicara dengannya.

"Steve!!!" Al berteriak sangat keras. Ini pertama kalinya aku melihatnya seperti itu.
Steve melepas ku lalu Al menarik tanganku paksa dengan langkah cepat ia membawaku ke atas, lantai atas.

"Masuk!"
Begitu sampai depan pintu kamarku, ia menunjuk-nunjuk pintu itu

Aku tepat dihadapannya sekarang menyaksikan dengan langsung.

Al tak melihat ada pergerakan dariku lalu ia membuka paksa pintu kamarku sampai aku dan dia hampir jatuh karena ulahnya.

Untung saja tangannya masih menggenggam gagang pintu, aku dan dia berjarak sangat dekat bahkan jika ia melepaskan tangannya itu kita bisa jatuh dan tak ada jarak sedikitpun.

Aku tak bisa berfikir lagi. Aku shock dan bingung semua terasa begitu cepat. Di tengah Keheningan itu Al mengdekat lalu berbisik "Masuk"

Al akhirnya menciptakan jarak normal. Aku dengan cepat masuk lalu mengunci pintu. Tak aku pedulikan lagi Al seperti apa, aku hanya ingin melindungi diriku sendiri saat ini.

===

Malam berganti pagi. Semalaman aku benar-benar tak tidur. Bahkan aku takut untuk memejamkan mataku.

Seragam sekolah sudah aku kenakan lengkap dengan tas dan sepatu. Aku membuka pintu berjalan cepat keluar rumah. Ku lihat ruang depan sangat berantakan, aku juga belum melihat keberadaan Al sedari tadi.

Tak perduli. Aku hanya ingin cepat keluar rumah ini.

Masih pukul 6.30 waktu indonesia bagian barat. Udara masih sejuk mataharipun masih enggan terlihat cahaya teriknya, tentu belum ada siswa lain di sekolah ini.

Aku duduk di bangku taman sekolah yang bersebelahan dengan kooridor sekolah tempat dimana pertama kali aku melihat Al.

Bayangan malam tadi masih terekam jelas dalam ingatanku. Tapi ada hal lain muncul dengan tiba-tiba di benakku.

Al, apa yang ia lakukan sekarang?

===

Hari ini aku akan mengikuti kegiatan eksul jurnalis, salah satu eskul yang cukup digemari setelah Basket, paskibra dan Penyiar.

Siang ini ketua club jurnalis memintaku datang dan menyerahkan data pribadiku untuk ia seleksi. Aku berjalan keluar kelas menuju ruang jurnalis di lantai dasar, tapi saat itu juga Al,

iya Al menarikku paksa dan sedikit membantingkku ke tembok sebelah pintu, tak banyak yang melihat karena sedang berlangsung istirahat.

Tangannya menekan tangan kananku juga sejajar dengan wajahku. Aku yang membawa beberapa lembar kertas, jatuh berhamburan.

Ia menatapku tajam. Kejadian semalam terulang, ia mensejajarkan wajahnya denganku dengan jarak yang sangat dekat hingga aku bisa merasakan nafas kasarnya

"Apapun yang lu liat semalem, gak ada yang boleh tahu!" Aku menggerakan tangan kiriku mencoba menghindarinya tapi kekuatannya jauh melebihiku tentu ia juga menggenggam tangan itu. Aku terkunci.

"Denger, Kalo lu fine gue tetap fine"

Aku tak bisa menjawab. Tak ingin juga. Tak ingin ku menutupi hal buruk itu.

Ia masih menatapku lalu menunduk dan tak lama melepasku. Tentu aku memungut kertas kertas itu lalu beranjak pergi dari nya.

______________________________________________

don't forget to VOTE

Next?

Mei, 1998 [Slow Update] Donde viven las historias. Descúbrelo ahora