two

3.3K 617 57
                                    

"Boleh minta kopi aja nggak?"

"Wah, udah mulai berani minta-minta ya," gua menatapnya datar, sedangkan dia mengalihkan wajahnya ke arah lain, "Sayangnya, nggak. Soalnya gua gak minum kopi jadi ga minum kopi,"

Entah, sejak hari itu, anak ini jadi sering mengungsi ke rumah gua. Kadang dia ngomong banyak kayak hari ini, kadang dia hanya pasrah diobati dan diam sampai besok paginya ia pergi.

Sungguh, anak yang aneh.

"Beneran ini gua ga boleh tau lo kenapa selalu muncul berdarah-darah gini?" gua bertanya sambil membalut punggung tangannya, yang lecet dan terlihat jelas kalau habis dipakai memukul orang—atau benda yang keras, "Kalo nggak ini gua selamanya gua anggep lo ketabrak tiang listrik depan convenience store sampe jatoh ya,"

"Gak ada alasan buat ngasi tau lo," dia menengok dan menatap gua, "Kalo lo tau artinya lo bakal terlibat—gak ada gunanya lo terlibat,"

Gua mengedipkan mata gua, nggak ngerti maksud dia apa. Tapi akhirnya gua cuma mengendikkan bahu. Selama nggak membahayakan gua, yasudahlah, "Okay,"

Ruangan kembali hening. Dia semakin terbiasa dengan lukanya yang diobati, jadi udah nggak pernah berteriak-teriak lagi kayak pertama kali bertemu.

"Tapi setidaknya, kasi tau dong nama lo siapa?"

Dia cuma diam, menunduk malah. Gua menghela nafas, dan membalutkan perban terakhir.

"Yaudah gapapa. Gua tinggal ya, gelas kayak di tempat biasa. Selamat ma—,"

"Jungwoo."

Gua terdiam, mengedipkan mata.

"...Apa?"

"Jungwoo," dia berbalik, berusaha menengok ke arah gua, "Nama gua Jungwoo. Lo?"

"...Maxine," gua menjawab setelah beberapa saat terbengong, "Gua Maxine. Salam kenal,"

Dia mengangguk, dan merebahkan dirinya ke sofa, menarik selimut yang sedari tadi sudah menggantung di kakinya, "Selamat malam,"

Gua mengangguk balik pelan, meski dia nggak liat, "Iya, selamat malam."









"Maxine!"

Gua melepas earphone dan menengok ke orang yang manggil gua, "Kyulkyung?"

"Ih lo jalan cepet banget deh!" Kyulkyung setelah berhasil mengejar gua langsung merangkul, "Bantuin statistik doong yaaa plissss,"

"Sudah kuduga," Kyulkyung cuma nyengir mendengar jawaban gua. Sebenarnya dia ini kalo minta bantuin sebenarnya bukan bantuin ngerjain, tapi minta jawaban, "Tar ya abis gua kerja,"

"Baiklah hehe cayank deh ma Maxine,"

"Jieqiong, geli,"

"Jahat, kan gua cuma bilang sayang," dia cemberut, tapi sambil nunjukin layar hpnya, "Liat deh, kak Johnny ganti pacar lagi,"

"Siapa sekarang?"

"Sama kak Wendy, tau kan yang bule itu. Gila ya, padahal kan kak Wendy sama kak Irene temenan! Satu circle gitu!"

"Hmm," gua hanya bergumam sambil buka-buka folder tugas, "Kayaknya sih kak Johnny nggak peduli mau temennya apa bukan, yang penting dapet aja,"

"Iya ih! Dasar lelaki penghancur pertemanan perempuan," Kyulkyung ngangguk-ngangguk sambil scroll instagramnya. Sekarang kita berdua udah duduk di kantin, nungguin jajjangmyeon buat makan siang, "Mending liatin kak Taeyong aja. Iiih ademnya, ganteeeng,"

Gua cuma ngangguk-ngangguk, "Iya, ganteng,"

Kyulkyung cemberut, "Maxine, lo beneran lagi gak suka sama siapa-siapa?"

Gua menatap Kyulkyung bingung, "?? Kok tiba-tiba. Beneran enggak kok,"

"Ya abisnya, takut aja, tar lo jadian nggak bilang-bilang sama sohib sendiri,"

Gua ketawa renyah sambil ngemilin kentang, "Hahaha, enggak lah, kyung. Pasti gua bilang lo dulu kok. Emang pernah dari jaman SMP gua nggak bilang sama lo gua suka siapa?"

"Hehe, enggak sih," Kyulkyung nyengir. Iya, kita memang udah temenan lama, karena dulu rumahnya tetanggaan sama gua jadi otomatis kita satu rayon sekolah dan sampai sekarang kita milih kampus yang sama dan fakultas yang sama, "Eh tapi kata lo kakak tingkat ga ada yang ganteng apa?"

"Itu kak Taeyong ganteng,"

"Ih maksudnya yang beneran ganteng lo liatin terus!"

"Heh, dikira gua stalker. Gak adaaa,"

Gak lama kemudian, makanan kita datang. Kyulkyung dengan senang mematahkan sumpit jadi dua dan menuang bubuk cabe ke mangkoknya. Supaya 'hot seperti aku' katanya mah.

Baru kita mulai makan beberapa suap, ada keributan yang muncul dari arah berlawanan kantin. Tepatnya, dari gedung fakultas mipa. Kami berdua sama-sama menengok kepo, maklum namanya juga masih mahasiswa.

"Ih gila, itu kak Yuta kenapa deh babak belur gitu?" Kyulkyung nanya sambil bisik-bisik, "Abis berantem sama siapa?"

Gua mengendikan bahu, "Dah jangan dikomenin apa-apa dulu sampe lewat,"

Banyak mata yang tertuju pada orang yang sedang tertatih berjalan keluar di bantu temannya. Kak Yuta dari jurusan biologi dan kak Doyoung dari jurusan yang sama. Kak Yuta tampak capek dan kesakitan, dan kak Doyoung sendiri tampak kesal—misuh-misuh sendiri dengan dahi yang berkerut.

"Kak Doyoung!" dari kejauhan tampak terlihat ada seseorang yang mengejar, tampaknya lebih muda dari mereka, "Gimana dong ini kak?"

"Sst!" Kak Doyoung menghardik anak itu keras, "Jangan ngomong sekarang Sicheng! Kalo ada yang tau mampus kita!"

Anak yang dipanggil Sicheng itu cuma bisa mengangguk takut, dan mereka bertiga akhirnya pergi dalam diam.

Dan saat mereka memapasi kantin, entah kenapa, gua merasa kayak kak Doyoung menatap gua dengan tatapan bengis.



———
iya udah tau aneh namanya tapi ya kalian semua tau aq kan aq ga pinter mikir nama :( btw terimakasih teman teman yang sudah vote dan baca cerita ini!!

forever young // k.jungwooWhere stories live. Discover now