Part 50 : The Truth (Part 6)

7.8K 109 5
                                    

Setelah Giselle selesai membersihkan diri, ia pun duduk di kursi roda dan langsung di bawa keluar oleh lima sekawan dan Gina menuju kamarnya Rio. "Oh ya kak, kamarnya Rio di mana?"

"Itu kamarnya. Dekat kan sama kamar lo?" ucap Matt sambil menunjuk sebuah kamar di depan mereka. Giselle pun mengangguk-angguk tanda mengerti. Dirinya pun tidak sabar untuk bertemu dengan kakaknya yang terakhir kali dia ingat, Rio dalam keadaan babak belur.

"Apa kabarnya ya Rio sekarang?" tanya Giselle dalam hati.

Karena terlalu asik dengan pikirannya, Giselle sampai tidak sadar bahwa mereka semua sudah berada di dalam kamar inap Rio. Bisa terlihat jelas bahwa Rio sedang tertidur pulas di ranjangnya. Giselle dan lima sekawan pun sangat berhati-hati dalam melangkah. Jangan sampai mereka bertujuh membangunkan kenyenyakan Rio saat tidur.

Mungkin mereka bertujuh tidak sadar bahwa sebenarnya Rio sedari tadi hanya menutup matanya tapi tidak tidur. Awalnya, Rio berniat untuk membuka matanya dan menonton siaran televisi. Namun, begitu mendengar kegaduhan dari luar, dirinya pura-pura tertidur untuk menguping sebenarnya siapa yang ingin mengunjungi kamarnya kali ini. Masalahnya jika ia ketahuan sang mama lagi sedang tidak tidur, habislah Rio. Pasti Erica akan mengomelinya sangat lama layaknya seorang guru yang sedang menjelaskan materi di depan kelas.

"Uhuk.. Uhuk.." Suara batuk Rio tiba-tiba terdengar. Semua orang menengok kearah Rio sambil berkata, "Rio?!" Giselle yang lebih dekat dengan Rio langsung memberikan minum kepada kakaknya itu.

"Eh-eh minum dulu, Yo. Aduh, lagian lo lagi tidur ngapain sih? Sampe batuk gitu," seru Giselle lagi sambil membantu Rio meredakan batuk yang baru dilandanya itu. Rio yang baru saja selesai menelan air minum itu langsung melihat kearah Giselle dengan tatapan yang sangat dalam.

"Sell? Ini elo?" tanya Rio sambil menangkup wajah Giselle dengan kedua tangannya. Giselle yang terkejut dengan tingkah Rio hanya bisa membalas dengan sebuah anggukan. "Yaampun, Sell, are you okay? Lo beneran gapapakan? Em, ga ada yang lukakan? Sell? Jawab gue dong!"

"Hey-hey, Yo, look at me. I'm fine, bro. Ga ada luka sama sekali di badan gue kok. Gue sekarang udah bener-bener sehat. Cuman ya masih harus banyak istirahat aja. Soalnya badan gue masih syok akibat obat bius waktu itu." Penjelasan Giselle tersebut membuat Rio bernafas lega. Akhirnya, setelah tidak bertemu dengan adiknya itu, kondisi adiknya semakin baik.

"Nah, lo gimana? Lo makin baikkan? Lagian gue liat-liat lo udah sembuh tuh. Ya kan?" tanya Giselle sambil mencubit pinggang Rio yang membuat Rio mengaduh kesakitan. Melihat Rio yang meringis kesakitan, lima sekawan langsung menghampiri sahabatnya itu.

"Eh, Yo, lo gapapakan? Kenapa meringis gitu dah?" tanya Ryan sambil memeriksa kondisi Rio. Rio tidak menjawab melainkan hanya semakin meringis kesakitan. "Eh-eh ini kenapa sih lo? Kenapa ringisan lo makin kenceng?"

Ketika sedang mengamati Rio, akhirnya Matt dan Joe menemukan penyebab kesakitan Rio. "Oh, ini nih yang buat Rio kesakitan. Ya ampun, Sell, kakak lo ini baru mau sembuh. Ntar sakit lagi gimana." Giselle yang ditegur hanya bisa memberikan cengiran khasnya.

"Sorry, Yo. Lagian lo itu ya jadi orang batu banget. Udah tau musuh lo itu lebih jago, lo bisa-bisanya aja ngadepin dia tengah malem kek gitu. Gimana gak jadi begini?" cerca Giselle untuk menumpahkan segala emosi yang ia tahan sejak lama. "Terus, lo gak seharusnya waktu itu boong sama gue. Lo harusnya gak usah bilang lagi latian bela diri karena nyatanya gue tau lo lagi berhadapan sama siapa."

"Iya-iya, sist, maafin gue ya? Gue tau gue salah, okay? Can you forgive me?" bujuk Rio dengan puppy eyes-nya yang membuat semua orang yang melihatnya tertawa. Bingung karena semua teman-temannya tertawa, Rio pun membuka suaranya lagi. "Kalian kenapa ketawa? Emang ada yang lucu?"

My Lovely Sister (S1) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang