Part 15 : Kondangan

11.7K 371 26
                                    

Sejak malam itu, hubungan pertemanan antara aku dan Pria semakin hari semakin dekat. Kehadiran Pria laksana obat anti nyeri yang mampu meredam luka-luka dalam hatiku. Dia, dengan segenap kekurangan dan kelebihannya mampu mengalihkan rasa sakit ini menjadi rasa kenyamanan yang cukup menggembirakan. Hari-hariku bersama dia adalah hari-hari yang penuh dengan canda tawa seakan tanpa beban dalam menjalani hidup. Perhatian dan pengertian Pria seperti madu penawar yang dapat menghilangkan racun ganas yang bersarang di hati dan menghancurkan segala bentuk kebencian.

Betapa tidak, setiap hari Pria selalu mengukir kenangan yang sulit untuk aku lupakan dengan sikapnya yang kocak dan juga penuh kasih. Mulai dari menyiapkan sarapan buat aku, memberikan aku semangat, mengingatkan aku untuk makan dan juga beribadah.

Terkadang dia juga menyempatkan waktu untuk menjemputku dan mengajakku hang out, baik hanya untuk sekejar nongkrong, nonton film, atau makan malam bersama. Sungguh, apa yang dilakukan Pria terhadapku benar-benar melebihi dari perlakuan seorang teman laki-laki biasa. Kami seperti sepasang kekasih, namun tanpa ikrar. Dan tanpa sadar aku terlarut ke dalam arus persahabatan yang tak biasa ini.

''Pria ... lo mau ke mana?'' tanyaku heran saat melihat Pria sudah berdandan rapi pagi itu, Padahal ini hari sabtu dan biasanya dia tidak masuk kerja pada hari sabtu.

''Aku ada urusan,'' jawab Pria pelan, lalu tanpa banyak bicara dia langsung ngeloyor meninggalkan aku.

''Tunggu!'' seru aku menahan langkah Pria. Dan dia berhenti. Kemudian aku bergegas mendekati laki-laki berjas hitam, kemeja putih, celana hitam dan sepatu pantofel warna hitam ini.

''Ada apa?'' tanya Pria.

''Kancing kemeja lo terlepas satu, jadi biarkan gue membantu mengancingkannya!'' ujarku sembari bergerak cepat membantu mengancingkan kemeja Pria yang terlepas. Lalu aku mengecek dengan seksama untuk memastikan kerapian penampilannya.

''Terima kasih, Ben!''

''Gue cuma membalas sikap lo aja, karena lo tiap hari selalu cerewet 'kan dengan penampilan gue.''

''Hehehe ...'' Pria tersungging.

''Pria, sebenarnya lo mau kemana sih, dandanan lo seperti orang mau kondangan aja.''

''Nanti aku ceritakan, sorry aku lagi buru-buru ... happy weekend, Ben!'' kata Pria sambil menepuk-nepuk pipiku. Lalu dia segera berlalu dari hadapanku.

Kepergian Pria sebenarnya menyisahkan tanda tanya besar dalam diriku, namun aku tidak memikirkannya terlebih jauh. Setelah bayangan Pria hilang dari pandanganku, aku masuk kembali ke ruang peraduanku. Aku menyeduh secangkir kopi dan menikmati sepotong biskuit.

''Cliing!''

Nada pesan Whatsapp-ku berbunyi. Ada sebuah pesan dari Roni.

''Woy ... Badak, lo udah siap belum? Sepuluh menit lagi gue mau jemput lo.'' Itu kata Roni.

''Siap mau ke mana, Ndot!'' balasku.

''Hadiri resepsi pernikahan mantan lo, Dodol!''

''What?!''

''Lo pasti lupa, ya?''

''Iya, gue mendadak amnesia nih ... kalau bicara soal mantan!''

''Hahaha ... dasar, udah deh buruan dandan! Gue udah di depan kostan lo!''

''??? ''

Aku bergegas keluar dari kamarku, lalu melengos ke arah luar. Memang benar ada sebuah mobil yang terparkir di seberang sana. Mobil Pajero warna silver milik si Bandot Garut, Roni. Ketika mataku fokus pada mobil tersebut, klaksonnya berbunyi nyaring. Teetttt!

''Sial, kebiasaan tuh orang, suka ngabarin dadakan. Hufftt!'' gerutuku.

Tanpa banyak berpikir lagi aku pun langsung mandi dan berdandan secakep mungkin. Setelah semua beres aku melangkah menghampiri Roni yang berdiri petentang-petenteng di depan mobil mewahnya itu.

''Anjriit ... ganteng banget lo, Ben!'' puji Roni menyambut kedatanganku.

''Ah, taek!'' cibirku.

''Serius lho, Ben. Lo tuh ganteng banget kayak pemain lenong. Hahaha!''

''Kampret! Omongan lo awalnya nyanjung setinggi tingginya habis itu lo dorong gue ampe nyungsep! Dasar!''

''Hahaha ...'' Roni tertawa ngakak. Demen banget dia kalau aku terlihat kesal.

''Udah, buruan masuk!'' perintah dia sambil membukakan pintu mobilnya. Aku pun manut saja.

Sejurus kemudian, aku dan Roni sudah berada di dalam mobil. Lalu tanpa ba-bi-bu lagi, Roni langsung meluncurkan kendaraannya dengan kecepatan yang mendekati maksimal. Di tengah perjalanan, Roni melirikku, sesekali dia tersenyum-senyum sendiri seolah ada sesuatu hal yang lucu.

''Kenapa Lo kayak orang sedeng aja, senyum-senyum sendiri!'' ucapku ketus.

''Hehehe ... kalau diperhatiin, sebenarnya lo tuh gak jelek-jelek amat kok, Ben!'' timpal Roni enteng.

Aku hanya meringis.

''Aura lo lebih terpancar, mendung di wajah lo juga sudah berubah cerah, sepertinya lo udah bisa move on sekarang. Apa lo sudah mempunyai pengganti Miranda, Ben?''

''Hmmm ... kepo.''

''Gue tuh udah tahu luar dalam lo, Ben. Jadi lo tidak usah tutup-tutupin dari gue. Jujur aja lo pasti sedang jatuh cinta, iya 'kan? Hayoo ngaku! Sama siapa sih, jadi penasaran, nih?''

''Sok tempe lo, Ron!''

''Hahaha ...''

Aku dan Roni jadi ngakak.

''Tapi, terus terang gue seneng Ben, akhirnya lo bisa move on juga ... gue lebih seneng lihat lo seperti sekarang ini, bercahaya dan penuh semangat,'' ujar Roni dengan nada dan mimik wajah yang lebih serius.

''Miranda bagi gue hanya sepenggal kisah lalu, Ron. Dan benar kata Inul Daratista, masa lalu biarlah masa lalu ... jangan diungkit dan tak usah dikenang.''

''Hehehe ... akhirnya temen gue menyadari itu!'

''Hehehe ...''

''Ben, apa aku boleh jujur?''

''Ya, jujur aja!''

''Ternyata lo ganteng juga ya, sumpah ... ganteng lo itu beda kayak ada manis-manisnya gitu dan ini gue gak bohong.''

''Hehehe ... akhirnya temen gue menyadari itu!''

''Sue ... copy paste kata-kata gue!''

''Hahaha ...''

Aku dan Roni memang selalu begitu, tertawa lepas tanpa peduli di mana pun kami berada.

Setetes Madu Pria (SMP Babak 1)Where stories live. Discover now