Part 51 : Suit

8.6K 312 46
                                    

Bandot dan Badak, entah ... sejak kapan panggilan itu tercetus dari mulut-mulut kami untuk menyebut diri kami masing-masing. Tanpa sadar, panggilan itu menjadi sebuah panggilan sayang buat kami. Tak ada makna khusus dari sebutan-sebutan itu, karena memang itu terucap secara spontan dari bibir-bibir lincah ini yang doyan bergurau.

Kini, Bandot dan Badak bersatu kembali mengukir persahabatan yang lebih intim lagi. Keintiman yang berakar dari rasa sayang dan cinta yang tulus untuk menumbuhkan batang kasih yang kokoh serta menghasilkan buah asmara yang manis.

Aku dan Roni, memang telah berikrar untuk saling menyayangi dan mencintai, tapi perjanjian ini bukan berarti kami jadian menjadi sepasang kekasih, tidak! itu salah besar! Karena dalam cinta itu tidak ada perjanjian. Lantas, apa sebutan yang pantas untuk hubungan di antara kami? Aku sendiri juga bingung sih, dibilang pacaran, tapi kayaknya kok, aneh, dibilang sahabatan saja, tapi kami kelewat mesra. Mungkin bisa dibilang TTM, Teman Tapi Mesra. Mesum ... oh no! Kami belum sejauh itu, rasanya masih canggung untuk melakukan hal 'BEGITU'. Kami hanya berbuat sebatas ciuman bibir dan tidak lebih. Entah, bila suatu saat nanti kami khilaf, hahaha ... Ngarep banget, ya!

''Ndak ... lo udah dapat kabar belum?'' ujar Roni suatu hari ketika kami ngopi-ngopi manja di teras depan kost-anku.

''Kabar apa?'' sahutku berbalik tanya.

''Soal Miranda ... '' kata Roni.

''Oh Miranda, gue udah lama tidak mendengar kabar dari dia,'' timpalku sembari menyeruput cangkir kopi.

''Ratih bilang, Miranda sudah melahirkan ... anaknya laki-laki!''

''Oh ya, syukurlah ...''

''Tapi ... setelah melahirkan Miranda bercerai dengan suaminya.''

''Hah ... kok bisa?'' Aku mengkerutkan kening.

''Entahlah, gue juga tidak tahu.'' Roni mengangkat kedua pundaknya.

''Mmm ... baguslah kalau begitu.''

''Apa lo senang mendengar berita ini?''

''Sejak dia memutuskan gue, sebenarnya gue sudah tidak ingin mendengarkan apa pun tentang dia. Jadi gue sedikit pun tidak peduli ...''

''Yakin, lo tidak ingin balikan lagi sama dia, Ndak?''

''Mantan itu 'kan bekas, udah gue buang. Masa' gue pungut lagi ...''

''Hahaha ...'' Roni hanya ngakak, aku bersingut.

''Kalau ... Pria, bagaimana?'' celetuk Roni.

''Hei ... Bandot, lo jangan sebut-sebut cowok itu lagi, Nying!'' bentakku ketus.

''Kenapa, kan lo udah merasakan Setetes Madu Pria!'' cibir Roni sengaja bikin aku kesal.

''Ah, taek!'' Aku meninju bahu kekar Roni.

''Hehehe ...'' Roni cuma membalas dengan cekikikan, ''apa lo tidak pengen mencoba setetes madu gue, Ndak?'' lanjutnya.

''Maksud lo?'' Aku melirik tajam ke arah muka Roni yang memasang wajah polos tanpa merasa berdosa.

''Hehehe ... gue kepengen juga gitu-gitu.''

''Gitu-gitu apa?''

'' ...'' Roni mengepal tangannya lalu mendekatkan ke mulutnya yang terbuka lebar, lalu dia menarik ulurkan kepalan tangannya seperti orang lagi menyepong.

''Anying!'' tukasku sambil menjitak kepala Roni.

''Hahaha ...'' Roni makin tertawa lebar, ''tapi ... gue beneran lho serius penasaran banget, gimana sih, hubungan seksualitas ala HUMU ... 'kan sama-sama batang tuh, apa pedang-pedangan seperti main hanggar atau gimana?'' kata Roni sambil mengedipkan matanya dengan genit.

''Please deh, gak usah ngeledek gitu, kalau lo pengen ayo langsung praktek aja!''

''Hehehe ... malah nantangin,''

''Gini, Ndot ... dalam hubungan sejenis kaum Gay itu ada dua peranan.''

''Oh ya, peranan apa?'' Roni memasang kupingnya dengan serius. Wajahnya juga.

''Peranan gender ... yang mereka sebut dengan istilah Bot dan Top.''

''Apa itu Bot dan Top?''

''Bot itu dari kata Bottom yang artinya bawah, istilah ini digunakan untuk menyebut gay yang memilih berperan sebagai betinanya alias perempuan bin cewek.''

''Terus kalau Top?''

''Kalau Top ya, berarti kebalikannya ... gay yang berperan sebagai jantan.''

Roni manggut-manggut seolah memahami apa yang telah aku jelaskan kepadanya.

''Oh gitu ya, Ndak.''

''Iya, gitu deh!''

''Dulu saat lo sama Pria, lo jadi apa Ndak?'' tanya Roni yang membuatku jadi kikuk untuk menjawabnya.

''Hehehe ... kepo!'' ujarku.

''Hmmm ... '' Roni jadi memonyongkan mulutnya dengan wajah yang merengut.

''Kok, hmm ... ''

''Gue tahu, lo pasti jadi Top-nya, iya 'kan?''

" ... '' Aku mengangkat satu alisku.

''Lo boleh jadi Top-nya saat sama Pria, tapi saat lo sama gue, Lo harus jadi Bot-nya, hehehe ...'' Roni tertawa jahat ala preman.

''Anying ... gue tidak mau, Ndot!'' Aku mendorong kepala Roni dengan kasar.

''Lha ... terus kudu piye? Apa gue harus ngalah gitu jadi Bot-nya?''

''Hehehe ...'' Aku jadi nyengir.

''Gak ah, gue gak mau jadi Pot ... eh Bot!'' kata Roni dengan muka yang kecut seperti asam Jawa.

''Dan gue juga kagak mau!'' timpalku.

''Hmmm ...'' Roni merengut sambil melengos buang muka.

''Hmmm ...'' balasku dengan melakukan hal yang sama. Kami jadi saling membalikkan badan. Memasang wajah angkuh dan egois, tidak ada yang mau mengalah.

Beberapa saat kami jadi terdiam. Suasana mendadak tegang.

''Gimana, kalau kita suit?'' Tiba-tiba Roni membalikkan tubuhnya dan menarik tubuhku untuk menghadap ke arahnya.

''Suit, gimana?'' Aku mengkerutkan kening.

''Kita suit untuk menentukan siapa yang berhak jadi Top, dan siapa yang jadi Bot-nya!''

''Hmmm ...'' Aku bersingut.

''Yang kalah harus rela jadi Bot-nya, gimana? Setuju?'' Roni memadukan jari kelingkingnya dengan jari kelingkingku. Aku jadi terdiam, lebih tepatnya berpikir, sih.

''Oke, gue setuju!'' Akhirnya aku bersedia dengan usulan Roni tersebut, walau agak konyol dan maksain banget.

Lalu, aku dan Roni jadi saling berpandangan, cukup lama. Kemudian tanpa ragu lagi kami langsung berteriak bersama-sama menyerukan kata-kata ....

''Gunting-Batu-Kertas!''

''Gunting-Batu-Kertas!''

''Gunting-Batu-Kertas!''

Hingga kami mendapatkan pemenangnya. Dan dari cara ini ternyata keberuntungan berpihak pada Roni.

''Yes, gue menang!'' seru Roni gembira ria seperti mendapatkan lotre.

''Uuuuhhh!'' Aku merunduk lesu.

''Gue Top!'' ujar Roni semangat sembari menarik pipi tembemku. Aku diam saja dan merasa kesal, mengapa aku harus kalah, sih! Iiihhhh ... sebel!

''Hehehe ... Yuk ah, my Bot!'' celutuk Roni sambil mengerlingkan mata ganjennya. Lalu dia menarik tubuhku dan membawanya masuk ke kamar kostku.

Setetes Madu Pria (SMP Babak 1)Where stories live. Discover now