Part 17 : Rahasia

11.6K 351 15
                                    

Tap ... Tap ... Tap ...

Aku mendengar suara langkah kaki yang berjalan cepat menuju ke toilet ini. Buru-buru aku menyelinap ke dalam bilik toilet, karena aku tidak mau orang itu melihat keadaanku yang sedang kacau begini. Saat aku menutup rapat pintu bilik toiletnya, saat itulah aku mendengar suara gaduh seperti orang yang sedang bertengkar. Diam-diam aku menguping pembicaraan mereka.

''Ngapain kamu datang kemari dasar anak tidak tahu berterima kasih!'' seru seseorang dengan suara yang berat khas suara laki-laki dewasa yang penuh kewibawaan.

''Sudah cukup kamu mempermalukan keluarga, jangan ganggu anak saya! Biarkan dia hidup dengan kehidupan barunya!'' lanjutnya.

''Aku ... aku cuma ... '' timpal seseorang lagi dengan suara yang gemetar seperti sedang ketakutan.

''Cukup! Aku tidak mau melihatmu berada di sini. Dan sekarang juga kamu keluar dan tinggalkan tempat ini, atau aku akan perintahkan security untuk mengusirmu!'' kata laki-laki bersuara berat itu dengan nada mengancam.

'' ... ''

Untuk beberapa saat tak ada suara percakapan lagi.

Tap ... Tap ... Tap ...

Aku hanya mendengar suara langkah kaki yang semakin menjauh. Suasana toilet ini kembali hening. Aku pikir mereka sudah pergi. Dan aku memberanikan diri untuk membuka pintu bilik toilet dan keluar perlahan-lahan. Namun pada saat tubuh ini berjalan beberapa langkah dari bilik toilet, aku jadi sangat terkejut ketika kedua mataku melihat seorang laki-laki muda yang sudah sangat aku kenali.

 Namun pada saat tubuh ini berjalan beberapa langkah dari bilik toilet, aku jadi sangat terkejut ketika kedua mataku melihat seorang laki-laki muda yang sudah sangat aku kenali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

''Pria ... apa yang sedang lo lakukan di sini?'' tanyaku keheranan. Pria langsung mendongak ke arahku dan memasang mimik wajah yang tak kalah terkejutnya melihat keberadaanku.

''Beno ... kenapa lo ada di sini?'' Pria malah balik bertanya.

''Gue sedang menghadari pesta pernikahan ... eemm ... teman gue, lo sendiri ngapain di sini?'' jawabku rada gugup.

''Kau teman wanita itu atau ... teman kakakku?''

''Hah ... Kakak?'' Aku membelalakkan mata lebar-lebar.

''Iya, Kak Hendra.''

''Jadi mempelai laki-laki itu adalah kakak lo?''

''Iya, kenapa, Ben?''

''Tidak ... tidak apa-apa, Pria!'' Entah, aku tidak tahu harus bersikap apa setelah mengetahui kalau suami Miranda itu ternyata kakak tiri Pria. Aku benar-benar shock dan bingung. Aku hanya berusaha bersikap tenang dan biasa-biasa saja.

''Beno ...'' Pria mendekati aku.

''Iya ...''

''Sejak kapan kamu berada di toilet ini?''

''Dari tadi ...''

''Apa kamu mendengar semua percakapan antara aku dan Ayah?''

''Ayah? ... jadi itu suara Ayah tirimu?''

''Iya, Ben.''

''Dia yang mengusirmu?''

Pria mengangguk pelan.

''Mengapa?''

Pria tak menjawab dia hanya menggeleng-gelengkan kepala lalu mundur perlahan dan berlari dengan gesit meninggalkan aku.

''Pria!''

''Pria!''

''Tunggu!''

''Priadi Jatmiko!'' Aku berteriak memanggil namanya dan berusaha mengejarnya akan tetapi dia sedikit pun tidak menghiraukan teriakanku. Pria terus berlari dengan kencang dan menghilang di antara kerumunan para tamu undangan. Aku benar-benar kehilangan jejaknya. Padahal aku tahu ada sebuah rahasia yang sedang dia sembunyikan. Rahasia besar yang menyebabkan dia diusir oleh ayah tirinya. Rahasia apakah itu? ini yang menjadi kekepoan dalam benakku.

''Beno!'' seru Roni dari balik lalu lalang tamu undangan, ''dari mana aja sih lo, Badak. Gue cariin juga!'' imbuhnya dengan nada kesal saat dia berada tepat di hadapanku.

'''Kan tadi gue bilang mau ke toilet!''

''Dari toilet kok lama bener sih, lo habis coli, ya!'' cibir Roni ceplas ceplos.

''Anying, pikiran lo ngeres amat sih, Ron. Cuci gih pakai mama lemon!'' timpalku.

''Hehehe ... kirain.'' Roni menyengir kuda.

''Hmmm ...'' Aku hanya bersingut kesal.

''Ben ... buruan yuk, kita naik ke panggung pelaminan, kayaknya sudah lengang tuh. Gue rasa Miranda sudah gak sabar nunggu ucapan selamat dari lo!'' kata Roni sambil menarik tanganku dan mengajakku mendekati panggung pelaminan.

''Ron, gue mendadak males ... lo aja ke sana, gue mau pulang!'' tukasku sembari melepaskan tarikan tangan Roni dan segera membalikan badanku.

''Hai ... kok pulang, sih?'' Roni mendekatiku lagi.

''Tiba-tiba gue merasa pusing dan tidak enak badan, jadi sebaiknya gue pulang saja!'' ujarku.

''Okay, jika lo tidak mau memberikan selamat kepada Miranda itu tidak masalah, tapi setidaknya lo menikmati hidangan prasmanannya,''

''Lo aja Ron, gue lagi tidak berselera,'' timpalku sembari ngacir dari hadapan Roni yang berdiri bengong dengan sikap yang kesal. Tapi aku tidak peduli.

''Dasar Badak!'' gerutunya.

Setetes Madu Pria (SMP Babak 1)Where stories live. Discover now