a bride replacement| LIMA

5.5K 454 10
                                    


"Tuhan memberikan dia yang dicinta, namun mengambil dia yang disayang."

-Raina Shasilia Wijaya-

☘☘☘


Langit terlihat mendung tak lama gerimis kecil-kecil menyusul, mulai menyelimuti bumi, seolah menjadi saksi kesedihan bagi dia yang telah kehilangan. Mengantar kepergian seorang yang disayang ke tempat peristirahatan terakhir dengan duka yang menggerogoti relung hatinya.

"Kenapa harus Kakak? Kenapa bukan Aku saja?"

Tangis dan segukan serta dua kalimat yang berteriak saling menyalahkan diri berputar di kepalanya, napasnya terasa sesak dan dadanya bergemuruh kencang oleh luapan emosi yang menggerogotinya. Segalanya telah hilang, ia telah kehilang satu-satunya orang yang menyayanginya, semua itu menjadi awal kesedihan sekaligus penderitaan yang dialami Shasi.

"Seharusnya aku yang pergi bukan kakak!" Batinnya terus menyalahkan dirinya. Bersama seluruh anggota keluarganya dan bersamaan dengan segenap rasa bersalahnya Shasi melangkahkan kakinya mengitari area pemakaman yang akan menjadi tempat peristirahatan terakhir kakaknya.

"Kenapa harus kakak?

"Kenapa harus kakak?"

Pertanyaan itu selalu berputar di kepala Shasi. Ia menangis hebat saat melihat gundukan tanah merah itu telah menyelimuti tubuh tanpa jiwa kakaknya.

Shasi mendekati makam itu, bersebrangan dengan mamahnya, gadis berselendang hitam itu menduduki sisi makam dan terisak hingga sengguk itu membuat tubuhnya berguncang. Shasi memeluk nisan bertuliskan nama yang telah memberinya kasih sayang selama ini.

Alfeira Renaya Wijaya

Kakak tercintanya, pelindungnya, penyemangat hidupnya telah pergi untuk selama-lamanya meninggalkan dirinya. Sekarang apa yang harus Shasi lakukan jika satu-satunya orang yang menyayanginya telah pergi? Apa yang harus ia perbuat karena dia yang menganggap keberadaannya dan mencintainya dengan segenap jiwa dan raganya telah pergi meninggalkannya untuk waktu yang panjang?

Shasi terus menangis, isakannya terdengar pilu. "Aku salah! Aku salah! Aku yang sudah membuat kakak meninggal!" Ia terus-terusan menyalahkan dirinya, air mata itu tak hentinya mengalir. Ia telah menjadi penyebab kepergian Fiera. Shasi bodoh, dia ceroboh. Seandainya saja ia tidak berusaha membuka pintu gudang itu dan kabur, ungkin saja keadaaanya tidak akan seperti ini. Seandainya saja ia tetap di gudang kejadian ini tidak akan pernah terjadi. Kakaknya tidak akan mengorbankan diri hanya untuk menolongnya. Dan seandainya saja Shasi tidak teledor dan lebih memperhatikan jalan, ia tidak akan kehilangan kakaknya. Sayangnya Shasi hanya bisa berandai-andai tanpa bisa mengembalikan waktu.

"Dasar anak tidak tahu diri! Semua  salahmu! Kamu yang sudah membuat anak saya meninggal! Kamu pembunuh! Kamu pembunuh!" Suara teriakan mama memenuhi pemakaman. Mama yang diliputi oleh kebencian mendorong Shasi agar menjauh dari nisan Fiera. Amarahnya sudah mencapai puncak saat kejadian itu terekam jelas di ingatannya. Saat fi mana Fiera mengorbankan nyawanya hanya untuk Shasi. Selama ini mama tetap diam saat Feira selalu membela Shasi, tapi tidak untuk sekarang. Ia tidak lagi bisa menahannya. Sampai kapan ia tidak akan pernah bisa menerima Shasi di kehidupannya, apalagi sekarang Shasi telah membuatnya kehilangan satu-satunya anak yang disayangnya.

Shasi menggeleng, air matanya kian deras. Mengalahkan rintik hujan yang berjatuhan. Ia tau ia salah, selain air mata yang terus-terusam mengalir Shasi berharap mamahnya tak mengatakan itu. Tak mengatakan kalimat yang mengingatkannya pada kesalahannya.

Pandangan mama yang tajam menatap Shasi. "Saya sudah bilang untuk tidak datang ke pernikahan Feira kenapa kamu tetap datang, hah? Sekarang kamu lihat apa? Kamu lihat!" Mama menunjuk makam Fiera dengan mata memerah. "Karena kamu anak saya meninggal!" Teriaknya penuh kemurkaan.

a bride replacement (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang