a bride replacement | TUJUH

4.8K 452 16
                                    

"Jika menatapnya adalah sebuah kebencian, akankah ia bisa menerima kehadirannya sebagai istri, jika permintaannya sebuah keharusan untuknya mengabulkan, akankah ia mengabulkan permintaan sederhananya."

-Aldigo Revandka Pramudya-

☘☘☘

"Kak ... Kakak tunggu!!"

Sihasi berlari keluar dari dapur saat melihat siluet suaminya berjalan menuju pintu utama dengan kemeja biru dan celana bahan dengan snelli yang tersampir di lengannya.

Revand yang sudah akan keluar menghentikan langkahnya saat mendengar suara di belakangnya. Mendengar derap langkah kaki yang mendekatinya pria itu tahu kalau istrinya yang sedang melangkah di belakangnya.

Tanpa mau repot-repot berbalik dan melihat gadis itu Revand terlihat tak acuh namun tetap menunggu Shasi yang  hendak berbicara padanya.

"A-aku." Shasi tampak ragu. Seperti biasa kegugupan melanda hati Shasi setiap berhadapan dengan Revand.

"Ada apa? Cepat katakan, aku tak punya waktu banyak untuk mengurusi perempuan sepertimu," ujar Revand dengan suara dingin. Pagi itu sikap Shasi kembali normal tak lagi seperti kemarin, Revand menduga kalau gadis itu memang sedang bermain trik dengannya.

Revand yang paham kalau Shasi tidak berani berbicara padanya sehingga ia mendahului bertanya. Rasa muaknya kembali hadir setiap melihat Shasi, membuatnya tak ingin berlama-lama di dekatnya.

Shasi meremas tangannya yang berkeringat karena mendengar kalimat pedas Revand Belum apa-apa nyalinya sudah menciut.

Ia jadi ragu ingin meminta sesuatu kepada suamimya, kalau ia mengatakannya apa Revand mau mengiyakan permintaannya? Shasi bimbang, tapi harus mencobanya.

"A-ku mau ke rumah Mama!" Suaranya terdengar pelan namun Revand masih bisa mendengarnya.

Mata Revand memicing tajam, dengan sikap dingin itu membuat Shasi dapat merasakan hawa dingin di sekujur tubuhnya.

"Lalu?" Singkat, padat dan jelas kalimat yang keluar dari mulut Revand. Sangat tak ingin bertele-tele menghadapi gadis di depannya.

"Bolehkah aku menumpang ke rumah Mama?" pinta Shasi dengan gugup, ia berharap suaminya mau mengantarnya, karena Shasi tidak tahu kalau ke sana sendiri.

Sayang permintaannya tak terkabulkan karena di detik itu, Revand bukannya mengiyakan malah menatapnya tajam.

Revand memangkas jaraknya dengan Shasi, selanjutnya yang terjadi malah sebuah tarikan kasar di rambut Shasi.

"Kamu meminta sesuatu yang kamu sendiri sudah mengetahui jawabannya,"geramnya, mendengar permintaan Shasi membuat kemarahannya itu kembali hadir. Berani meminta sesuatu padanya, memangnya siapa Shasi? "Kamu tidak sedang diperbolehkan meminta apa pun padaku," kecam Revand dingin.

Shasi menyentuh rambutnya untuk menahan sakit di kulit kepalanya. Tetapi ada yang lebih sakit dari itu, yaitu hatinya. Sakit sekali kita pria yang dicintainya diam-diam memperlakukannya secara kasar dan hina. Akan sampai kapan perlakuan seperti ini ia terima? Tidak cukupkah Mama saja yang seperti itu, kenapa Revand juga? Apakah dia tidak pantas menerima sedikit pun kebaikan dari mereka?

"Pergi sendiri! karena memberikan tumpangan padamu aku tak akan sudi melakukannya!" ujar Revand sambil melempar kasar kepala Shasi.

Shasi merasa sesak diperlakukan sekasar itu, membuat matanya berkaca-kaca, dia sudah hendak menangis kalau saja tak memikirkan permintaannya itu adalah hal yang penting. Ia ingin mengambil barang-barang berharga miliknya, sebuah kenangan yang dapat mengingatkannya pada kakaknya. Baru ingat kalau mulai sekarang Shasi sudah tinggal di rumah suaminya dan ingin membawa sesuatu yang dapat mengobati rasa rindunya pada Fiera.

a bride replacement (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now