4# A Baby You Want

17.1K 1K 37
                                    

Delapan bulan sebelumnya

Udara yang mengabut dalam kamar itu terasa lembab oleh uap air yang menguar dari tubuh mereka. Jam dinding berdetak sendiri dengan malu-malu. Suaranya timbul tenggelam di antara desah dan rintihan Erina yang setengah sadar di bawah tubuh suaminya.

Apa yang lebih indah dan lebih menggairahkan dari pada ini? Wajah dan suara bidadarinya yang kacau dan merancau; antara kelelahan dan kantuk yang mulai mendera dan binar hasrat untuk mengejar sesuatu bersamanya. Ridan selalu terpesona dengan bagaimana setiap godaan kecil darinya bisa membuat Erina begitu gamang...., atau begitu marah...., atau begitu senang....

Sampai kemudian teriakan wanita itu meracau lagi seperti hentakan-hentakan cemeti. Tangan-tangannya meremas rambut tebal Ridan, menariknya ke dalam pelukan yang meringkus. Tetapi ia justru membawa Erina ke pangkuannya. Perubahan posisi mereka yang tiba-tiba membuat pria itu kehilangan kendali atas hasratnya. Namun kemudian Ia mengangkat tubuh istrinya, membebaskan diri dari wanita itu tepat pada waktunya.

"Fuck it Ridan!! Kau melakukannya lagi!" Erina berteriak di depan wajahnya sambil melayangkan pukulan keras ke bahu.

Ridan membalas tatapan istrinya dengan mata yang hanya setengah menyala, tertawa kecil dan terengah bersamaan, kesulitan untuk memfokuskan pikiran dari kesadarannya yang mengabut.

"Melakukan apa?"

"Akui saja...! Kau sengaja melepaskan diri saat kau hampir memberikan apa yang kubutuhkan!" wanita itu beringsut meninggalkannya sambil berteriak di sisi tempat tidur, sembari melemparkan jubah tidur Ridan kepada pria itu.

"Kenapa memangnya? Kita kadang melakukannya dari waktu ke waktu. Tidak selalu begitu, kan?"

"Seharusnya tidak lagi, sekarang! Kau tahu saat ini adalah masa suburku, dan jika kau terus saja menghindar memberikan dirimu seutuhnya kepadaku, kita tidak akan pernah memiliki anak!"

"Oh Tuhan, aku tidak percaya kau memilih tema itu sekarang! Padahal kita baru saja berbuat gila-gilaan sepanjang malam. Dan aku sudah memberikan apa yang kau cari...! Lebih dari delapan kali kalau aku tidak salah hitung...! Tadinya aku berniat menemanimu sampai pagi kalau saja kau tidak berubah menyebalkan seperti ini!" Ridan mengenakan jubah dan turun dari tempat tidur untuk minum.

"Orgasme, Ridan! Kau masih malu mengatakannya?! Kau bisa memberikan aku orgasme terhebat lima puluh atau seratus kali dalam semalam! Tapi kalau kau tidak memberikan benihmu di saat masa suburku, kau masih tidak memberikan apa yang kuinginkan!" Erina mengambil gelas yang lain di sisinya dan menghabiskan isinya tanpa jeda nafas.

"Erina..., pliss...," Ridan meraih lengannya, menarik punggung wanita itu ke dalam pelukannya dan menghirup aroma rambutnya yang lembut. "Bisakah kita tunda pembicaraan ini sampai besok pagi...? Melewatkan sisa malam ini dengan tidur berpelukan.... Aku akan memijitmu...."

"Sudahlah...! Kau hanya mengalihkan pembicaraan...!" ia mendorong lepas lengan-lengan Ridan yang memeluknya dari belakang, ".... Kau memang tidak menginginkan anak dariku...."

"Ayolah, Er..., Kau tahu betul bukan seperti itu persoalannya...."

"Dan kau tahu betul bahwa aku menginginkan anak! Anakku sendiri! Entah kau terlibat atau tidak!"

"Apa?!... Apa itu maksudnya?!!" mata Ridan terbeliak dengan kilat kemarahan yang berkobar tiba-tiba.

"Kau tahu betul apa maksudku...!Mungkin bagus juga kau terus menghindar seperti ini. Jadi kalau aku hamil kau bisa langsung tahu kalau itu bukan anakmu!"

"ERINA!!!" tangan Ridan melayang tanpa bisa dikendalikan menyapu wajah istrinya. Tidak keras, tetapi tamparan itu membuat Erina kehilangan keseimbangan dan limbung jatuh di sisi tempat tidur.

NURSING CONTRACT Où les histoires vivent. Découvrez maintenant