16# The Girls Under The Sun

11K 1K 87
                                    

#hoollaa.... Another part untuk kalian.  Kita bisa kencan lagi dengan dokter ridan yang ehem...! Vote before you read, and coment afterward dears. Happy dating!#

***

Apa sebenarnya yang membuatnya melakukan semua ini?

Ridan mondar-mandir di lobby utama rumah sakit dan belingsatan mengamati setiap orang yang mungkin berjalan keluar dari ruangan itu. Lima menit sebelumnya ia melompat dari kursi putar tempatnya tidur setelah menerima telepon dari Mia yang memberitahukan kalau suami Kaylita telah datang mencarinya. Laki-laki itu meninggalkan nomor telepon, dan entah kenapa Ridan merasa yakin kalau ia masih bisa bertemu dengannya jika ia mengejar dan mencarinya di lobby, seperti sekarang.

"Seperti apa orangnya?"

"Tinggi, atletis, bersih, sangat tampan...."

"Sesuatu yang khusus darinya, Mia! Apa yang dia kenakan?" Ridan nyaris berteriak di telepon. Ia kan tidak bisa menemukan pria dengan ciri-ciri tinggi, bersih dan sangat tampan? Ia bukan gay!

"Celana biru gelap, kemeja putih dengan emblem di bahunya. Seperti seorang pilot. Dia membawa ransel hijau besar dengan gambar burung yang terbakar. Ada tulisannya AVERDUE."

AVERDUE Airlines. Eduard Simbara seorang pilot.

Mengapa begitu penting baginya saat ini untuk bertemu pria itu? Apakah Ridan hanya ingin melihatnya? Atau ia begitu ingin mengembalikan Kaylita pada suaminya? Menyadari bahwa ternyata wanita itu berpotensi menjadi sumber masalah di rumahnya; sesuatu yang bisa mengusik piramid isolasinya dari dunia.

Tapi bagaimana nanti dengan Eve?

Benar kata Mia.... Bagaimana dengan Eve?

Mata Ridan yang berkitar kemudian berhenti pada sepasang pintu lift yang bergeser membuka. Beberapa orang keluar dari kotak besi itu, sebagian memakai seragam putih, sebagian memakai pakaian kasual. Tetapi sosok tinggi yang keluar terakhir kali tampak sangat menonjol dibanding yang lain. Kemeja putihnya rapi dengan emblem biru bergaris tiga pada masing-masing bahu. Bahkan dari jaraknya yang lumayan jauh, Ridan bisa melihat pin logam berbentuk garuda yang membentangkan sayapnya di dada pria muda itu. Di sebelah bahunya tergantung sebuah ransel hijau gelap seperti yang disebutkan Mia. Laki-laki itu menunduk memeriksa ponselnya. Wajahnya dipenuhi kemendungan. Bahkan posturnya yang tegap tidak bisa menutupi efek dari beban berat yang seolah menggelayut tak tampak pada masing-masing bahunya.

Eduard Simbara.

Kemendungan itu disebabkan oleh kegelisahan karena ia mencari istrinya. Dan Ridan memiliki wanita itu di rumahnya.

Erina....

Ia ingat bagaimana rasanya secara sadar berubah menjadi gila saat terpisah dari istrinya dan tidak tahu di mana serta bagaimana keadaannya. Seolah kematian pun tidak cukup untuk mengakhiri penderitaan.

Ridan membuka nomor kontak yang dikirimkan Mia beberapa saat sebelumnya. Nomor telepon Eduard Simbara. Satu kali tekan saja dan pria di seberang lobby itu akan terhubung dengannya. Ridan bisa mengatakan siapa dirinya dan bahwa Kaylita saat ini tinggal di rumahnya dan bekerja padanya. Mereka mungkin akan bertemu siang ini dan Kaylita bisa bertemu dengan anak yang sangat dirindukannya. Happy ending, dengan satu kebaikan untuknya.

Tangannya memencet tombol panggil dan mengangkat ponselnya ke telinga.

Tapi bagaimana dengan Eve?

Putrinya intoleran terhadap laktosa, dan tidak bisa menerima asupan apapun kecuali ASI.

"Halo?"

NURSING CONTRACT Where stories live. Discover now