Elf

1.1K 135 12
                                    

My prediction was right,
Since the day I first met you,
You captivated my heart,
which no one was able to have...
Is it only my misunderstanding?
I want to believe that you feel the same...
No one can understand but I want to ask you...

*

Sejak pernyataan Iman yang membuat Sayang tersipu menjadikan suasana diantara mereka seakan canggung saat ini. Bahkan setelah mereka menyelesaikan sesi terapi yang dijalani Sayang saja suasananya makin kikuk. Baik Iman dan Sayang saling diam dan tidak ada yang berusaha memulai percakapan.

Sebenarnya Sayang cukup tersanjung karena Iman mengakui bahwa suaminya ITU cemburu terhadap teman Lama Sayang.

Saat ini mereka sedang berada di dalam mobil yang mengantarkan mereka untuk pulang ke kastil keluarga Beethoven.
Karena sudah tidak tahan melihat Iman yang diam dan terus melihat keluar akhirnya Sayang berdehem hampir seperti terbatuk untuk membuat Iman menoleh. Dan apa yang dilakukan Sayang nampaknya berhasil.
"Ada yang kamu butuhkan, Ay?" kata Iman yang langsung menoleh ke arah Sayang.

Sayang hanya menggeleng pelan lalu berkata "Kamu diam mulu."

"Aku sedang memikirkan sesuatu."

"Memikirkan apa?"

"Pekerjaan di Singapore." Jawab Iman lalu mengambil IPad yang terletak di dalam tas di dekat tempat duduknya.

"Haruskah kita kembali?"

"When you can walk perfectly, we will come back to Singapore."

"Baiklah... Ngomong-ngomong aku mau bilang sesuatu. Minta izin sih lebih tepatnya." Kata Sayang kemudian.

"Say it..."

"Boleh aku ketemu lagi sama temen aku tadi. Bang Sean." Kata Sayang meminta izin.

"Kalau aku larang apakah kamu akan menuruti laranganku?" Tanya Iman serius dan membuat Sayang tergagap karena tiba-tiba Iman mendekatkan wajahnya pada wajah Sayang. Tidak biasanya Iman menjadi aneh seperti ini.

"Aku hanya minta izin tapi tanggapan kamu menyeramkan gini. Kok bisa sih kita nikah." Kata sayang kesal sambil menggerutu. Nyalinya langsung ciut melihat reaksi Iman yang di luar dugaannya.

"Kenapa harus menemuinya? Memangnya dia siapa." Iman tergelitik ingin tau apa yang menyebabkan Sayang ingin bertemu dengan dokter yang sok akrab tadi.

"Mungkin dia bisa bantu aku mengingat memoriku yang hilang itu." Kata Sayang polos.

"Konyol." Kata Iman mengejek.

"Kok konyol." Sayang terheran dengan nada suara Iman Yang terdengar menyepelekan usahanya untuk mengingat apa yang terjadi padanya beberapa tahun terakhir.

"Kamu sudah tidak bertemu dia sejak kalian lulus High School jadi bagaimana bisa dia tahu tentangmu."

"Darimana kamu tau tentang bang Sean?"

"Aku tau semua tentang isteriku." Aku Iman. Padahal ia memperoleh banyak infomasi dari Martin terkait apapun tentang Sayang. Sayangnya pria gemulai itu sedang mengurus segala masalah yang terjadi di Korea dan juga pekerjaan Iman di Singapore sehingga tidak bisa membantu Iman di sini.

"Tapi aku gak tau apapun tentang kamu." Kata Sayang kesal. Ia kesal karena menjadi bagian yang tidak tahu apapun.

"Kamu punya banyak waktu untuk mulai mengenalku lagi. I'm your husband, remember?" Kata dengan nada yang meninggi.

"Aku bahkan belum bisa percaya kamu sepenuhnya karena aku merasa asing sama kamu." Kata Sayang setengah menjerit karena kesal mendengar Iman mulai yang menggunakan Nada tinggi padanya.

Rasa Sayang Where stories live. Discover now