Dug! Dug! Dug!
"Wah, keren sekali!" Amanda dan Vinnie terkagum akan suasana festival yang benar-benar meriah. Jalanan terang oleh lampion, dengan para penduduk yang menjajakan makanan serta ada pula yang mengenakan kostum sambil menari dan memainkan musik.
"Katanya kembang apinya akan keluar juga, lho!" kata Arie tiba-tiba yang berada di samping mereka dengan Tony. Leona, Vinnie, dan Amanda terlonjak.
"Ya ampun! Kalian juga ke sini?" tanya Amanda.
Arie mengangguk. "Tentu saja. Sayangnya, Kai tidak karena ia ada urusan."
"Urusan?" Kening Leona mengerut.
"Dia bilang begitu, jadi menyuruh kami ke sini duluan," kata Tony menambahkan.
Leona mengangguk dan ber-oh ria. "Dia bilang sesuatu yang lain?"
Keduanya menggeleng. "Tidak."
"Sayang sekali. Kalau begitu, ayo kita lanjutkan!" ajak Vinnie.
Amanda, Tony, dan Arie berseru, "Ayo!"
Leona hanya tersenyum tipis. Mereka mencoba berbagai permainan di sana, seperti dart yang mendapatkan hadiah boneka, tangkis pedang mannequin, dan adu tinju. Masing-masing dari mereka tentu saja mendapatkan hadiah.
"Ini keren!" Amanda memeluk boneka pandanya. "Dia lembut sekali! Andai aku bisa punya lagi."
Arie yang memegang boneka panda yang didapatnya dari mainan dart tadi tersenyum dan memberikannya. "Kalau begitu, ini untukmu. Aku rasa kau menyukainya."
Amanda melongo. "Serius?"
"Tentu saja." Arie tersenyum. "Atau mau kutarik lagi perkataanku, ya?"
Cepat-cepat, Amanda mengambil boneka Arie. "Tidak bisa! Sudah menjadi punyaku!" Ia menyengir. "Terima kasih..."
"Hahaha... tentu saja!" Arie mengacak-acak rambut Amanda hingga membuat Amanda kesal.
Leona menghela napas, melirik Tony dan Vinnie yang tengah bercanda sambil menyantap jajanan festival. Keduanya tampak tidak bisa diganggu gugat, sama seperti Amanda dan Arie. Ia mendesah, menatap liontin pemberian Kai saat mereka masih kecil dan menggenggamnya.
Ada urusan apa sampai kau tidak bisa bergabung, Kai? Leona bertanya dalam hati.
Bruk!
Seseorang dengan sengaja menyenggol bahunya. Ia menatap orang itu dengan kesal. Orang itu mengenakan jubah hitam bertudung dan kini, menoleh ke arahnya. Leona terkejut.
"Seo..."
"Ssst!" Seo Byul menaruh telunjuk di bibirnya. "Jangan beritahu yang lain."
"Kenapa?" Leona mengernyit bingung.
Seo Byul berbisik, "Ikut aku."
Mau tak mau, Leona mengikuti Seo Byul ke hutan yang cukup jauh dari desa. Seo Byul berjalan dengan cepat, membuat Leona semakin bingung.
"Sebenarnya, kita mau ke mana?" tanya Leona.
Seo Byul menolehkan kepala sambil terus berjalan. "Kau akan tahu. Terus jalan."
Leona menghela napas. Beberapa saat kemudian, ia mendengar erangan makhluk aneh tak jauh darinya. Ia berhenti, membuat Seo Byul berhenti.
"Ayo jalan. Jangan khawatir," kata Seo Byul.
"Kalau begitu, sebaiknya kau beritahu aku mau ke mana," ujar Leona.
Seo Byul menghela napasnya berat. "Diamlah dan kau akan tahu, oke?" Matanya menatap Leona serius. "Semua akan baik-baik saja. Ikuti aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Loctus : The Guardians Of The Great Magic - 3 [END]
Fantasy#Book 3 of Loctus History. Memasuki era tahun ajaran ketiga, dua dari enam Lachlers mengikuti turnamen Achler yang diadakan saat itu. Mereka tidak masalah jika pertandingan-pertandingan dalam turnamen akan berjalan normal tanpa gangguan musuh mereka...