Boing Boing

2.9K 358 34
                                    

Arthit dan bokongnya yang...aduhai.

***

Kongpob yang lagi-lagi untuk yang ke-- satu,dua,tiga-- ia sendiri kehabisan jari untuk menghitungnya, terpana--terpesona--terpukau--ter...

Boing boing boing

Astaga dari mana datangnya efek suara nista itu ketika senior kesayangannya berlari dibibir pantai. Hanya berbekal celana pantai yang menjuntai sebatas tengah pahanya, dengan tubuh bagian atas yang dibiarkan saja terbuka. Membuat Kongpob si fakir cinta itu hanya bisa menelan ludah pahit.

"Lihat, Kong! Buah dada oii lihat mereka bergoyang kesana kemari."

Oak disebelahnya berujar dengan nada suara persis seperti para penikmat porn hub. Tapi Kongpob mana mau peduli, masa bodo tak jauh dari si tuan boing boing itu bertebaran para wanita berbikini. Lagipula Arthit lebih menarik, lihat saja itu--

Boing boing boing.

Celana mini Arthit basah. Menjiplak jelas sesuatu yang membuat tengkuk Kongpob berdiri.

Bokong.

Sintal, penuh, dan terlihat empuk untuk disentuh.

"Kong. Kong! Ugh, lihat itu, sialan! Ayo kesana, berkenalan dengan astaga itu yang paling besar."

Besar?

Boing boing boing.

Arthit berlari lagi, kesana kemari. Setiap langkah kaki yang pemuda boing itu lakukan, selalu terngiang efek suara nista itu dipikiran Kongpob. Terlebih ketika bumper menggoda milik Arthit sedang memantul-mantul.

"Boing-ku!"

Konpob bangkit. Oak disebelahnya mengira Kongpob kerasukan hantu laut karena dengan langkah gagah berani, pemuda gila itu melangkah menuju--eh P'Arthit?

"Euh, apa maumu?"

Arthit memasang wajah sinis. Lagipula ada angin apa sampai junior kelebihan bahan pengawet macam Kongpob menghampirinya dengan ugh tatapan aneh.

Kongpob tak berkata apapun. Ambil 2 langkah memposisikan diri dibelakang tubuh basah Arthit.

Plop plop.

Boing Boing.

"Hyaaaaaaaa!!!!! Breeeengseeekk!!!"

Plak plak plak.

Sudah tahu bagaimana akhirnya. Kongpob dihadiahi tamparan maut kanan kiri. Tubuhnya menggigil seketika saat dirasa--sepertinya memang ia kerasukan.

Ia menatap bingung pada Arthit yang memerah antara malu atau marah, dah hei, sedang memegangi dua bokongnya?

Kongpob pias.
Menatap nanar pada dua telapak tangannya.

Astaga.

○○○

Kongpob membuka mata dan menemukan sebuah pemandangan yang--aduhai.

Arthit tertidur dengan posisi tengkurap, polos dan lucu -tentu saja-.
Di usia hubungan mereka yang sudah menginjak tahun ke empat, menemukan bahwa kekasih hatimu terbaring polos setelah malam yang panjang memang bukan hal yang baru.

Sedang musim panas membuat Arthit menomorduakan selimut yang biasa ia pakai. Tentu saja itu membuat Arthit persis seperti mayat tanpa busana yang ditemukan dipinggir kali.

Dan dua bakpao putih itu.

Plak plak

Tamparan nakal. Arthit cuma melenguh tak jelas tanpa tersadar dari tidurnya. Kongpob ingat jika bakpao putih itu semalam benar-benar membuatnya kewalahan.

"Ugh. Gemas!"

Boing Boing.

Meremas satu persatu. Lembut dan halus, mirip seperti pantat bayi.

"Hei, Brengsek!"

Dan ya si empu malah bangun.  Reflek ia merubah posisinya yang semula tengkurap menjadi telentang--bermaksud menyembunyikan bokongnya.

"Sudah kubilang jangan--"

Terlambat! Bukan lagi bakpao putih yang menjadi fokus Kongpob kali kini. Melainkan--

IYKWIM!

FIN

Holla~ terimakasih sdh membaca 😀😀😀

Kehabisan ide dan jadilah ini.
Gaje, semrawut, dan un-faedah.
Btw, semua cerita saya emg rerata unfaedah wkwkwk 😑

Sesuai judul, jadi anggap aja ini cerita sbg sarana mencurahkan semua kegilaan saya yg terpendam wkwkwk 😂😂
*pleaseabaikan*

Monggo Vomment.🙋🙋

Crazy CrazyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora