4

3.4K 248 6
                                    

Melihat Satria yang semakin tidak bisa menahan sakit di kepalanya, Dion pun langsung berdiri dan memapah Satria dibantu dengan yang lainnya.

Satria yang sudah memejamkan matanya dengan peluh membasahi wajah dan dahinya serta badan Satria yang terasa dingin membuat sahabatnya makin panik dan mempercepat langkah mereka ke ruang kesehatan.

Sesampainya di ruang kesehatan,  Satria langsung di tangani oleh Dokter Rudi sekaligus Om dari mereka berdua.

Sambil berjalan mondar mandir didepan ruang kesehatan Miko menghela nafas kasar dan memandangi Dion yang hanya bisa menunduk dengan sikap kaku serta tangan yang terkepal kuat di kedua sisinya, tanda orang tersebut lagi dalam mode khawatir.

"Yon, memang si Satria kenapa sih?, Perasaan tadi pagi dia baik baik aja deh." merasa namanya disebut Dion mendongakkan kepalanya dan menjawab pertanyaan Miko.

"Gue juga bingung dia kenapa karena ndak ada hal hal yang mencurigakan sedari tadi pagi kita berangkat bareng dari rumah!" rasa khawatir terus menjelajahi hatinya.

Melihat ke khawatiran Dion dan Miko, membuat Tomi dan Kevin tidak tau harus berbuat apa dan memilih untuk diam, hingga terdengar pintu ruang perawatan terbuka.

"Om, gimana keadaan Satria?" sambar Dion dengan wajah masih dengan wajah khawatirnya.

"Dia baik baik saja Yon, dia hanya kelelahan dan mungkin juga stress, selebihnya dia baik baik saja, Om sudah beri dia obat penenang, biarkan ia istirahat, akhir akhir ini kayaknya ia kurang tidur dan pola makannya juga berantakan, kamu kan tau kalau satria punya maag, itu juga salah satu faktornya." jelas dokter Rudi.

Dion hanya mengangguk dan lega mendengar perkataan dr Rudi.

"Yasudah kalian masuk gih," sambil menepuk pundak Dion dan melangkah menjauhi mereka.

"Om keruangan yayasan dulu ada perlu."

"Iyya, om makasih." jawab mereka seremtak.

Mereka pun masuk dan langsung menuju sofa yang berada di pojok ruangan tersebut, tapi Dion lebih memilih duduk di kursi yang ada di samping ranjang Satria yang belum sadarkan diri.

Berselang beberapa menit, yang pertama kali di lihatnya adalah langit langit ruangan yang berwarna putih, iya pun melirik sekitarnya sambil meringis memegangi kepalnya, ternyata sahabat sahabatnya sedang asyik dengan dunianya masing masing, Kevin yang pertama kali menyadari kalau Satria telah sadar langsung menyapanya

"Udah sadar Sat..?, lo ma, kalau mau ngagetin kita jangan kaya gitu dong!."

"Iyya, bener," sambung Tomi dan Miko menoleh kearah Satria sambil tersenyum lega melihat sahabatnya sudah sadar.

"Iyya, maaf, Dion mana??, sambil melirik para sahabatnya mencari sosok sodaranya tersebut.

"Im here brother", membuka pintu ruangan dan menenteng beberapa kantong makan. "Gimana keadaan lo?," katanya lagi sambil membawa kantong makanan tersebut ke atas meja sofa dan  menaruhnya lalu menoleh kearah Satria yang berusaha menyandarkan punggungngnya di kepala ranjang, karena kepalanya yang masih sakit walau tidak sesakit tadi dengan bantuan Miko yang berada di dekatnya menaruh bantal di belakang punggung Satria.

"Im feeling better, im fine," sambil menatap kembali Dion dengan senyum tipis di bibir pucatnya yang masih menunggu jawaban darinya. "Oya, thanks sudah nolongin gue,"

"Apa si lo, Sat....kayak orang lain aja lo!" sambar Miko sambil membuka kantong makanan dan mengeluarkan isinya satu persatu. "Kita ini sahabat Sat, dan itulah gunanya seorang sahabat kalau nggak nyusahin ya di susahin".

"Bener tuh, jadi lo nggak usah sungkan sama kita, kita makan dulu baru balik"

"Maksud lo, kita??", heran Satria.

"Iya kita semua, lo balik bareng Dion pake mobil gue, gue gampang nanti gue nebeng sama Kevin, motor lo tarok aja di sini nanti suruh orang ngambil."

Ucapan Miko semakin membuat Satria heran, yang sakit disinikan posisinya ia yang sakit ko sahabatnya pada mau bolos semua, "Ya gue ngerti, tapi maksud lo, lo semua bolos gitu.? Meyakinkan.

"Yup, apa lagi", sambil tersenyum jail, "Lo balik kerumah, gua ma yang lain mau main dulu, biasa ngecengin cewek tantip", yang di balas anggukan oleh yang lain, "Entar sore kita baru ke rumah lo."

"Terserah kalian deh" pasrahnya, melihat tingkah sahabatnya itu, Dion yang berada tepat disisinya menyodorkan kotak makanan, bukannya langsun di makan oleh Satria, ia hanya memandangi kotak makanan tersebut.

Rasa sakit di kepalanya memang masih terasa tapi  rasa mual di perut membuatnya enggan untuk makan.

"Kenapa tidak dimakan,?" ketika melihat Satria hanya memandangi kotak makan yang ia berikan tadi.

"Entaran aja deh dirumah, perut gue mual" dengan wajah yang menahan muntah.

"Lo hamil?" celetuk Kevin tiba tiba.

"Sembarang aja lo, lo pikir gue cewek apa!", kata Satria dengan suaranya yang agak serak.

"Vin....vin....terkadang lo ngomong bijak banget sampai sampai bisa ngalahin Mario Teguh tapi terkadang juga otak lo ndak nyampek sama sekali, heran gua."

Dion yang sudah ingin membuka kotak makanannya terpaksa ia tutup kembali tidak mungkin ia makan dengan nyaman sedangkan ada yang tidak beres dengan saudaranya, "Maag lo pasti kambuh tadi pagikan kita ndak sempat sarapan karena keburuh telat, yaudah kita langsung balik aja nanti biar di bikinin bubur sama bibi." putus Dion ketika melihat Satria kembali memejamkan matanya.

Vote and Comment ya
ApriliaAzura

My MemoriWhere stories live. Discover now