10

2.6K 186 8
                                    

Melihat putra sulungnya yang sedang menyesali perbuatannya, Herlambang menghampiri mereka, sambil menepuk pundak Satria yang terduduk menatap kedua tanganya yang memerah.

"Ayok kita bicara di sana nak, ada yang mau kamu ceritakan sama Papa?" Sambil mereka berjalan menuju ruang santai yang ada di pojok ruangan tersebut.

"Kamu kenapa Satria, ada yang ingin kamu ceritakan sama Papa?", mengulang kembali pertanyaan, Sambil menatap lurus ke dua bola mata anaknya.

"Lo minum dulu gih" sela Dion menyerahkan sebotol air minum yang sudah terbuka tutupnya.

"Makasih" meminum air tersebut hingga setengah, kemudian menatap Herlambang yang menungguh jawaban darinya.

"Sa.. Satria juga tidak tau Pa, Satria kenapa, mungkin Satria cuma lelah, Papa nggak usah khawatir", mengulas senyum di bibirnya, meletakkan botol air minum itu di hadapannya.

Inilah Satria semua masalah selalu ia tanggung sendiri. Herlambang menghela nafas panjang, "Ya, Sudah kalau kamu memang tidak mau cerita sama Papa, ngga apa apa".

"Oya, Papa kalah yah.. gimana kalau kita makan ice cream", berusaha untuk menormalkan kembali keadaan.

"Hmm, ngga de pa, papa saja dengan Dion, Satria mau pulang saja, Satria lelah pengen istirahat" Sambil melangkah keluar dari ruangan tidak berkata apa apa lagi.

Dion yang mau mengejar Satria di cegat oleh Papanya, "Jangan Dion biar saja, Satria butuh sendiri".

"Tapi Pa... Dion hanya khawatir Satria kenapa napa." dengan raut wajah khawatirnya memandang sang Ayah.

"Ndak apa apa Dion, tidak akan terjadi sesuatu sama anak Papa itu, dia hanya bingung dan butuh sendiri, mendingan kamu bantu Papa?."

"Bantu apa Pa?", mengikuti Herlambang keruangan lainnya.

"Ini ada beberapa dokument yang harus kamu pelajari gantikan Papa untuk menghandle pekerjaan ini karena lusa Papa sama Mamamu akan berangkat ke jepang, ada masalah sama perusahaan disana dan harus Papa sendiri yang menanganinya, seharusnya ini mau Papa kasih ke Satria tapi melihat kondisinya kayak nya jangan dulu. Jadi?, apa kamu mau menggantikan Papa nak?"

"Ok, Dion bisa ko Pa, tenang saja". Herlambang langsung menepuk pundak anaknya sambil tersenyum tulus.

"Terimah kasih ternyata semua anak anak Papa bisa di andalkan. Ayo kita pulang, Mamamu pasti khawatir Papa tadi janjinya jam 8 malam sudah ada di rumah", Sambil berjalan keluar dan Dion mengikutinya di belakang.

Di lain tempat

Satria masuk kedalam rumahnya berjalan dengan tatapan kosong dan sedikit sempoyongan, entah apa yang ada di dalam pikirannya, dia terus berjalan naik menuju kamarnya sebelum suara dari arah dapur membuyarkan pikirannya.

"Satria, kamu sudah pulang sayang, Papa sama Dion mana?" ucap sang mama yang sedang mempersiapkan makan malam.

"Satria pulang duluan Ma." Sambil tersenyum tulus kearah Julia.

Melihat ada sesuatu yang berbeda dengan sang anak Julia menghampiri Satria dan mengelus pipinya, "Ada apa sayang, cerita sama mama?"

"Ndak ada apa apa Ma, Satria cuma lelah ko' Satria ke kamar dulu ya" Sambil terus melangkah menuju kamarnya.

Satria memasuki kamar yang bernuansah putih itu, mengehempaskan tubuhnya di ranjang king size tersebut, Sambil mendesah pelan dan memijit pelipisnya mengurangi rasa pening di kepalanya.

"Sebenarnya gue kenapa sih!, Tuhan kenapa bayang bayangan itu selalu datang, ada apa sebenarnya?!"

Dengan nafas yang menderu Satria bangkit dan duduk pada pinggir tempat tidur memegang kepalanya memaksa dirinya mengingat apa yang sebenarnya terjadi, semakin Satria mencoba mengingatnya rasa sakit di kepala makin menghantamnya kuat.

My MemoriWhere stories live. Discover now