Part 6

5.1K 312 7
                                    

Abeoji, Eommeoni, tolong jangan memaafkan putrimu yang durhaka ini. Terima kasih telah membesarkanku dengan berlimpah kasih sayang. Aku pergi, bukan karena aku tidak sayang lagi pada kalian. Jangan cari aku. Aku janji akan segera pulang dan menjadi putri kalian yang paling manis.

~~~

“Saya dari desa pengerajin besi. Nama saya Choi Yoon Sung,” kata prajurit ke dua puluh yang memperkenalkan diri.

Jin Yong terbelalak menatap prajurit itu. Tidak ada satupun yang tahu, kecuali dirinya, bahwa prajurit bernama Choi Yoon Sung itu bukanlah seorang laki-laki. Dia adalah gadis cantik yang bernama Choi Yoon Woo, adik tiri Jin Yong. Dan Jin Yong mulai was-was saat pembagian kamar untuk prajurit baru. Dia takut Yoon Woo akan sekamar dengan laki-laki. Dia berdoa dalam hati agar bisa sekamar dengan adiknya, untuk bisa menjaganya sampai tugas mereka di perbatasan selesai.

Dan doanya terkabul. Choi Yoon Sung alias Yoon Woo akan sekamar dengan Choi Jin Yong.

“Apa yang kau lakukan di sini?” pekik Jin Yong tertahan saat dia dan Yoon Woo sudah berada di kamar.

“Setahun tidak ada kabar dari Orabeoni sama sekali. Abeoji tidak bisa tidur dengan nyenyak. Eommeoni menangis setiap hari. Mi Rae Eonni tak henti berdoa. Jadi aku ke sini untuk melihat apakah Orabeoni baik-baik saja.”

Jin Yong mengernyit, “Aku tidak percaya pada alasanmu, terutama di bagian Eommeoni menangis setiap hari. Beliau akan menangis tanpa henti mulai hari ini, karena kehilangan putrinya.”

“Eh, aku tidak bohong! Eommeoni memang menangis jika memikirkanmu, meski memang tidak setiap hari.”

“Nah, sekarang kau sudah melihat aku baik-baik saja, bukan? Besok kau harus pulang.”

“Tidak mau,” tolak Yoon Woo sambil duduk di atas kasur. “Aku ingin bersama Orabeoni.”

Jin Yong menggaruk-garuk kepalanya dengan kedua tangan sambil berjalan mondar-mandir.

“Yoon Woo, tempat ini sangat berbahaya untuk perempuan. Untung saja kau sekamar denganku. Bagaimana kalau kau sekamar dengan pria lain dan mengetahui identitas aslimu? Kau bisa diperkosa ramai-ramai!”

“Aku bisa menjaga diri sendiri. Ilmu bela diriku sudah sampai di tahap paling tinggi. Kapten Lee saja memujiku saat melihatku berlatih.”

Jin Yong berlutut di depan Yoon Woo sambil menggenggam tangannya, “Kumohon, pulanglah, Yoon Woo. Tidakkah kau mengerti bahwa aku sangat mengkhawatirkanmu? Abeoji dan Eommeoni juga pasti akan khawatir setengah mati.”

Tiba-tiba pintu terbuka. Jin Yong dan Yoon Woo tersentak kaget. Jin Yong segera melepaskan genggaman tangannya. Kapten Lee berdiri di depan pintu sambil memeluk sebuah buntalan. Dia masuk dan membuka buntalannya yang berisi baju-baju. Dia mengambil satu stel baju tidur, lalu mulai melepas baju dinas yang membalut tubuhnya. Jin Yong segera menutup mata Yoon Woo yang terbelalak sambil menahan napas.

“A… apa yang anda lakukan, Kapten?”

Kapten Lee, “Kau tidak lihat aku sedang ganti baju tidur?”

“Mengapa anda ganti baju di sini?”

“Aku mau tidur.”

“Anda mau tidur di sini?”

“Memangnya tidak boleh?”

“Bukankah Kapten punya kamar sendiri?”

“Memangnya aku tidak boleh tidur dengan junior-juniorku? Hei, apa yang sedang kau lakukan?” tanya Kapten sambil menunjuk tangan Jin Yong.

Jin Yong menoleh. Tangan yang tadinya menutup mata Yoon Woo, kini tidak sedang menutup apapun, karena Yoon Woo menurunkan kepalanya, agar dapat menikmati tubuh atletis Kapten Lee yang sedang bertelanjang dada. Jin Yong menggertakkan gigi menahan kekesalan. Dia ragu kalau adiknya kemari benar-benar karena ingin menyusulnya.

“Hei, kau!” Kapten Lee menegur Yoon Woo yang sedari tadi menatap tubuhnya tanpa kedip, “Kau lihat apa?”

“Aku sedang mengagumi tubuh Kapten yang sangat keren,” jawab Yoon Woo seratus persen jujur.

Kapten Lee menggerakkan kedua lengannya seperti binaragawan sehingga otot-ototnya pun tersembul. Kemudian Kapten Lee menghampiri Yoon Woo, menekan-nekan kedua lengan Yoon Woo. Gadis itu menahan napas ketika menyadari jarak sang kapten pujaannya begitu dekat dengannya.

“Otot lenganmu kurang kencang. Kau harus banyak olahraga dan latihan, kalau mau memiliki tubuh sepertiku,” kata Kapten Lee.

Kedua tangan Jin Yong mencengkeram selimut kuat-kuat, berusaha menahan diri untuk tidak menghajar Kapten Lee yang berani-beraninya menyentuh tubuh adiknya.

“Oh, aku ngantuk sekali. Kalian berdua matikan lilinnya, ya,” perintah Kapten Lee yang sudah bergelung di kasurnya.

Jin Yong berdiri untuk mematikan lilin, sementara Yoon Woo bergeser ke kasur tengah, tepat di sebelah Kapten Lee. Sambil menatap wajah tegas Kapten Lee yang mulai terlelap, Yoon Woo membaringkan tubuhnya. Namun sebelum kepalanya menyentuh bantal, tangan Jin Yong menatang kepalanya. Yoon Woo nyaris menjerit saat Jin Yong menggendong dan membaringkan tubuhnya di kasur dekat pintu.

Orabeoni!!!” protes Yoon Woo tanpa suara.

Jin Yong menunjukkan kepalan tangannya sambil melotot, sebelum tidur di kasur tengah, memisahkan adiknya dari sang kapten.

***

Hari-hari telah berlalu sejak menghilangnya anak perempuan keluarga Choi satu-satunya itu. Hong Yoon Hye, sang ibu, selalu duduk di teras rumahnya tiap pagi dan sore, menunggu kepulangan putrinya. Yoon Shik hanya bisa mendesah tak berdaya melihat tingkah istrinya itu. Yoon Shik bukannya tidak mencemaskan anaknya. Tiap hari dia selalu mendoakan agar putrinya itu bisa menjaga diri dengan baik sampai pulang kembali dengan selamat tanpa kurang suatu apapun.

Buin, hari sudah sore. Ayo kita masuk,” ajak Yoon Shik.

Yoon Hye mengangguk, "Masuklah dulu, Seobangnim. Aku ingin duduk di sini sebentar sampai matahari benar-benar tenggelam.”

Beberapa saat setelah Yoon Shik masuk, seorang wanita datang. Wajah wanita itu sangat cantik setelah jangot hijau mudanya dilepas. Sekilas dia terlihat seperti wanita bangsawan yang kaya raya. Tetapi dari chima hitam yang agak menerawang, serta gelungan rambut bertumpuk di belakang kepala, Yoon Hye tahu bahwa wanita itu adalah gisaeng, meskipun wanita itu tidak memakai gache tinggi.

“Mencari siapa?” tanya Yoon Hye.

“Bisakah saya bertemu dengan Choi Yoon Shik Nauri?”

Mata Yoon Hye menyipit curiga sembari memanggil suaminya. Bagaimana mungkin suaminya yang tampaknya setia itu, ternyata mengenal seorang gisaeng?

Yoon Shik muncul dengan baju santai, “Ada apa, Buin? Apa Yoon Woo sudah pulang?”

“Ada wanita yang mencarimu. Gisaeng,” kata Yoon Hye dengan nada cemburu.

Yoon Shik menoleh, menyipitkan matanya yang mulai rabun, kemudian terperangah.

To be continue…

kamus:

buin = panggilan untuk istri

seobangnim = panggilan untuk suami

nauri = tuan

I Am The King ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang