Part 18

5.5K 305 6
                                    

Meski masih kontroversial, Jin Yong kini sudah menetap di kediaman keluarga Raja dengan status Putera Mahkota. Dia yang sudah biasa hidup mandiri, masih canggung dengan semua pelayanan ekstra dari kasim dan para dayang. Dia yang sangat jarang mandi sampai badannya berbau kecut, kini mandi setiap hari dengan air bercampur rempah-rempah yang menyegarkan. Dia yang biasanya berpakaian awut-awutan, kini rapi dengan pakaian mewah Putera Mahkota berwarna biru gelap, lengkap dengan topinya.

Makanan mewah disajikan tiga kali sehari, plus camilan di waktu senggang. Akan tetapi semua makanan itu harus dicicipi oleh kasim terlebih dahulu untuk menghindarkannya dari racun. Berhubung nyawanya terancam, pengamanannya pun sangat ekstra. Penjagaannya dua puluh empat jam. Beberapa pengawal selalu mengikutinya ke manapun dia pergi, bahkan saat tidur. Jin Yong tidak pernah bisa tidur pulas tiap kali menyadari pengawal pribadinya duduk di pojokan untuk mejaganya.

Jin Yong bisa mati bosan jika saja tidak ada Yoon Woo dan Jung Hwan yang terkadang datang menemaninya sebentar. Yoon Woo meskipun masih baru, namun dia dipercaya untuk menyajikan makanan sehari-hari Jin Yong, karena Yoon Woo adalah adik angkatnya sendiri. Sedangkan Jung Hwan yang meskipun jabatannya masih Bongsa, kini menjadi tabib pribadi Jin Yong yang sering membuatkan ramuan tonik untuk kesehatan. Tetapi masih ada yang kurang. Mi Rae. Dia merindukan sahabatnya itu.

***

Mi Rae melewati bukit dan hutan, mengikuti arah matahari kecil nan misterius itu, hingga membawanya ke perbatasan utara Joseon. Dia hanya bisa sampai di depan gerbangnya, karena daerah itu dijaga ketat oleh banyak prajurit. Mi Rae tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya dan harus mencari siapa. Apakah perjalanannya ini akan menjadi sia-sia?

Tak lama kemudian pintu gerbang terbuka. Terdengar suara langkah kuda berjalan dari dalam sana. Lambang matahari kecil itu tiba-tiba bersinar terang, menyinari wajah orang yang menaiki kuda itu. Mi Rae terkesiap. Meski tidak pernah mengenal secara langsung, tetapi dia tahu siapa pria ini.

***

Kapten Lee Joo Won keluar dari gerbang perbatasan untuk pulang ke rumahnya, karena dia mendapat kabar bahwa ibunya sedang sakit keras. Begitu sampai di rumah, seorang gadis cilik berlari menyambutnya.

"Waesamchon!!!”

“Halo keponakanku yang cantik…” sapa Joo Won sambil meraih keponakannya di dalam gendongan dan membawanya masuk ke rumah.

Noonim, bagaimana keadaan Eommeoni?” tanya Joo Won saat bertemu kakak perempuannya, Hwa Young yang sedang mengompres kening ibu mereka.

“Tabib sudah datang dan memberikan obat. Sekarang panasnya sudah mulai turun dan perutnya tidak sakit lagi,” jawab Hwa Young yang berdiri sambil membawa baskom untuk diganti airnya dan mengajak putrinya ikut keluar.

Eommeoni,” panggil Joo Won sambil menggenggam tangan ibu.

“Kenapa pulang? Bagaimana dengan tugasmu? Tidak usah mengkhawatirkanku. Eommeoni baik-baik saja, hanya salah makan. Kembalilah, lakukan tugasmu untuk melindungi Putera Mahkota,” kata Ibu.

Joo Won terkekeh, “Aku masih sering tertawa sendiri jika mengingat hal ini. Anak buahku ternyata adalah anaknya Raja. Dulu kami sempat saling bercanda. Dia mengatakan kalau dia adalah anak Raja, dan aku pun mengatakan kalau kita sepupu. Ternyata semua memang benar-benar nyata.”

Ibu juga terkekeh pelan, “Takdir memang terkadang mengejutkan.”

“Dia anak dari gisaeng yang pernah dimenangkan oleh Abeoji itu, ya?”

“Benar. Ayahmu memenangkannya untuk diberikan kepada adiknya, Raja kita sekarang. Hhh…” Ibu menghela napas panjang, “Kisah cinta mereka sangat rumit. Dulu kupikir, hidup kita yang paling sengsara setelah kematian ayahmu. Ternyata ada yang lebih sengsara lagi.”

Ibu Joo Won, Hwa Soon, teringat pada masa-masa suramnya, ketika dia kehilangan pria yang sangat dicintainya karena dibunuh oleh musuh mertuanya. Padahal pagi sebelum suaminya terbunuh, mereka baru saja bersorak gembira saat mengetahui bahwa Hwa Soon akhirnya bisa mengandung lagi. Namun orang lain masih belum tahu tentang kabar gembira yang rencananya akan diumumkan seusai pesta pernikahan adik iparnya.

Hwa Soon pun menutupi kehamilannya dari siapapun. Dia mengasingkan diri ke kampung halaman ibunya. Hanya keluarganya sendiri yang mengetahui hal ini, dan merahasiakannya. Hwa Soon tidak ingin anak keduanya yang ternyata laki-laki itu terlibat intrik politik panas di istana yang bisa menghilangkan nyawa. Dan ketika mengetahui kisah Myung Geum yang menyembunyikan putranya selama dua puluh tahun itu, Hwa Soon bisa memahami. Mereka memiliki ketakutan yang sama. Mereka sama-sama seorang ibu yang menginginkan anak mereka hidup normal tanpa bahaya yang menghadang.

***

Beberapa minggu di istana, Jin Yong mulai dipusingkan dengan daftar nama-nama gadis yang akan didaftarkan sebagai calon Putri Mahkota untuk mendampinginya. Rata-rata dari kalangan bangsawan dan anak para menteri. Semuanya cantik dan pintar. Akan tetapi Jin Yong tidak tertarik pada mereka semua. Ketika Raja menyuruhnya menikah, ada satu nama yang terlintas di kepalanya, akan tetapi nama itu tidak tercantum di dalam daftar.

Dulu orang itu tidak berani Jin Yong akui sebagai orang yang dia cintai sebagai wanita, karena status mereka sangat terlarang untuk bersatu. Akan tetapi setelah semuanya sudah jelas, dia akan memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya.

***

Selama seminggu terakhir, Yoon Woo sudah tidak pernah lagi menyajikan langsung makanan untuk Jin Yong. Sejak mengetahui kalau Jin Yong akan dinikahkan, Yoon Woo mulai menjauh dan hanya berkutat di dalam dapur.

“Kau ingin membuat pangsit super kenyal, ya?” tanya Jin Yong, mengagetkan Yoon Woo yang sedang menguleni adonan pangsit sambil melamun.

Yoon Woo bangkit dan menunduk hormat.

“Kenapa kau tidak mengantarkan makanan lagi? Bosan bertemu denganku terus?”

“Saya dengar anda sebentar lagi akan menikah. Saya jadi merasa tidak enak jika sering mengunjungi kamar anda. Jadi lebih baik dayang senior saja yang mengantarkan.”

Jin Yong menghela napas panjang, “Seandainya bisa memilih, aku tidak ingin terlahir sebagai anak Raja, sehingga kita tidak perlu bicara sekaku ini. Aku merindukan masa-masa akrab kita. Ketika kita saling bercanda, menggoda, sampai bertengkar. Aku rindu kau memanggilku Orabeoni dan bermanja-manja memohon ingin dibikinkan pedang.”

Yoon Woo menggigit bibirnya, menahan air mata agar tidak keluar dari sarangnya. Tiba-tiba Jin Yong menggenggam tangannya yang masih belepotan tepung.

“Tetapi jika menjadi kakakmu, aku tidak boleh mencintaimu.”

Yoon Woo terpaku tak bergerak. Dia terkejut, namun tidak berani mengangkat kepalanya yang masih tertunduk.

“Aku akan mencoba bicara dengan Abbamama untuk menjadikanmu Putri Mahkotaku. Kau masih keturunan Yangban. Kakek dulunya Menteri Perang, bukan? Lagipula Abeoji juga adalah sahabatnya Abbamama.”

Yoon Woo diam saja.

“Oh, astaga, aku lupa meminta persetujuanmu,” kata Jin Yong terkekeh sambil mengangkat dagu Yoon Woo dan menatap matanya yang berkaca-kaca, “Maukah kau menjadi Putri Mahkotaku?”

Yoon Woo mengangguk pelan. Jin Yong menangkup kedua pipi Yoon Woo, lalu bibir mereka menyatu. Kasim dan pengawal pribadi yang mengikuti Jin Yong, memalingkan wajah mereka.

To be continue…

Kamus:

Waesamchon : paman dari pihak ibu

Noonim : panggilan untuk kakak perempuan oleh adik laki-laki. Kalau bahasa modernnya, Noona.

Abbamama : panggilan anak raja kepada ayahnya (raja)

I Am The King ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang