Part 44

3.9K 209 33
                                    

Assalamu'alaikum😊

Selamat siang gais aku comeback again nih😉
Gais gak tahu kenapa tiba-tiba aku punya penyakit hipertensi😣😢 do'anya ya mentemen karena sumpah ini kepala pusing bangett..

Happy Reading♡♡♡

Aku berangkat ke kantor pagi ini dengan lesu. Ya gimana gak lesu? Bayangan kejadian semalam masih tertanam di ingatanku.

Sesampainya di kantor ternyata masih sepi, oh rupanya aku yang datang terlalu pagi! Aku pun segera bergegas ke ruangan Adrian untuk mengembalikan kunci mobilnya.

Ceklek...

“Kalau masuk itu biasakan ketuk pintu!”

Astagfirullahaladzim kaget saya.” ucapku refleks karena aku benar-benar terkejut. Kupikir di ruangan itu tidak ada siapa-siapa.

“Maaf pak, saya pikir bapak belum datang.” ucapku kemudian setelah meredakan rasa kagetku.

Tidak ada balasan darinya dan aku pun bergerak mendekati mejanya.

“Saya kesini hendak mengembalikkan kunci mobil bapak. Terima kasih atas pinjamannya pak.” ujarku sambil meletakkan kunci mobil di meja Adrian.

“Iya sama-sama.” jawabnya singkat.

“Oh ya pak ini dari Mommy.” ucapku dan menyerahkan kotak bekal yang isinya makanan untuk sarapan.

“Sampaikan terima kasih saya untuk tante Syaqira.” jawabnya.

“Baik pak. Oh ya, saya ucapkan selamat ya pak.” ucapku.

Ia mengerutkan kedua alisnya, aku yang mengerti akan kebingungannya langsung melanjutkan ucapanku.

“Selamat atas euummm... apa ya, pertunangan mungkin? Antara bapak dan Dira.” lanjutku.

“Bukan pertunangan sih sebenarnya hanya pengenalan dua keluarga. Tapi terima kasih semoga ucapanmu menjadi do’a untuk kami.” ucapnya.

Aku pun hanya tersenyum kecut mendengar jawabannya, entah kenapa rasanya terlalu sakit ketika dia mengatakan kata “kami”.

“Kalau begitu saya permisi dulu pak.” ucapku dan segera keluar dari ruangannya.

***

“Ayya maafin guee.” ucap Anna tiba-tiba ketika dia datang ke kantor dan langsung memelukku.

Aku menguraikan pelukan kami.

“Apaansih lo.” ucapku.

“Soal semalam itu Yya. Gue kan ngirim foto pak Adrian.” ucapnya.

“Yaelah gue pikir apaan. Gak papa kali Na.” ucapku.

“Beneran lo gak papa?” tanyanya sangsi.

“Iya Anna.” ucapku sambil tersenyum.

“Syukurlah. Gue pikir lo bakalan marah gitu sama gue.” ucapnya sambil cengengesan.

“Udah deh mending cepet kerja aja.” ucapku mengakhiri perbincangan kami.

Ia pun hanya tersenyum menanggapi.

---

Siang ini divisi keuangan penuh dengan bisik-bisik diantara para pegawainya. Rupanya banyak sekali yang menyimpulkan mengenai Adrian dan Nadira, apalagi barusan mereka baru saja keluar bersama untuk makan siang.

Aku duduk sendiri memandang layar komputer, semua temanku sudah keluar untuk makan dan aku tidak berniat untuk bergabung. Suasana hatiku cukup buruk hari ini jadi sebisa mungkin aku menghindari tempat dimana Adrian berada.

Drrtt...

Ponselku bergetar dan segera aku lihat siapa yang menelpon, rupanya kak Rio. Aku pun segera mengangkatnya.

Assalamualaikum kak tumben nih nelpon jam segini.” ucapku langsung.

“Wa’alaikumsalam ya ampun Yya kamu itu baru juga aku nelpon udah ditodong gitu aja.” jawab kak Rio dari seberang telpon.

Aku pun tertawa mendengarnya.

“By the way Yya aku lagi di Yogya lho.” ujar kak Rio.

“Seriusan nih kak? Dalam rangka apa?” tanyaku.

Aku tadi udah meeting sama salah satu klien aku di sini.” jelas kak Rio.

“Oh gitu, yaudah deh nanti sore kita ketemu yuk kak.” ajakku.

Jalan dengan kak Rio sepertinya bukan hal yang buruk.

Kenapa nanti sore? Sekarang aja gimana?” usul kak Rio.

“Aku masih di kantor kak dan gak mungkin keluar sekarang.” terangku.

Aku juga lagi di kantor kok.”

Dan pernyataannya sampai disini membuatku bingung.

Aku lagi di kantor kamu.” terangnya kemudian.

“What???”

Udah deh sekarang ke kantin aja aku tunggu!” perintah kak Rio.

Dia pun memutuskan telponnya dan akhirnya aku pun mengambil tas dan berniat untuk pergi ke kantin.


====


Sesampainya di kantin aku menatap sekeliling untuk mencari kak Rio. Ketemu! Tapi tunggu kenapa dia duduk bertiga dengan  Adrian dan Dira?

Dengan kaku aku pun berjalan menuju mereka.

“Hai kak.” sapaku ketika sudah di depan kak Rio.

“Hai Ayya. Lama banget sih.” ujar kak Rio.

Aku pun memutar bola mata malas dan menarik kursi di samping kak Rio dan sialnya itu di depan Adrian.

“Ini calon yang kamu ceritakan Yo?” tanya Dira.

Tunggu, calon? Maksudnya apaaan.

“Hahaha iya dia calon aku tapi gak tahu kapan.” ucap kak Rio sambil tertawa dan mengedipkan sebelah matanya padaku.

“Ih genit banget sih. Jijik tahu.” ucapku sambil memandang malas ke kak Rio.

“Jangan jijik Yya nanti kamu malah ketagihan lagi dengan kegenitan aku.” ucap kak Rio sambil terkekeh.

Adrian tiba-tiba berdiri dari duduknya, dan sontak kami semua menoleh ke arahnya.

“Kamu belum pesan apa-apa kan Nay? Sekalian aja saya pesankan karena saya mau ada yang ditambah.” ucapnya dan berlalu begitu saja.

Setelah Adrian kami semua dalam keadaan hening.

“Emm kak kapan sampai ke Yogya?” tanyaku pada kak Rio mencoba memecahkan suasana yang tiba-tiba canggung.

“Tadi subuh aku baru nyampe.” jawabnya.

“Ada urusan dengan perusahaan ini bukan kak?” tanyaku.

“Bukan, tapi dengan perusahaan tetangga. Tapi kesini karena mau nyamperin kamu aja. Tapi ya tadi malah ketemu Adrian dan akhirnya kesini deh.” terang kak Rio sambil terkekeh.

“Oh ya Dir, kamu sama Adrian kapan tunangan?” tanya kak Rio pada Dira.

“Gak tahu sih kemarin juga cuma ngobrol santai aja antara keluarga aku dan Adrian tapi kalau ke jenjang yang lebih serius sepertinya gak tahu kapan, soalnya kemarin gak ada yang bahas itu.” jawab Dira.

“Hubungan kamu sama Adrian sekarang apa sih?” tanya kak Rio.

Tepat sekali kak Rio bertanya, karena aku pun ingin sekali mengetahuinya.

“Aku sama Adrian..”

omongan Dira terputus karena Adrian sudah kembali dan duduk di sampingnya.

“Udah Ad?” tanya Dira pada Adrian, dan hanya dibalas anggukan singkat darinya.

“Eh Ad tadi Rio nanya katanya apa hubungan kita.” ujar Dira.

“Aku sama Dira hanyalah sepasang manusia yang saling berbagi pengalaman, saling membagi luka dan saling menyembuhkan.” ucap Adrian dengan lugas.

Tepat ketika Adrian berkata demikian aku meliriknya dan ternyata pandangannya tertuju padaku. Aku pun segera mengalihkan pandangan dan kulihat Dira tersenyum sambil memandang Adrian.

Tak lama kemudian makanan kami datang.

Aku terdiam memandang makanan yang disajikan di depanku. Makanan ini persis seperti yang aku pesan ketika makan pertama kalinya dengan Adrian di kantin perusahaan om Daniel.

“Kenapa Yya? Gak suka?” tanya kak Rio.

“Hah? Ngg..Nggak kok kak.” jawabku sambil tersenyum kaku.

“Kamu gak usah gak enak sama Adrian, kalau gak suka bilang aja. Lagian lo sih Ad pesen pake gak nanya dulu.” ujar kak Rio.

“Ih kak Rio berlebihan banget sih, sumpah aku tuh suka kok.” jawabku sambil tersenyum meyakinkan.

“Okay deh yuk makan.” ucap kak Rio.

Kami pun makan dalam diam. Sesekali kulirik Adrian tapi dia sepertinya tidak mengindahkan keberadaanku lagi.

***

Satu minggu kemudian...

Aku berjalan ringan memasuki kantor. Tentang Adrian? Sudahlah mungkin hubungan seperti ini yang dia inginkan. Jika dia membuat tembok pertahanan yang begitu kuat, bagaimanapun usaha ku rasanya akan sia-sia.

Drrtt..

Pak Adrian Calling

Aku pun segera mengangkat telpon dan berhenti sejenak di lobby.

Assalamu’alaikum, selamat pagi pak.” salamku.

“Wa’alaikumsalam. Kamu dimana Nay?” tanya Adrian.

“Saya udah di Lobby pak. Ada apa ya?” tanyaku.

Setelah sampai kamu segera ke ruangan saya ya.” perintahnya.

“Baik pak.” jawabku tanpa banyak bertanya.

Sebelum aku mengucapkan apa-apa lagi Adrian sudah menutup telponnya.

Aku pun segera bergegas ke lift menuju ruanganku.

Sesampainya di ruangan aku segera pergi ke ruangan Adrian. Tapi kemana sekretarisnya? Ah mungkin dia belum datang karena ini masih jam 7 dan jam kerja adalah jam 8.

Tok..Tok..Tok..

“Masuk.” suara Adrian terdengar.

Aku pun segera membuka pintu dan masuk ke ruangannya.

“Duduk Nay.” ucap Adrian.

Aku pun duduk di depannya.

“Hari ini kamu temani saya ke Sleman.” ucap Adrian.

Aku mengerutkan kening tidak mengerti maksud Adrian.

“Disana kan kita lagi buat hotel baru, nah ada yang harus saya check langsung kesana.” Adrian menjeda ucapannya.

“Saya meminta kamu karena saya tahu mengenai pembiayaan hotel itu ada hubungannya dengan tanggung jawab kamu kan?” tanya Adrian.

Aku pun hanya mengangguk.

“Yaudah sekarang kamu siap-siap. Setengah jam lagi kita berangkat.” ucapnya.

“Baik pak, saya permisi dulu.” ucapku.
Aku pun segera keluar dari ruangannya.


Ini akan menjadi perjalanan dinas pertamaku dengan Adrian.









Jangan lupa vote☆sama komentarnya yaa♡♡
Komentar kalian membuatku semangat menulis😁😁😁

My PriorityWhere stories live. Discover now