11

607 69 13
                                    

Di atas itu gambaran kamar yang dimasukin Novi. Yang di tengah itu buku gedenya. Sebenarnya ada kasur, tapi buku yang saya oret-oreti terlalu kecil (Maklumkan saja, itu lagi iseng).

Baiklah, selamat menikmati cerita~

....

"Adakah yang menganggu pikiran nona?" tanya Rio sambil berjalan mendekatiku.

"Tidak, aku rasa..."

"Ada apa nona?"

Aku menatap mata ungu Rio yang menatapku bingung. "Semuanya membingungkan. Kau, kalian, mereka, dan dunia ini. Sebenarnya apa yang terjadi di sini?" tanyaku bingung.

Rio menghela nafasnya sambil memejamkan kedua matanya. "Anda telah mati, sebagai Alsovi dan hanya kami yang mengetahui engkau hidup kembali sebagai Novi," kata Rio dengan nada lembut.

"Dan mereka bertiga."

"Mereka bertiga? Siapa?" tanya Rio dengan nada menyelidik.

"Dahlah biarin aja, kalian bisa saja bertengkar jika saling tahu. Ditambah aku nggak terluka kan?"

"Nona tiba-tiba terjatuh itu bukan terluka?!" suara Rio sedikit meninggi.

"TAPI BUKAN KARENA MEREKA!! Ka... dunia ini... dunia ini sudah hancur!" Aku menenangkan nafasku yang menggebu-gebu.

"Iya, dunia kami berlima memang sudah hancur. Saat menyadari engkau telah tiada," suara Rio lebih lembut.

"Aku bukan si ilmuan."

"Tetapi engkau menerima kami apa adanya. Sifat kami yang tak sempurna, dari dulu kau sudah menerima kami."

"Tentu saja, si penemu menerima penemuannya bukankah sudah biasa?" potongku.

"Itu benar, tetapi bukan hanya itu. Cara pandang engkau terhadap kami tidak berubah. Tetap memperhatikan kami selayaknya manusia yang dapat mendapatkan kesenangan kami dengan bebas, membiarkan kami untuk melakukan apa yang kami mau. Itu tak berubah," kata Rio yang terdengar nada bangga di sana.

"Aku bukan Alsovi," ucapku pelan.

"Kami mengerti, menerima jika kau adalah kenyataan seseorang yang keterlaluan pintar akan membuatmu bingung. Sekarang sudah larut, tidurlah, Novi."

Aku membelalakkan mataku kaget, saat berputar Rio telah menutup rapat pintu. Dia memanggil namaku? Bukankah ini pertama kalinya? Apakah aku harus senang dengan keadaan ini?

....

"Maafkan aku dulu menghilang begitu saja tetapi kini aku sudah kembali," katanya dengan senyum sedih.

"Tetapi.." Aku melihat para lelaki itu menunjukan raut tidak percaya.

"Jadi... Alsovi hanya menghilang? Bukan meninggal?" tanyaku bingung.

"Meninggal? Maaf aku terlalu lama pergi, pasti kalian menganggap aku telah tiada," kata Alsovi dengan ekspresi sedih.

Apakah ia bisa aku panggil Alsovi? Ekspersi para cowok menunjukan ekspresi aneh. "Bukankah ini bagus?" Para cowok melihatku kaget, kecuali Vin. "Kalian jadi bisa bertemu dengan Alsovi asli."

"Tetapi nona..!"

"Nona? Aku bukan nonamu. Nonamu adalah dia," tunjukku ke Alsovi yang masih berdiri di tempatnya.

Semuanya terbuangkam. Sorotan mata mereka seperti ingin mengatakan sesuatu tetapi tak di katakan.

"Kalau begitu, tidak ada lagi urusanku di sini. Saatnya pulang. Aku pergi dulu," kataku setelah beberapa detik dan melangkah menuju gudang.

[Sisanya telah dihapus. Terima kasih]

.
.

Halo selamat pagi semuanya~

Spoiler untuk selanjutnya:
Kalian akan bertemu dengan kedua kakak Novi yang sering ia pikirkan. Plus... Saya sedang menggambar mereka haha..... Ya ditunggu aja kapan munculnya.

Fitur baru watty kini membuat saya ingin cepat2 menyelesaikan cerita Davion. Iya, nggak salah baca.

Da-vi-on.

Ditambah "x reader". Tapi ya tunggu saya sampai selesai bikin draftnya hehe :v

Baiklah udah ada dua spiler saatnya menutup cerita.

Terima kasih yang sudah membaca, have a good day~

-(01/09/2018)-

The Different [PUBLISH]Where stories live. Discover now