2. Claim

9.4K 667 32
                                    

"Manusia tidak ada yang diciptakan sempurna. Lalu, kenapa kebanyakan mereka bertingkah seolah paling sempurna di muka bumi ini?"

°°°°°

"Haii!! Nama gue Devi Mega Safitri. Panggil aja Devi." sapa teman sebangku Nadia dengan menampilkan senyum ramahnya.

"Oke, Devi." Nadia membalas senyuman manis Devi.

"Hello. Gue Mariyah Naya Alexander. Panggil aja Naya. Salam kenal ya." Naya menoleh ke belakang karena Nadia duduk di belakangnya.

"Aku Nadia. Salam kenal juga."

"Oh iya, apa alasan lo pindah ke sekolah ini?" tanya Naya penasaran. Entah kenapa Naya merasa Nadia bisa menjadi teman yang baik. Jadi dia tidak akan galak ke Nadia. Sama halnya ke Devi yang juga merupakan teman baiknya.

"Orangtuaku dipindah tugaskan ke sini dan secara kebetulan aku juga mendapatkan beasiswa di sekolah ini. Aku gak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada untuk masuk ke sini." bohong Nadia.

"Oh gitu. Eh, kantin yuk!" Seru Naya tiba-tiba.

"Gue gak ikut, Nay. Masih ada tugas yang harus gue selesaiin." ringis Devi mengingat pr-nya belum selesai dikerjakan.

"Oke deh. Lo mau dibeliin apa??"

"Roti bakar rasa coklat sama cappucino cincau dingin. Ini uangnya."

Naya menolak uang yang disodorkan Devi. "Gue yang traktir."

"Eh, tapi--"

"Bawel ah lo. Gue kantin dulu oke??"

"Huh, oke deh."

Naya menggandeng tangan Nadia keluar kelas. Terkadang dia melototkan matanya ke siswi yang menggunjing penampilan teman barunya hingga para siswi yang di pelototi kabur.

"Mereka semua fake banget, kan? Mereka berteman dengan seseorang karena ada maunya doang. Makanya gue malas temanan sama cewek. Bagi gue temanan sama cowok lebih menyenangkan daripada temanan sama cewek. Temen cewek gue selama ini aja hanya Devi doang."

Nadia ber-oh ria.

"By the way, gue punya teman cowok yang ganteng-ganteng loh. Mau gue kenalin gak? Siapa tahu salah satu dari mereka suka ke lo dan lo juga suka ke salah satu dari mereka." cerocos Naya.

Nadia terkekeh. "Gak usah, Nay. Aku sadar diri kok, mana mungkin cowok ganteng suka dengan cewek sepertiku."

Naya tiba-tiba berhenti, menatap Nadia dengan tatapan antusias. "Gue punya ide. Mending lo sama kembaran gue aja. Siapa tahu lo bisa merubah sikap cuek dan nakalnya."

Nadia sampai mengelus dadanya akibat kaget mendengar pekikan antusias Naya. "Gak usah. Aku jelek, mana mungkin dia mau denganku."

Naya mendelik kesal, kemudian menjitak kepala gadis itu hingga Nadia meringis kesakitan akibat jitakan Naya yang tidak main-main.

"Sakit."

"Lebay lo." cibir Naya.

Nadia mendengus kesal mendengar cibiran Naya.

Nadia And Possesive BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang