『cho seungyoun; papan nama』

1K 145 2
                                    

terus-terusan melihat orang asing menunggu diatas motor lalu menyapa dan bertanya nama tiga hari berturut-turut terasa menganggu, kan?

seperti yang dialami chaeyoung belakangan ini. gadis son itu terus diganggu oleh laki-laki asing pengendara motor besar. ingin menghindar tapi tidak bisa, ini satu-satunya jalan penghubung menuju sekolah-mengingat jika jalan alternatif lain tengah diperbaiki.

"hei? nama kamu?"

chaeyoung menulikan pendengaranya. pertanyaan yang sungguh tidak penting. hari ini itu hari kamis. seragam yang chaeyoung pakai ada papan nama diatas dada sebelah kanan. kenapa terus bertanya, sih?

"loh?" chaeyoung mematung saat tangannya hendak mencopot papan nama untuk ditunjukkan pada orang asing ini. gadis itu buru-buru memeriksa isi tas, namun nihil. papan namanya tidak ada dimana-mana!

astaga! pagi tadi ia kesiangan sehingga tidak sadar jika papan nama diseragam hari kamisnya hilang entah kemana.

"nama kamu chaeyoung bukan? son chaeyoung?"

"kok- tau?" laki-laki itu tersenyum lalu membuka helm yang dipakainya, membuat chaeyoung mematung untuk yang kedua kali. "ih! ngeselin banget!" pekiknya, nyaris menangis karena bahagia.

laki-laki menyebalkan ini, cho seungyoun, mantan guru les yang sudah dua tahun pergi merantau ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan.

"kangen tau, dihubungin susah banget. sosmed diblokir semua." keluh seungyoun menarik tubuh mungil chaeyoung, menarik gadis itu kedalam pelukannya.

"bodo, siapa suruh punya pacar bule."

seungyoun terkekeh pelan, "hmm, jadi karena cemburu? itu jamie, dan dia bukan bule. dia cuma temen, lagian jamie udah punya pacar. kasian banget aku dighosting sama mantan murid kesayangan."

"boong. temen, kok, sampe pelukan segala."

"dih, hiperbola."

chaeyoung mana mau disalahkan. intinya, salah paham memang merugikan semua pihak.

"lepasin, kak. mau sekolah, bentar lagi ujian." pinta chaeyoung sambil berusaha melepaskan pelukan erat seorang cho seungyoun.

"masuk jam berapa?"

"delapan."

seungyoun melirik jam tangannya, masih ada waktu empat puluh menit lagi, "kakak anter."

chaeyoung menolak tebengan gratis? oh, tidak mungkin.

"kak, kenapa gak langsung nyamperin aja, sih? kenapa harus akting jadi penculik dulu? bikin takut tau." untung saja seungyoun menjalankan motornya dengan kecepatan pelan, jadi semua pembicaraan bisa terdengar jelas.

"masa penculik, tadinya mau nyapa tau. cuma kamu buru-buru naik angkot terus kakak liat papan nama kamu jatuh. besoknya pas kakak isengin dikit, kamunya malah kabur. kalo dipikir-pikir lucu juga, jadi yaudah kakak iseng aja terus sampe kamu sadar."

"kebiasaan!"

jika ada penobatan orang paling menyebalkan, seungyoun sudah pasti keluar sebagai pemenang.

"pulang jam berapa?"

"sepuluh."

"kakak jemput, hari ini ujian terakhir, kan? pulangnya kita pacaran dulu, kakak udah izin sama orang tua kamu."

chaeyoung tersenyum senang, sebelum berangkat ke luar negeri, mereka berdua memang sempat mengutarakan perasaan masing-masing. setelahnya mereka berhubungan jarak jauh sampai chaeyoung memutuskan hubungan sepihak karena kesalah pahaman.

akhirnya, tidak sia-sia gadis manis itu menutup hati untuk orang lain. penantiannya berbuah manis.












a/n,
gilss, chapter ini udah rombak pemain ampe tiga kali. dari kang daniel, jung jaehyun, sampai akhirnya aku ubah lagi-sekaligus keseluruhan isi cerita-dan jadilah cho seungyoun, hahaha. yaudah gitu aja, k sip.

Symphony; [Son Chaeyoung]Where stories live. Discover now