$ 22 $

3.5K 183 3
                                    

"Denis, tolong ambilin kotak sumbangan di kelas dong."

"Yang dibungkus kertas cokelat itu ya?" Balasku pada Stefani.

"Tepat!"

"Biar aku aja, Den.."

Aku memutar bola mataku. Kenapa selalu aja ada orang ini sih?!

"Ciee, pangeran gak mau puteri kesayangannya kecapean tuh.." Farla meledekku habis-habisan.

"Aku lama-lama gak suka sama kamu, Jul! Huh...!"

"Bukan gitu, Den. Aku ke kelas mau sekalian ngambil buku panitia kok.."

"Udah sana berdua aja ngambilnya, mumpung di kelas sepi jadi bisa 'enak-enak' dulu berduaan.."

"Udah aku aja deh..!"

Daripada aku terus ada disitu dan jadi bahan ledekkan mereka, mendingan aku langsung cuss aja sendirian.

"Mas Virgo?"

Cowok itu menoleh sambil melemparkan senyum terindahnya padaku.

"Lagi ngapain di kelasku, Mas?"

"Lagi apa ya --- hmmm..."

"Itu kado kan? Ciee buat siapa nih?"

"Buat kamu, Den!" Dia menjulurkan kotak kecil itu padaku. "Jangan diliat harganya ya. Semoga kamu suka."

Brak!

Mas Virgo pergi dengan gugup sekali. Ia bahkan sampai membanting pintu ruang kelasku keras sekali.

Aku duduk di kursiku sambil membuka kotak kecil dengan pita putih itu.

Duh, kok aku jadi deg-degan gini ya? Kira-kira Mas Virgo kasih apaan ya ke aku?

What the hellll...!!!???

Aku sih bukan kaget karena dia memberikanku gantungan kunci yang lucu dan kayaknya mahal itu. Tapi yang buat aku kaget adalah, kenapa dia juga menyelipkan sebungkus kondom di dalamnya?!

'Gue gak tahu siapa yang bakal pake ini pertama, Den. Gue atau adek gue si Julian itu..'

Sebelum ada yang lihat, cepet-cepet aja aku masukkin tuh kondom dan kertas notesnya ke dalam reseleting rahasia di tasku.

"Ehh, ada disini rupanya."

"Kenapa, Pak?"

Pak Darma kelihatan seperti sedang bingung. Dia lantas menutup kembali pintu dan mendekatiku.

"Tadi Bapak menemukan anak kucing mati di halaman belakang. Tapi Bapak bingung mau dikubur dimana?"

"Anak kucing mati, Pak?! Dimana?! Kok bisa?!!"

Aku syok sekaligus panik. Padahal aku sudah membelikan mereka makanan dan vitamin. Minumannya pun bukan air keran biasa.

Pak Darma membawaku jauh ke halaman belakang. Yang banyak ditumbuhi ilalang dan semak belukar.

"Ya ampun, kasian banget.." Aku langsung kepikiran Kak Shino. Apa yang harus kukatakan padanya nanti?

"Bapak mau ambil sekop dulu. Kamu tunggu disini aja ya, Den.."

Aku membelai kepala anak kucing berbulu putih yang sudah kecokelatan dan kotor itu. Gimana bisa anak kucing ini terpisah dari induknya dan sampai di ---

BUUKKK...!!

#####

Author P.O.V

Life 4 Love [Season 1]Where stories live. Discover now