what happened last night?

822 66 13
                                    

Aneh. Perasaannya saat ini sangat aneh. Seorang laki-laki normal biasanya akan senang dan bahagia ketika ada wanita cantik dan bertubuh seksi menyatakan perasaannya. Tapi kenapa saat ini dia tidak merasakan senang saat teman satu jurusannya itu menyatakan perasaannya?

“Maaf, aku senang dengan perasaanmu. Tapi aku tidak bisa menerimanya.” Kata Hijikata menolak dengan hati-hati wanita teman satu jurusannya itu.

“Bagaimana kalau kau berikan aku kesempatan?” pinta wanita itu sambil mencondongkan tubuhnya sedikit untuk memperlihatkan belahan dadanya.

Hijikata yang melihatnya seperti itu justru merasa jijik. Dasar wanita jalang! Sepertinya caranya menolak dengan baik-baik itu tidak akan berguna jika menghadapi wanita jalang di depannya itu.

Hijikata membuang mukanya dan membuat wanita itu berpikir bahwa Hijikata sedang menyembunyikan malunya. Wanita itu mendekatkan dirinya pada Hijikata dan mempertemukan dada besarnya itu dengan dada bidang Hijikata. Berjinjit untuk membisikkan kata-kata di telinga Hijikata. “Hari ini kita tidak ada kelas. Bagaimana kalau kita pergi ke suatu tempat dan bersenang-senang?”

Hijikata berdecak lalu menarik wanita itu hingga punggungnya menyentuh dinding di belakangnya. Dia meletakkan kedua tangannya di sisi wanita itu untuk memerangkapnya. Hijikata mendekatkan wajahnya ke wajah wanita itu lalu membisikkan kata-kata yang menyakitkan telinga. “Kau pikir aku akan tergoda dengan sikap jalangmu itu? Sekarang enyahlah dari hadapanku!”

Wanita itu membelalakkan matanya. Wajahnya memerah entah karena marah atau malu. Dia mendorong tubuh Hijikata dan menatap tajam laki-laki di depannya itu. “Padahal aku sudah berbaik hati menjadi wanita pertamamu. Ku Doakan selamanya kau akan menjadi perjaka!” kutuk wanita itu lalu pergi meninggalkan Hijikata dengan kesal.

Hijikata menghela nafasnya lalu menyandarkan punggungnya di dinding. Sekarang umurnya sudah dua puluh tahun dan sampai sekarang dia masih belum menghilangkan status keperjakaannya. Perkataan wanita jalang itu benar-benar membuatnya kesal. Bagaimana wanita itu tau kalau dia masih perjaka?

“Sial!!” gerutu Hijikata sambil mengacak-acak rambutnya.

Hijikata mengambil sebungkus rokok di saku celananya dan mengeluarkan sebatang rokok. Menggigit rokoknya, menyalakannya, lalu menghembuskan asap rokoknya. Hijikata tau merokok sama saja dengan mencemari lingkungan, tapi dengan merokok dia bisa menghilangkan kekesalannya.

“Hee.. selamanya perjaka, ya?”

Hijikata tersedak asap rokoknya mendengar perkataan yang seperti meledeknya. Dia menengok ke arah sumber suaranya itu dan menemukan laki-laki berambut perak sedang tersenyum meledek dirinya.

Laki-laki berambut perak itu bernama Sakata Gintoki, senior Hijikata dari klub kendo di kampusnya. “Mau minum denganku?”


***

“Hahahaha! Dia benar-benar jalang!” Gintoki puas menertawakan Hijikata.

Hijikata mendengus kesal dengan Gintoki yang terus menertawakannya. Dia meneguk habis minumannya tanpa sisa. “Cih! Maaf saja kalau aku masih perjaka.” Gerutu Hijikata yang sudah mulai mabuk.

“Lupakan semuanya, Hijikata-kun. Lupakan status keperjakaan mu lalu kita puaskan diri dengan bermabuk-mabukan hari ini!” kata Gintoki sambil mengangkat-angkat botol alkohol lalu menuangkan isinya ke gelas Hijikata. Dia sudah benar-benar mabuk.

“Oi, Gintoki.. sepertinya kau sudah terlalu mabuk.” Kata Hijikata sambil berpangku tangan. Dia tertawa kecil melihat teman minumnya itu sudah bertingkah aneh karena mabuk.

“Aku belum mabuk, Hijikata-kun!” kata Gintoki lalu meneguk langsung alkohol dari botolnya. “Segini saja tidak akan sanggup membuatku mabuk!”

Hijikata hanya tertawa mendengar ocehan Gintoki lalu meneguk kembali alkohol di gelasnya yang sebelumnya dituangkan Gintoki. Tiba-tiba Gintoki yang mabuk itu merangkul dan membisikkan kata-kata yang berhasil membuat Hijikata terkena serangan jantung.

“Bagaimana kalau keperjakaan mu kau lepas bersama dengan ku?” bisik Gintoki seduktif.

“Ap-”

Bentakan Hijikata terhenti karena menyadari Gintoki yang sudah mulai berdengkur di pundaknya. Laki-laki berambut perak itu sudah tidak sadarkan diri. Kesal, Hijikata menaruh gelas yang dipegangnya di meja. Dia memapah Gintoki setelah membayar minuman mereka.

Hijikata menghentikan sebuah taksi lalu memasukkan Gintoki ke dalam taksi dan duduk di sebelahnya. Mobil taksi itu berjalan setelah Hijikata menyebutkan sebuah alamat, alamat rumahnya Gintoki.

Waktu perjalanan menuju ke rumah Gintoki adalah setengah jam. Begitu sampai di depan rumah Gintoki, Hijikata mencoba membangunkan laki-laki itu. Karena Gintoki tidak bangun walaupun Hijikata sudah memanggil namanya berulang kali, Hijikata membayar tagihan taksi dan ikut turun di depan rumah Gintoki.

Hijikata menekan tombol bel rumah Gintoki tapi tidak ada yang menjawab. Begitu menyadari tidak ada orang di dalam rumah, Hijikata berdecak lalu membawa masuk Gintoki. Di depan pintu, Hijikata mencari kunci rumah di saku Gintoki. Lengkuhan Gintoki ketika Hijikata menyentuhnya, membuat Hijikata tertegun mendengarnya. Tidak peduli, Hijikata terus mencari dan menemukannya lalu membuka pintu rumah Gintoki.

Begitu masuk ke dalam rumah, rumah itu gelap dan sepi. Hijikata menghela nafas lalu kembali memapah Gintoki sampai kamarnya. Setelah membaringkan Gintoki di kasur, Hijikata duduk di sisi kasur untuk meregangkan pundaknya yang pegal karena menahan berat badan Gintoki ketika dia memapah laki-laki itu.

Ketika Hijikata bangun dan ingin beranjak pergi keluar kamar, Gintoki memegang tangan Hijikata dan menahannya. “Jangan pergi..” kata Gintoki. Air mata mengalir dari sudut mata Gintoki.

Entah apa yang merasuki dirinya, Hijikata melepaskan pegangan tangan Gintoki dan kembali duduk di sisi kasur. Dia meletakkan kedua tangannya di samping Gintoki sehingga dia bisa memandangi laki-laki yang sedang meneteskan air matanya itu dari atas. Perlahan dia menundukkan kepalanya dan mendaratkan ciuman di bibir Gintoki.

Gintoki mengangkat tangannya dan meraih belakang kepala Hijikata untuk menariknya lebih dekat dan memperdalam ciumannya. Lidah mereka bertautan dan saling bercumbu. Perasaan yang tidak pernah mereka rasakan itu membuat keduanya berdebar-debar dan melupakan dunia. Mereka berdua larut dalam kesunyian di malam itu.

****

Cahaya matahari yang masuk ke dalam kamar melalui jendela, menyilaukan mata Gintoki. Laki-laki berambut perak itu menutup mata dengan lengan kanannya. Kepalanya terasa pusing karena tadi malam dia pergi minum dengan junior dari klubnya, Hijikata. Dia tidak bisa mengingat kejadian semalam mungkin karena dia mabuk berat.

Entah mengapa Gintoki merasa pinggangnya terasa sakit, terutama di bokongnya. Sambil meringis kesakitan, dia menghadapkan tubuhnya ke samping dan wajahnya langsung berhadapan dengan juniornya itu. Gintoki membelalakkan matanya lalu segera bangun. Pergerakannya yang tiba-tiba itu membuat pinggangnya kembali merasakan sakit yang luar biasa.

Gintoki kembali terkejut begitu menyadari dirinya tidak berpakaian. Dan dia melihat  Hijikata, laki-laki yang baru bangun karena pergerakannya yang tiba-tiba itu juga tidak berpakaian.

Hijikata membuka matanya dan terkejut melihat Gintoki yang disampingnya duduk tanpa pakaian. Sama seperti Gintoki, dia kembali terkejut dengan dirinya yang tanpa pakaian. Hijikata bangun lalu mengambil bantal dan menutupi tubuhnya. Wajahnya dan Gintoki terlihat pucat karena bingung dengan situasi mereka saat ini.

“Apa yang terjadi semalam?”

Tbc

Author Note:

Tebaklah apa yang terjadi diantara mereka berdua.. 😗

Oh ya.. aku ingatkan kalau aku punya kebiasaan menulis cerita nya pendek. Hehehe😋

Sampai jumpa di chap berikutnya 😘😘

Want to be With YouWhere stories live. Discover now