4. mamah

1.4K 63 8
                                    

Onna memakan pizza dengan taburan keju itu dengan lahap. Sesekali ia meminum lemon tea yang ia pesan tadi. Alex menggeleng pelan sambi sesekali melahap red velvet yang ia pesan.

"Pelan-pelan makan-nya, nanti keselek," untuk yang kedua kalinya, Alex berucap demikian. Namun hanya di-iyakan oleh Onna, tidak dituruti.

"Kalo lo keselek,gue tawain lo!" Ucap Alex yang kesal karena Onna tidak mendengar nasihatnya.

Onna memberhentikan kegiatan memakan pizza-nya, "jahat!"

Alex menggeleng kecil, "bodo."

Alex berdiri dari duduknya lalu berjalan menuju kamar mandi. Onna hanya menatap kepergian Alex dengan kesal. Tak lama, Alex kembali dari kamar mandi, bersamaan dengan Onna yang sudah selesai makan pizza.

"Udah,Lex. Pulang,yuk!" Ajak Onna sambil berdiri dari duduknya.

"Yaela, duduk dulu kali, abis makan langsung jalan mah, nanti sakit perut."

Onna cemberut, "mau pulang sekarang,ah! Ngantuk,nih!"

Alex menghela napas pelan lalu mengangguk, menyetujui permintaan Onna. Mereka berjalan ke parkiran dimana motor Alex diparkirkan. Alex naik ke motor lalu memakai helm, begitu juga dengan Onna.

Alex melajukan motornya sangat pelan, membuat Onna kesal.

"Alex! Bisa cepetan dikit gak? Kalo kayak gini jalannya, bisa tahun depan baru nyampe."

"Lebay," ucap Alex pelan namun masih terdengar oleh Onna karena jalanan yang cukup sepi,mungkin karena sudah malam.

"Ngeselin ba--ALEX!"

Onna berteriak kesal lalu memeluk Alex erat karena Alex tiba-tiba melajukan motornya dengan kencang. Alex tertawa terbahak-bahak lalu mulai memelankan kembali laju motornya. Onna pun melepas perlahan pelukannya.

"Tadi aja minta kenceng, pas udah kenceng malah teriak-teriak. Emang ya, cewek itu ribet."

Onna memukul bahu Alex keras, "lo kalo mau ngebut bilang-bilang! Jangan tiba-tiba gitu. Gue kaget!"

"Halah, bilang aja mau meluk gue. Gue tahu kok, gue itu pelukable." Ucap Alex membuat Onna bergidik tapi dalam hati membenarkan ucapan Alex.

"Terserah!" Onna kembali berpegangan pada jaket Alex.

-------------

Onna menyerit bingung saat Alex melewati rumahnya.

"Lex! Kelewat,ih."

Alex diam dan tetap menjalankan motornya sampai masuk ke pakarangan rumahnya sendiri. Ia mematikan mesin motornya, lalu turun dari motor setelah Onna. Melepas helm nya lalu menaruhnya diatas motor, lalu menatap Onna yang cemberut.

"Lo biarin gue jalan sendirian malem-malem gitu ke rumah?" Onna mencoba membuka kaitan helmnya. Entah mengapa kali ini sangat sulit, biasanya tidak.

"Yaela cuma disebelah doang, kemaren ke minimarket aja lo berani," Alex membantu Onna membuka kaitan helmnya, alhasil jarak mereka sangat dekat sekarang. Jantung Onna terasa sedang maraton melihat wajah Alex sedekat ini. Tapi dia tetep stay cool.

"Ya,kan, itu mah terpaksa. Lagian juga, lo biasanya nganterin didepan rumah."

Alex melepas helm dari kepala Onna lalu menaruhnya di atas motor. Alex menatap Onna sebentar lalu menggenggam tangan Onna dan menariknya pelan kedalam rumah. Onna terdiam mengikuti tarikan Alex.

"Lex, gue mau pulang. Ini udah malem," ucap Onna setelah kembali masuk ke alam sadar.

"Mamah nyuruh lo nginep, katanya kangen."

Alex mendudukkan Onna di sofa yang ada diruang keluarga. Lalu berteriak memanggil mamahnya. Tak lama Rianti datang dan langsung tersenyum lebar saat melihat Onna. Onna pun juga tersenyum saat melihat Rianti. Alex pun pamit ke kamarnya.

"Onna," Rianti memeluk Onna sekilas, "mamah kangen banget. Kamu jarang main kesini sih."

Onna cengengesan, "hehe, aku...males jalan, tante. Eh, tapi bukan males ke sini. Males aja gitu abis sekolah jalan keluar rumah. Kecuali naik motor atau dijemput,hehe."

Rianti tertawa kecil, "kamu ini, jadi cewek males banget. Oh iya, jangan manggil tante dong, kamu mah, kayak sama siapa aja. Panggil aja mamah,oke?"

Onna tersenyum lebar, "boleh tante?"

"Boleh dong!"

Onna melompat kegirangan lalu memeluk Rianti, "aku jadi kangen mamah..." lirih Onna, tak sadar air mata Onna turun. Rianti mengelus punggung Onna pelan.

"Kamu boleh anggap mamah, mamah kamu sendiri. Kamu bisa curhat ke mamah, kalo ada masalah juga, kamu bisa minta pendapat mamah, mungkin aja mamah bisa bantu."

Onna mengangguk lalu melepas pelukannya, "makasih tan-- eh, mamah maksudnya."

Rianti terkekeh lalu mengusap air mata Onna. Mereka duduk di sofa, Onna bercerita tentang kesepiannya karena tinggal sendiri. Dia...bercerita tentang sepinya kehidupan ia, tinggal di rumah berlantai dua sendirian, mengurus rumah sendiri-walau kadang Cindy bantuin kalo lagi mampir- .

Rianti diam mendengarkan setiap keluh kesah Onna. Sebenarnya, kala itu Onna pernah di ajak Rianti untuk tinggal bersamanya. Tapi Onna selalu menolak dengan alasan takut merepotkan. Padahal Rianti tidak pernah sama sekali merasa direpotkan, ia malah senang bila Onna ada dirumahnya, apalagi bila ia menginap. Bahagia sudah Rianti.

Karena...Rianti sangat ingin memiliki anak perempuan, tapi mungkin Allah belum memberikannya.

"Menurut mamah...gimana?" Onna meminta pendapat Rianti tentang ia yang ingin tinggal di kos-an saja, tetapi saat kemarin ia bertanya pada Alex, Alex melarangnya.

"Menurut mamah," Rianti mengelus rambut Onna yang tergerai hingga punggung, "kamu sebaiknya jangan nge-kos. Mamah setuju dengan Alex, bahaya kalo kamu tinggal sendiri di tempat yang belom ada orang yang kamu kenal. Kalo kamu mau kamu bisa tinggal disini, kamu bisa sewa-in rumah kamu kalo kamu mau."

Onna mengangguk mengerti lalu kembali bertanya, "emang...gapapa aku tinggal disini? Maksud aku, aku gak nge-,"

"Enggak sayang, mamah malah seneng kalo kamu mau tinggal disini. Mamah jadi ada temennya deh," Rianti sedikit mendekatkan dirinya ke Onna, lalu berbisik, "mamah bosen sama Alex terus."

Onna tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan Rianti, begitu juga dengan Rianti. Alex yang ada dibelakang mereka menyerit bingung. Alex duduk disamping Onna membuat tawa mereka terhenti.

"Ngetawain apa ,sih?"

Onna dan Rianti saling tatap-tatapan mendengar pertanyaan Alex lalu kembali tertawa tanpa menjawab pertanyaannya, membuat Alex berdecak kesal dibuatnya.

----------------
























































Teman Saja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang