5. Pindah

1.3K 52 2
                                    

Onna tersenyum lebar saat rambutnya sudah selesai dikepang oleh Rianti. Rianti juga tersenyum menatap Onna lewat pantulan kaca didepannya.

"Sekarang, udah cantik deh. Besok mama kreasiin lagi rambut kamu, biar gak cuma diikat biasa aja," ucap Rianti sambil terus merapikan rambut Onna.

Onna mengangguk kecil, "iya,ma."

"Yaudah, kita turun yuk, kasian Alex makan sendirian."

Onna berdiri dari duduknya lalu menggandeng tangan Rianti, "ayo!"

Alex menatap kesal Rianti dan Onna yang sedang berjalan ke arahnya sambil berbincang.

"Lama banget, sih. Udah laper tahu!"

Onna duduk di kursi yang ada disebelah kursi yang diduduki Alex. Sedangkan Rianti duduk di kursi yang ada disebrang mereka. Rianti dan Onna tidak menanggapi ocehan Alex, biar saja, nanti juga capek sendiri.

Alex berdecak kesal karena tidak ditanggapi, lalu tatapannya jatuh pada rambut panjang Onna yang diikat kepang itu. Ia tertawa geli dalam hati. Onna rambutnya dikepang? Biasanya juga digerai biasa, atau nggak di ikat kayak ekor kuda.

"Bisa feminim juga lo,Na."

Onna memberhentikan kegiatan memakan nasi gorengnya, Rianti pun begitu. Rianti menatap Alex geli sedangkan Onna menatap Alex garang.

"Maksud lo?!"

Alex tertawa kecil, "santai aja kali!" Alex mengusap wajah Onna lalu mencubit pipinya, "lo kalo marah bukannya serem malahan lucu,Na!"

Alex tertawa diikuti Rianti sedangkan Onna terdiam, berusaha menenangkan debaran jantungnya. Onna menatap Alex kosong. Hampir tiga tahun terjebak dalam cinta bertepuk sebelah tangan. Dan...dalam satu tahun terakhir ini, Alex yang sudah tahu perasaannya bahkan tidak memberikan kepastian. Entah kapan dia akan mendapatkannya.

Alex memang tidak mempunyai teman perempuan yang dekat dengannya kecuali Onna dan Cindy. Tapi...tetap saja Onna khawatir. Kalo tiba-tiba Alex kecantol sama adek kelas gimana? Kabar hatinya gimana?

Sampai sekarang, yang tahu perasaan Onna kepada Alex hanya Cindy, Steve, dan Alex sendiri. Tapi, semenjak naik ke kelas dua belas, tidak ada lagi yang menyinggung perasaan seperti saat kelas sebelas dulu. Entah kenapa.

Alex menjetikkan jarinya didepan muka Onna membuat Onna terpenjat kaget.

"Bengong aja lo! Ayo berangkat, udah jam setengah tujuh," Alex berdiri lalu menyampirkan tasnya di pundaknya.

Onna pun ikut berdiri, lalu memakai tasnya, ia berjalan menghampiri Rianti lalu mencium tangannya, diikuti Alex.

"Berangkat dulu ya,mah!"

"Iya, hati-hati ya,sayang. Alex, jangan ngebut-ngebut bawa motornya!"

"Siap,mah!"

----------------

Free class.

Dua kata itu mampu membuat mood seluruh murid jadi bahagia. Rasanya surga dunia bagi para murid saat tahu guru yang mengajar tidak masuk. Seperti yang sedang dirasakan murid kelas 12 ips 1. Mereka berpesta tanpa memedulikan teguran ketua kelas, Dewa, yang sekarang sudah pasrah dengan kelakuan teman-temannya.

"Sabar ya,wa," Cindy menepuk pelan pundak Dewa sambil menyengir lebar lalu berlari menuju depan kelas, bernyanyi bersama Gifan yang menjadikan sapu layaknya gitar lalu Vino yang memukul-mukul meja guru layaknya sebuah drum. Cindy mengambil botol minumnya untuk dijadikan mic.

"Dancing on the hood in the middle of the woods
Of an old mustang, where we sang
Songs with all our chilldhoods friends
And it went like this, yeah

Oops i got 99 problems singing bye,bye,bye
Hold up, if you wanna go and take a ride with me
Better, hit me ,baby one more time

Paint a picture for you and me
Of the days when we were young
Singing at the top on both our lungs"

Satu kelas ikut berjoget ria sambil mengikuti nyanyian Cindy. Sedangkan Onna, ia masa bodo dengan keadaan kelas. Ia menyumpal telinganya dengan earphone yang sudah tersambung dengan handphone nya. Lalu menyembunyikan kepalanya didalam lipatan tangannya dan memejamkan matanya. Ia mencoba untuk tidur walau keadaan sekitarnya seperti konser musik.

"Onna ikutan dong! Masa tidur mulu,sih!" Teriak Cindy dari depan kelas lalu kembali bernyanyi lagi. Onna tidak memedulikannya, dia sudah mulai memasuki alam mimpi.

Pintu kelas yang sengaja ditutup itu bergerak terbuka membuat seluruh murid berlarian kembali ketempat duduknya. Gifan melemparkan sapu ke sudut kelas lalu berlari duduk ditempatnya. Pak Bari, guru PAI yang gayanya seperti anak remaja padahal umurnya sudah kepala 4.

"Assalamu'alaikum, bro and sist!" Sapa pak Bari saat memasuki kelas.

"Wa'alaikumsalam, bapak gaol!" Jawab seluruh murid kecuali Onna yang masih tertidur.

Pak Bari tersenyum memerhatikan seluruh muridnya lalu menyerit saat melihat Onna sedang tertidur pulas. Dia berjalan kesamping meja Onna. Cindy terkikik pelan begitupun murid lainnya. Cindy sengaja tidak membangunkan Onna, biar dia tahu rasa.

Pak Bari mencabut salah satu earphone yang Onna pakai lalu mendengarkan lagunya.

"In my dreams, you're with me
We'll be everything i want us to be
And from there, who knows?
Maybe this will be the night that we kiss for the first time
Or is that just me and my imaginition"

Pak Bari menggelengkan kepalanya lalu menatap Cindy, "bangunin Onna, saya mau ke toilet dulu. Saya balik ke sini, harus udah bangun. Kalau belum, kamu dan Onna saya hukum!"

Cindy mengangguk pasrah, lalu setelah pak Bari pergi Cindy berteriak ditelinga Onna.

"NA, DOI JALAN SAMA CEWEK BARU!"

------------------

Onna menata barang-barangnya dikamar yang kini menjadi miliknya. Ya, dia jadi tinggal dirumah orangtua Alex. Dia menata barang-barangnya dengan rapih diruangan bernuansa putih itu. Dia tersenyum lalu membaringkan tubuhnya dikasur bersprei salah satu tokoh kartun disney.

"Alhamdulillah, selesai juga," Onna membuang napas lega.

Suara ketukan pintu membuat berdiri lalu segera membuka pintu. Alex tersenyum kecil saat mereka sudah bertatap muka. Ia menyodorkan handphone Onna yang entah sejak kapan ada ditangan Alex.

"Kok bisa ada sama lo?"

Alex mengangkat bahu, "gue nemu di meja makan. Gue ambil aja deh."

Onna menatap Alex curiga, "lo gak buka-buka hape gue kan?"

"Hm, gak semua kok."

"Alex!"

Alex tertawa sambil mengacak rambut Onna membuat Onna semakin kesal.

"Jangan marah-marah mulu. Nanti cepet tua, mau?"

"Kalo sampe tua sama lo, gue mau,Lex."

Onna tertawa kecil mendengar kata hatinya. Ia jadi membayangkan saat rambut Alex memutih nanti, pasti lucu. Sedangkan Alex menyerit melihat Onna tertawa sendiri tanpa sebab. Matanya sih menatap dirinya, tapi...kenapa tertawa terus?

"Na, lo gak lagi mikirin kalo nanti lo udah tua jadi gimana,kan?"

Onna langsung terdiam mendengar pertanyaan Alex.

"Mampus, mau jawab apa gue?!"

-----------------





















































































































Teman Saja Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon