1. Kematian

5.2K 201 70
                                    

"Tidakkk!! Ini tidak mungkin terjadi."

"Tidak tidak tidakk!"

"Ini semua hanya lelucon, kan? Baru tadi siang kami bersama, kami pergi ke Mall untuk shoping, bermain berbagai macam game, dan makan ice cream bareng. Kami baru saja selesai bercanda gurau. Gk mungkin secepat ini, kan?"

"Jawab aku!! Jawab aku!! Hiks hiks."

Suara teriakan gadis itu perlahan berubah menjadi sebuah suara isakan, karena tidak bisa menerima kenyataan yang baru saja didapatkannya. Sungguh tidak mungkin sahabatnya yang sudah sejak lama menghiasi kehidupannya meninggal secepat ini. Rasanya baru saja mereka tertawa bersama walau hanya sekedar lelucon garing. Rasanya sangat aneh bila sahabatnya tersebut meninggal karena mengalami kecelakaan.

"Hahaha," tawa gadis itu menghibur dirinya sendiri.
"Ini semua tidak mungkin.. Nasya tidak mungkin ninggalin kita kan, Tar? Jawab aku!" ujar gadis itu, kali ini ditujukan ke pada sahabat lainnya yang ada di sampingnya.

"Enggak, Kei.. Nasya udah enggak ada, dia udah ninggalin kita-"

"Enggak! Dia enggak pergi. Jangan pernah siapapun berani coba-coba mengatakan bahwa Nasya pergi ninggalin aku dari dunia ini, termasuk kamu, Tari," ujar Keisya memotong ucapan Tari.

Tari sudah tidak mengerti harus melakukan apa lagi supaya Keisya paham akan fakta yang sebenarnya. Satu sisi Tari kasian melihat kondisi Keisya yang sudah seperti orang yang kehilangan kewarasannya karena tidak bisa menerima kepergian sahabat mereka, Nasya.

Namun disisi lain, tidak bisa dipungkiri bahwa dia sendiri juga merasa sangat kehilangan Nasya. Mereka berdua sama-sama rapuh akan kondisi fisik maupun batin.

"Sya!! Bangun! Kamu denger aku,kan? Bangun, please!"

"Kamu harus bangun supaya mereka semua percaya kalau kamu belum meninggal. Bangun! Hiks hiks." Tidak henti-hentinya Keisya mengguncang tubuh tidak berdaya milik Nasya yang masih berlumuran darah. Kali ini tidak ada satupun yang berniat menghalanginya, karena percuma saja Keisya tidak akan menyerah untuk meyakinkan orang-orang bahwa Nasya masih hidup.

"Apa kamu sudah tidak menghargai aku sebagai sahabat kamu lagi, hah? Sampai-sampai kamu tidak mau mendengarkan bahkan merespon ucapanku lagi."

"Bagun Sya! Bangun Sya! Hiks hiks." Keisya semakin kuat mengguncang tubuh Nasya sehingga membuat Tari kehilangan kesabarannya.

"Kei! Cukup! Apa yang kamu lakukan, hah? Kamu harus bisa menerima kenyataan ini. Stop menjadi orang bodoh seperti ini, Kei!"

"Menerima kenyataan? Kenyataan apa? Ini semua lelucon bukan kenyataan, Tar. Kenapa kamu berpikir seakan-akan ini semua nyata? Apa kamu tidak sayang sama Nasya?" ujar Keisya ngaur.

Plakkk!

Tamparan dengan mulusnya mendarat di pipi Keisya. Kejadian ini spontan dilakukan oleh Tari.

"Tutup mulutmu Kei!! Aku juga sayang sama Nasya sama seperti kamu. Aku juga merasa kelihangan Nasya sama seperti kamu. Jadi jangan pernah berpikir bahwa aku tidak menyayangi Nasya," balas Tari dengan suara meninggi.
Keisya diam, tidak merespon ucapan Tari.

"Please, jangan buat aku semakin sakit dengan kondisi kamu yang seperti ini, Kei," lanjut Tari dengan suara pelan. Sementara Keisya masih tetap tidak mengatakan apa-apa karena isakan yang kian menjadi-jadi keluar dari mulut nya.

Hanya air mata dan suara isakan yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan di ruangan UGD ini. Bahkan ibu kandung Nasya sendiri sudah sedari tadi tidak sadarkan diri karena tak sanggup melihat kenyataan pedih akan putrinya.

'Kematian!'  Kau tidak akan pernah bisa terlepas dari kata sakral itu.

~tbc~

The Mission Bled [Pre-Order]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang