28 - BUKAN TANPA RENCANA

14 3 0
                                    

Luka di dahi Joon telah Jin Hee sembuhkan. Sekarang dia berdiri celingukan di depan ruang kerja Leon. Dia sedang menjaga aksi Jin Hee di dalam ruangan setelah memastikan Leon tak ada. Mereka akan mengambil kristal-kristal saphire yang menurut Seol Ah ada di dalam ruangan tersebut.

Ide itu dicetuskan oleh Seol Ah. Maka Joon dan Jin Hee pergi mengambil kristal sementara dirinya tetap di rumah lama karena mungkin Leon sedang mencarinya dan akan segera menemukannya. Sebenarnya Jin Hee juga terpikir ide itu, tapi dia ragu untuk mengatakannya karena kalau Seol Ah ditinggal sendirian mungkin dia akan berada dalam bahaya saat Leon benar-benar menemukannya nanti. Meski begitu, Seol Ah memaksa dan karena tidak ada pilihan lain, Joon dan Jin Hee berada di sini sekarang dengan berteleportasi.

Ruang kerja Leon amat berantakan, tentu karena benda-benda yang menumpuki tubuh Leon telah menjadi sangat berantakan. Menurut Seol Ah, kristal saphire itu ada di bagian ruangan yang dindingnya dipenuhi tumpukan buku. Dengan hati-hati, Jin Hee mendekati dinding itu. Dia menggali buku-buku.

“Ketemu!” serunya, saat mencongkel sebuah batu biru dari sela-sela buku.
Joon mengintip ke dalam dan menyuruh Jin Hee untuk tidak berisik dan bergerak cepat karena dirinya benar-benar tidak tenang dengan misi ini.

Jin Hee menyingkirkan buku-buku di sekitar temuan batu itu, dan ... terdapat satu peti penuh batu biru di sana. Jin Hee terperangah untuk sesaat dan dia langsung mengangkut peti yang lebar dan tingginya melebihi perutnya dengan kedua tangannya dengan susah payah ke luar ruangan. Joon menyambar kotak itu. “Benar, kan? Semakin hari, kau menjadi semakin kecil dan pendek,” kata Joon.

“Itu tidak penting sekarang,” kata Jin Hee, dengan mendongak. Dia pun sekarang sadar bahwa dirinya menjadi lebih pendek daripada Joon. “Ayo!” dia memegangi lengan kiri Joon.

“Kita akan berteleportasi lagi?” Joon melotot galak sambil menjauhkan lengannya dari Jin Hee.

Jin Hee menangkap tangan Joon itu lagi. “Tentu saja,” katanya, “Lalu? Kau mau kita naik bus empat kali sambil memegangi peti antik itu dan menarik perhatian banyak orang? Itu merepotkan dan membuang-buang waktu. Kita harus cepat. Kita tidak tahu apa yang sedang terjadi pada Seol Ah di sana.”

Joon mendesah. “Kau yakin?” tanyanya, cemas.

Jin Hee mengangguk dengan sangat yakin.

“Baiklah, ayo.” Joon siap untuk berteleportasi.

SURURUK—Joon dan Jin Hee tiba di dekat pintu menuju ruang bawah tanah. Jin Hee terengah dan menahan batuknya. Dia kelelahan, tapi masih banyak yang harus dia lakukan setelah ini. Dia mengambil alih peti dari tangan Joon itu dan menyuruh Joon untuk memberi tahu Seol Ah bahwa mereka telah kembali sementara dirinya akan melakukan sesuatu terhadap batu-batu biru ini dan kapal luar angkasa di dalam ruang bawah tanah sana.

Sesaat setelah Joon berbalik badan, Seol Ah terlihat. Lehernya terlihat amat kaku dan tegang, dan wajahnya ingin bicara sesuatu pada Joon, seperti ... ‘jangan, jangan masuk ke dalam rumah, pergilah, larilah yang jauh,’ dan sebagainya. Tapi Joon tak mengerti ucapan tanpa kata yang disampaikan Seol Ah itu.

Saat pintu menuju ruang bawah tanah mulai dibuka oleh Jin Hee dengan senggolan badannya, dia juga melihat keberadaan Seol Ah. “Seol Ah-ya!” Jin Hee bersyukur Seol Ah baik-baik saja, tapi—

Seol Ah menaruh telunjuknya di bibir rapat-rapat dengan mata melebar. Dia berkata pada Jin Hee, melewati Joon, ‘Pergilah. Cepat. Cepat pergi dari sini, atau—’

Oh, berarti Leon telah tiba di sini dan sepertinya dia ada di dalam rumah, Jin Hee menyimpulkan. Dia menaruh peti itu di tanah dan bergegas menuju ke dalam rumah. Meski lebih cepat dari yang mereka rencanakan, ini adalah kesempatan bagus. Mereka tidak perlu repot-repot memikirkan cara untuk memancing Leon datang ke sini, dia sudah di sini. Dengan begitu, Jin Hee hanya harus menyeretnya ke dalam kapal dan terbang bersamanya ke bintang.

LOVE IN THE EARTHWhere stories live. Discover now