Chapter 07 : Perdebatan

3.1K 356 17
                                    

Hari ini sangat melelahkan, tapi Nina tidak merasa terlalu buruk karena ia sudah bisa berbaur dengan nyaris semua orang di lingkungan kerjanya. Dia bahkan membantu Fajar mengumpulkan shuttlecock yang bertebaran. Lagi-lagi Fajar yang membereskan, itu yang dikeluhkan Fajar padanya siang ini.

Nina mengambil dokumentasi latihan lagi untuk diabadikan di galeri website. Itu karena pertandingan yang akan mereka hadapi selanjutnya adalah pertandingan yang cukup bergengsi. Nina menyelesaikan tugas dokumentasinya tepat ketika jam pulang kerja.

Hal ke sekian yang membuat Senin ini terasa membahagiakan adalah kabar dari dosen yang tidak bisa masuk. Berarti untuk hari ini Nina bisa senang-senang di rumah, mengurung diri di balik selimut, dan makan malam bersama keluarganya.

"Gue nggak suka."

Nina mendongak ketika mengambil shuttlecock terakhir di hadapannya, suara yang memekakakn telinga itu asalnya dari Kevin yang dari tadi duduk memerhatikannya membantu Fajar.

"Apa?"

Kevin turun dari kursi dan jongkok di depan Nina. Tangannya dilipat di atas lutut. "Gue nggak suka lo terlalu deket sama Fajar."

Sejenak, Nina tidak memahami. "Maksudnya apa sih?"

Kevin merutuki dirinya sendiri, baru sadar kalau kalimatnya ambigu. "Maksud gue, tugas lo di sini bukan beres-beres gini, tapi kerja di kantor dan ngurusin yang lain. Ini urusan kami para atlet. Dan jangan terlalu deket sama Fajar, dia kan juga perlu fokus pertandingan."

Nina mengulum senyum. "Lo ngigau deh kayaknya. Suka-suka gue dong, jangan sok ngatur. Lagian ini udah di luar jam kerja gue, jadi ya terserah gue mau ngapain aja."

"Gue serius. Jangan kerjain sesuatu yang bukan kerjaan lo dan jangan terlalu deket sama Fajar, kalau lo ngerusak konsentrasinya, dia bisa aja kalah di kualifikasi pertama. Sebaiknya lo harus tau batas lo."

"Lo yang harus tau batas, Vin!" Nina berdiri melepaskan shuttlecock yang sudah ia kumpulkan.

Kevin ikut berdiri dengan cepat menoleh ke sekitar, masih ada beberapa orang ternyata. "Suara lo kecilin dikit, kenapa."

Masa bodoh dengan suaranya yang mengundang perhatian. "Lo nggak bisa ngelarang gue buat akrab sama siapapun, lagi pula dia baik. Gue bisa pastiin kalau gue nggak akan ngerusak konsentrasinya!"

Nina langsung berjalan pergi tanpa peduli dengan shuttlecock itu lagi. Kevin buru-buru mengikuti perempuan itu menyelesaikan pembicaraan yang menurutnya belum selesai.

Kevin menahan tangan gadis itu. Nina melayangkan tatapan protes, tapi Kevin membalas dengan tatapan yang lebih tajam. "Gue serius, lo sama Fajar nggak boleh terlalu deket."

Sungguh tidak habis pikir. Nina menyentak tangan dengan cukup kasar. "Lo ini bener-bener keterlaluan. Kenapa lo harus atur-atur hidup orang sementara hidup lo sendiri belum tentu beres."

"Nin, lo punya kepribadian ganda, ya?" tanya Kevin di luar topik pembicaraan mereka.

"Apa maksud lo?!" tanya Nina makin nyolot.

Dengan wajah polos itu, Kevin memberikan jawaban. "Lo bisa baik sama Fajar dan yang lainnya, tapi lo jutek dan galak di depan gue. Apa lagi penyebabnya kalau bukan lo punya kepribadian ganda."

Nina tertawa pelan terkesan meremehkan mendengar pertanyaan itu. "Apa lo masih belum sadar kalau gue bener-bener benci sama lo?" tanyanya santai.

"Iya gue tau." Kevin menganggukkan kepala, keringat jatuh dari dagunya. "Makanya, kasih tau gue apa yang bikin lo benci sama gue."

"Pikir aja sendiri."

Kevin gemas sekali, tapi ia coba menahan diri. Setelahnya, Kevin kembali lagi ke gelanggang dan membereskan apa yang belum beres di sana.

Better (KSS) ✔Where stories live. Discover now