Singto Prachaya
Dari kecil hidupnya selalu dipenuhi kemewahan, memiliki orangtua yang punya jabatan dan kuasa memudahkan Singto untuk mendapatkan apa saja yang ia inginkan.
Singto tumbuh dalam keluarga yang berpengaruh. Nama keluarga mereka selalu menjadi langganan pemberitaan. Keluarga old money yang harmonis, tidak sedikit yang menjadikan keluarga Singto sebagai trendsetter.
Saat itu Singto baru saja menyelesaikan kuliahnya di London. Ia pulang mendapati Ayah dan Ibu yang sudah tidak bisa menyambut kepulangannya lagi dengan pelukan - pelukan hangat seperti dulu setiap kali ia pulang.
Hanya ada tangisan bayi yang menyayat hati setiap kali Singto mendengarnya. Fiat. Adik kecilnya yang tidak tahu apa- apa.
Singto meninggalkan kebiasaan buruknya di London, mabuk - mabukkan, clubbing hingga pagi menjelang, Singto yang suka bertindak sesuka hati tanpa berpikir panjang. Singto melepas semua itu.
Ia kembali ke Thailand dengan tanggung jawab yang besar di pundak, ada Fiat yang harus diurus. Fiat yang bahkan tidak memiliki sedikit kesempatan untuk bisa melihat tawa bahagia keluarga mereka yang utuh.
Singto ingin menjadi kakak yang bisa Fiat andalkan.
Kehadiran Fiat membawa warna baru di hidup Singto, jika dulu Singto jarang tersenyum maka di dekat Fiat, Singto akan selalu menyunggingkan senyumnya. Jika dulu sepasang mata elang itu selalu menatap penuh intimidasi pada orang - orang di sekitarnya, maka sekarang hanya ada tatapan teduh penuh kasih sayang yang terpancar dari sana.
Jika dulu ia menghabiskan malam - malamnya dalam pelukan dunia malam ditemani akohol dan seorang wanita yang setia menemaninya. Maka kini setiap malam ia selalu memberi pelukan terhangat untuk Fiat hingga adiknya itu tidur.
Untuk Fiat, Singto akan menyerahkan hidupnya agar adiknya itu tidak pernah merasa kekurangan apapun.
New dan Fluke paham betul betapa kerasnya usaha Singto untuk selalu berusaha memberi yang terbaik bagi Fiat. Bagaimana sahabat mereka itu mau belajar mengganti popok bayi, membuatkan susu, bubur bayi. Fiat bukannya tidak memiliki baby sitter, tapi Singto ingin dirinya sendiri yang mengurus kebutuhan pokok Fiat.
Baginya tanggung jawab itu dimulai dari hal sedetail mengatur suhu air hangat untuk memandikan Fiat. Singto tidak pernah kehilangan momen - momen pertumbuhan Fiat, ia tidak pernah lupa mengabadikan setiap pertumbuhan Fiat.
Kebahagiaan yang tidak bisa tergantikan oleh apapun.
Bibi Huang - pengurus rumah tangga keluarga Ruangroj sejak Singto masih kecil, begitu haru melihat perubahan positif Singto.
"Tuan dan nyonya pasti bangga padamu yang kini sudah mengerti tanggung jawab.."
Singto mengingat ucapan bibi Huang, bagaimana wanita paruh baya itu mengusap rambutnya dan menampilkan senyum yang keibuan.
Saat ini Singto sedang duduk di ruang kerjanya, jemari panjangnya yang lentik mengusap bingkai potret keluarga kecil mereka. Ayah dan Ibu yang duduk tersenyum, sementara dirinya berdiri di tengah memandang dengan sorot mata polos. Singto ingat saat itu usianya baru 7 tahun.
Waktu berlalu begitu cepat, hatinya sakit mengingat Fiat yang tidak pernah punya kesempatan bertemu kedua orangtua mereka. Singto tersenyum getir, ia boleh saja kecewa dengan takdir yang kejam ini namun ia tidak pernah menangis, terakhir kali ia menangis saat Fiat yang masih berusia 6 bulan menangis kencang karena badannya panas.
Saat itu Singto merasakan sakit di hatinya yang amat perih, melihat adik kecilnya menangis tak berdaya lalu disuntik dan lebih sakit lagi melihat Fiat yang menatapnya seolah meminta pertolongan agar terlepas dari jarum suntik, jika saja bisa saat itu Singto ingin sekali menggantikan posisi Fiat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay
FanfictionKrist Perawat dan Singto Prachaya adalah dua pemuda dalam garis tangan yang berbeda. Namun siapa yang tahu jika benang merah sedang merajut garis pertemuan di antara mereka.