Giovan 18 - Novel misterius

4.7K 254 2
                                    


Tara menatap susunan Novel dengan berbinar-binar. Hingga saat dia menemukan novel yang dicari-cari, menatap Giovan berharap untuk dibelikan.

Giovan menghela nafas kasar. Coba tadi gak gue kasih tau aja kalo ada pameran, batinnya.

Sambil berjalan menuju kasir, mereka berdua banyak berbincang. "Lo mampu baca novel sebanyak ini?"

Tara menghitung kembali buku-bukunya kemudian mengangguk, "Ini masih sedikit."

"Sedikit dari mana peak? Jangan-jangan lo juga nganggep cinta gue ke lo itu sedikit lagi."

"Lo ngawur, gue gak suka."

"Jangan ngambek! Gue makin cinta," timpal Giovan.

Tara bingung, padahal selama ini dia tidak pernah makan makanan yang aneh-aneh, tapi kenapa akhir-akhir ini wajah Tara sering sensitif?

"Ayo! Cuaca makin panas, liat tuh! Muka lo aja sampe merah gitu," ujar Giovan, lalu mengaitkan jari-jarinya pada tangan mungil Tara.

"Mau Es krim?" Tara menggeleng, ia tidak bernafsu untuk memakan eskrim di cuaca yang seperti ini.

"Blewah, Giovan beliin Tara es blewah ya?"

"Yodah, masuk gih. Gue cariin blewah dulu," ucap Gio sambil tersenyum.

Tara sudah menunggu lama di dalam mobil, hingga akhirnya Giovan datang.

"Maaf ya, lama. Lo pingin es blewah, kan? Kita buat dirumah aja ya."

"Disini gak ada, ya? Maaf ya kalo Tara ngerepotin Gio." Tara menunduk dengan air mata yang hampir jatuh.

"Nggak beb, gue ngelakuin ini kan demi lo. Gue gak pernah ngerasa keberatan kalo itu lo yang minta."

"Lo itu udah jadi bagian hidup gue yang paling berharga, jadi jangan merasa bersalah kek gitu." Giovan mengacak-acak puncak kepala Tara dan mencium kening gadisnya lembut.

Rasanya indah sekali hari ini, hari yang tidak pernah terjadi dan jangan akhiri kebahagiaan mereka yang seperti ini.

***

Hari sudah malam, Giovan mengantarkan Tara pulang meski hanya di ujung jalan komplek milik Tara. Giovan tau alasannya walau Tara tidak cerita.

Gadis itu kini sudah segar kembali setelah membersihkan diri, lalu mengambil salah satu buku novel yang dibelinya tadi.

Dari sekian banyaknya novel, dari 23 novel yang dibelinya hanya novel yang dipenggangnya lah yang menarik perhatian Tara, dari blur b nya yang menceritakan awal dari kisah cinta seseorang yang kisahnya hampir mirip dengan kisah cinta Tara.

Tara membukan plastik yang membalut novel tersebut, namun dihentikan dan meletakkan ke dalam laci nakas dengan baik.

"Keknya belum saatnya gue baca cerita itu."

Tara kembali membaca novel-novelnya yang lain.

Mungkin gak ya, kisah hidup gue bisa seindah cerita-cerita novel yang gue baca? Semua kata demi kata yang diceritakan, tawa yang berbentuk tulisan namun nyata aku merasakannya.

Setiap kata yang membentuk sebuah kehidupan, terkadang bergulir pada kematian.
Banyak kebahagiaan dan juga kesedihan.

Pagi ini Tara memilih untuk duduk di pojok kelas, ia malas jika harus berhadapan dengan guru fisika yang tidak disukainya.

Anggi, Aquinsha dan Rebecca datang. "Lo kenapa ca? Kek sedih gitu."

"Alka, dia pindah. kemaren dia bilang ke gue, katanya dia mau nunjukkin kalo dia pantes buat gue. Yaudah gue tantang dia, tapi gue gak tau kalo yang dimaksud dia itu pindah dari sini. Dia masuk pondok pesantren atas dasaran karena demi gue." papar Rebecca yang sudah meneteskan air matanya sedari tadi.

"Bagus dong, itu tandanya dia mau berubah jadi lebih baik." ujar Tara.

"Udah, lo tenang aja. Alka nggak akan selamanya di sana, jadi dia juga gak bakal mati di sana," sahut Giovan yang baru saja datang bersama Raka.

"Yang ngeharepin dia mati itu loh siapa?"

"Gue lah! Siapa lagi emangnya?" Giovan menatap Tara yang melotot ke arahnya, "Eh nggak-nggak, becanda hehe."

GIOVAN [PROSES TERBIT]Where stories live. Discover now