Part 3

28.2K 5K 777
                                    

KINI mereka berdua; Jaemin dan Jeno sudah berada di dalam kelas. Mata pelajaran pertama; matematika. Dan Jaemin merasa sangat beruntung ketika ketua kelasㅡMoonbin mengumumkan jika sang guru sedang ada acara. Otomatis jam kosong.

Murid yang lain mulai sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Walaupun sudah di beri tugas; tapi mereka mengabaikannya karena tidak terlalu perduli. Lebih baik mengobrol dan bermain daripada mengerjakan tugas. Bukan begitu?

Jeno menghela nafasnya jengah. Ia merasa bosan di dalam kelas. Tidak ada hiburan apapun. Dengan itu ia berdiri dari bangkunya.

"Mau kemana?" tanya Jaemin saat merasa bangku di sebelahnya tergeser ke belakang. Sedaritadi ia sedang mengobrol bersama Haechan dan juga Jeongin. Sedangkan Jeno hanya diam; memejamkan mata.

"Keluar." jawabnya singkat. Lalu segera pergi dari sana.

Haechan yang melihatnya hanya bisa mencibir. Sudah ia duga pasti lelaki brandal itu tidak akan berdiam diri di kelas jika sedang ada jam kosong seperti ini. "Aku yakin 100% dia pasti menemui para gadisnya!" pekiknya kesal.

Mendengar itu Jeongin mengangguk. Ayolah, siapa yang tidak mengenal Lee Jeno sang Lucifer? Jeno sudah terkenal bengal di sekolahnya. Tidur di kelas, melawan guru, dan bahkan melakukan sex di sekolah. Tidak heran jika ia terkenal di sekolah karena sikap brandalannya. Tapi kebanyakan para guru hanya diam jika Jeno sudah bertindak, itu karena ayah Jeno pemegang saham terbesar di sekolah setelah ayah Mark.

Jaemin mengangkat bahu. "Mungkin, aku sudah memperingatinya beratus-ratus kali untuk menghentikan kebiasaannya itu. Tapi dia tidak mendengar." ia menghela nafas.

Memang benar. Jaemin sudah memperingatkan Jeno, tapi kata-kata nya hanya diibaratkan sebagai angin lewat.

"Ck, sudahlah. Tidak penting juga memikirkan lelaki sialan itu." geram Haechan kesal. Ia benar-benar merasa sebenci ini pada Jeno. Karena lelaki itu memang brengsek.

Dan Jaemin hanya bisa mengangguk. Ia mencondongkan tubuh ke arah jendela untuk melihat Jeno. Tapi ternyata lelaki itu sudah tidak ada, entah pergi kemana.

Jika diibaratkan. Jeno dan Jaemin memang terlihat sangat dekat. Bahkan Jeno sangat menyayangi Jaemin. Ia tidak segan-segan menghancurkan siapa saja yang menyakiti sahabat kecilnya itu.

Tapi terkadang Jeno juga sangat sulit untuk di raih. Jaemin tidak bisa menebak kenapa lelaki itu menjadi sedikit jauh darinya. Jaemin merasa jika Jeno menyembunyikan sesuatu darinya. Entah apa itu.

"Eh aku dengar sekolah kita akan mengadakan camping! Untuk merayakan ulang tahun sekolah." Jeongin mengeluarkan suara. Ia tersenyum lebar; memperlihatkan kawat gigi yang menghiasi giginya.

Mata Haechan membelak. Ia sedikit memukul meja hingga menimbulkan bunyi nyaring. "Kau serius?!"

"Tentu! Kalau tidak salah, acaranya 2 minggu lagi."

Berkemah ya? Kedua sudut bibir Jaemin tertarik; membentuk senyuman kecil. Sejak kecil ia dan Jeno sangat suka sekali berkemah! Mereka akan membangun tenda di depan rumah Jeno lalu tidur disana. Hampir setiap malam mereka berdua tidur di tenda itu.

Mungkinkah Jeno akan senang mendengar kabar ini? Dan mungkin ia bisa berbicara pada Jeno. Tentang hal yang belakangan ini mengganggunya. Ia bisa memaksa Jeno untuk bercerita karena lelaki tampan itu jarang sekali bercerita pada Jaemin.

[1] Rewrite The Stars《Nomin》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang