Bab 6 Kakek segala tahu

431 23 0
                                    

Adam mengantar Nisya ke kamar mandi.
Dia membantu menanggalkan pakaiannya. Lekuk indah tubuh Nisya Terlihat jelas di mata adam.
Sensasi geli terasa di bawah perut adam, dia coba meredamnya.

"Duduk."

Nisya mengangguk menurutinya.

Adam mengguyur kepala istrinya dengan segayung air secara perlahan. Lalu mengguyurnya lagi dan lagi perlahan merata ke seluruh tubuhnya.

Nisya tersenyum, wajah bersih ayunya tampak bercahaya tertimpa sorot lampu.
Adam terhenyak betapa manis istrinya saat tersenyum itu.
Untuk ke sekian kalinya Adam menyadari, bahwa dia tak bisa kehilangan dirinya.

Di kamar atas, Adam mengambil satu Gaun terbaik dari lemari.
Sebuah Gaun hitam tanpa lengan berhiaskan manik manik mutiara dan berleher rendah. Baju itu terlihat seperti malam berbintang. Cantik.
.
"Aku mau hari ini kamu pake baju ini." ucap Adam sambil menunjukkan Gaunnya.
Nisya mengangguk dengan senyuman manisnya yang lebar.

Baju itu benar benar pas di badannya. Baju gaunnya yang gelap tampak kontras dengan kulit putih Nisya.
Adam semakin menyukainya.

Dengan wajah bersemu merah dia memuji istrinya.

"Demi Allah kamu cantik sekali Nisya, Aku gak bisa lagi berpaling."

Nisya memeluknya, dia menyandarkan kepalanya di dada bidang Adam.

"Aku sayang kamu." ucap Nisya pelan. Dia merasakan anggukan kecil dari Adam.
"Aku lebih mencintaimu." balas sang suami.
Nisya menggenggam erat tepi bajunya.

Mereka berbaring di tempat tidur sembari saling menatap.
Adam merengkuhnya lebih lembut dalam balutan kasih sayang dan Nisya membalas dengan cintanya.

Malam itu mereka memadu kasih di bawah bintang dan sinar rembulan.

***

Siang hari yang lumayan terik Alghazali mengantar putranya Faris ke sebuah rumah sederhana bercat warna biru.

"Assalamualaikum!!" seru Al.

Pintunya berayun terbuka.
Seorang gadis cantik berambut kecoklatan seumuran Faris menyambutnya.

"Waalaikum salam." ucapnya.
Dia memandangi Al lalu bergantian memandangi putra Al.

"Faris." ucapnya sambil tersenyum ramah.

Al terkejut, gadis itu tahu nama putranya.

"Dari mana kamu tahu nama Anakku??" tanya Al.

"Dari Kakek." jawabnya singkat.

Al diam sesaat, ini benar benar aneh, padahal dia tak menganalinya.

"Kakek!! Ada tamu!" serunya memanggil.

Tak lama seorang pria paruh baya, berhidung mancung, mengenakan peci putih dan kemeja abu abu lengan panjang muncul dari belakang ruangan.

"Oh, selamat datang di rumah kami, Alghazali, Faris." ucapnya sembari tersenyum ramah.

"Terimakasih." lagi Al terheran, kakek itu tahu nama dirinya.

"Masuk kedalam Leila." printah sang kakek.

Leila mengangguk, dia menghilang di ruang blakang.

"Mari masuk kedalam."

Al mendorong kursi roda Faris, masuk kerumahnya.

"Kamu sudah tahu aku kan??" tanya Kakek itu sembari duduk di kursi Sofa.

"Sudah Tahu, Anda Bapak Zakariyya." sahut Al.

Kakek itu tersenyum sekilas.
"Ya sudah langsung saja yah. Kamu tahu surah Al fatehah ayat dua??"

"Tahu" jawab Al.

"Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Alam." ucap Kakek Zakariyya, dia diam sejenak sembari menatap Al. Mencoba agar Al meresapinya.
Lalu dia melanjutkan, "Alam semesta adalah tempat di mana Makhluk yang mempunyai Akal Fikiran mendiaminya.
Tak hanya manusia yang mempunyai fikiran, dia yang tercipta dari api juga punya fikiran." ujarnya.

Al mengangguk.
Kakek Zakariyya melanjutkan.

"Dengar Al, Sebenarnya Kau sedang di Awasi makhluk dari alam lain.
Makhluk ini juga sudah beberapa kali mengganggumu.
Tapi sebenarnya Al dia tak bermaksud mengganggu. Malainkan ingin berkomunikasi.
Dia ingin memberitahukan sesuatu padamu."

"Apa maksudnya pak Zakariyya??" tanya Al tak mengerti.

"Makhluk ini ingin memberimu sebuah misi atau tugas.
Dia tak mampu untuk melakukannya sendiri, karnanya dia meminta bantuanmu."

Mata Al menajam.
"Bantuan apa??"

"Di rumah Adam, di ruang bawah tanahnya kau akan menemukan sebuah jimat, lebih besar dari ini." Bapak Zakariyya menunjukkan sebuah buntalan kain hitam berbentuk persegi, di tlapak tangannya. "Bakarlah jimatnya."

Al terdiam.
Kakek itu melanjutkan, "Tentang Apa yang akan kau lihat nanti pasti akan membuatmu ngeri.
Tapi cobalah untuk tegar, kuatkan hatimu.
Waktunya adalah saat tengah malam. Dia akan memberitahumu."

"Ya Pak" sahut Al.

"Selamatkan Nisya adikmu." tukasnya.

***

Di bengkel motor, Adam menemui Al yang sedang sibuk ganti oli motor.

Melihat kedatangan Adam. Al menghentikan pekerjaannya.

Adam canggung untuk mengatakannya.

"Ada apa??" tanya Al.

Adam tersenyum sekilas, dia lalu memegang pundak Al.
"Maaf atas kelakuanku selama ini. Aku sudah sering kasar sama Abang.
Aku bener bener minta Maaf."

"Gak usah di fikirin, Abang udah maafin kamu." kata Al tulus.

Adam lega mendengarnya.
"Makasih Abang. Nanti besok malam ajak Faris kerumah.
Kita makan bareng bareng.
Bareng Aku sama Nisya, gimana?" ajaknya.

"Boleh, insya Allah Abang datang."

Senyum gembira tak bisa di sembunyikan di wajah Adam. Dia benar benar menantikannya.

SIJJIN Where stories live. Discover now