5. Hijrah

12.1K 684 15
                                    

“Bukan melulu tentang berapa macam gamis yang kamu punya.
Bukan melulu tentang berapa warna khimar yang kamu punya,
Ini tentang seberapa kamu mampu memperbaiki sikap dan akhlakmu.
Tentang seberapa lama kamu mampu istiqamah.”

***

"Assalamu'alaikum ukhti, boleh kenalan?" sapa akhwat yang duduk di sampingnya.

Kayra tersenyum, lalu membalas uluran tangan akhwat di sampingnya itu. Sebenarnya dia sempat terkejut diajak kenalan oleh akhwat bercadar, tapi suaranya yang bersahabat membuatnya nyaman. Entah bagaimana ekspresi akhwat ini, tapi dari matanya yang sedang menyipit sepertinya dia tengah tersenyum juga.

"

Wa'alaikumsalam ukhti, ana Kayra,” ucap Kayra tak kalah ramah.

"Wah cantik sekali namanya, ana Marwah biasa dipanggil Awah,” kata Awah memperkenalkan. Dia memang lebih suka dipanggil Awah meskipun sesekali ada yang melontarkan guyonan dengan memanggilnya ‘Arwah’. Meskipun sedikit kesal tapi dia menanggapinya dengan senyuman. "Kok ana baru lihat anti sekarang? Baru pertama kesini ya?"

"Iya, ini pertama kalinya ana kesini. MasyaAllah, banyak banget ya jamaahnya." Kayra bisa melihat ratusan akhwat yang tengah duduk berjejer menanti sang pembicara. Mereka memakai gamis serta khimar panjang hingga menutup pantatnya. Sebagian ada juga yang memakai cadar seperti Awah.

Dari sepetak tanah, dakwah ini bermula.

Slogan yang simpel tapi benar-benar ngena di hati. Katanya, dulunya tempat ini hanyalah sepetak tanah yang digunakan untuk berkebun. Setelah sang pemiliknya pulang dari haji, dia berinisiatif untuk membangun tempat pengajian. Dimulai dengan pengajian bapak-bapak namun ternyata semakin ke sini yang antusias malah yang muda. Tentunya dengan tema yang sesuai juga, seperti ilmu pranikah, parenting, dan sirah nabawiyah.

"Pantesan baru lihat, besok Rabu bisa lebih banyak lagi ukh. Kalau sekarang kan khusus akhwat, kalau hari rabu itu untuk akhwat dan ikhwan." Awah menjelaskannya dengan antusias, kemudian tangannya mengulurkan ponselnya pada Kayra.

Kayra menatap bingung saat Awah tiba-tiba menarik tangannya dan menyerahkan ponsel itu padanya. "Tolong masukin nomor whatsapp anti ya?” pintanya dengan mata yang menyipit, ah pasti Awah lagi senyum.

Kayra mengangguk, lalu mulai mengetikkan nomornya di ponsel Awah. Dia senang sekali baru perdana ikut kajian di sini tapi sudah mendapat teman baru. "Ini ya, nanti whatsappana ya. Biar nomor anti bisa ana simpan,” pinta Kayra sambil mengembalikan ponsel Awah.

“Na’am, Ukh.”

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.” Suara Ustadzah Salma menginterupsi percakapan Kayra dengan Awah. Mereka berdua langsung memfokuskan perhatiannya pada Ustadzah.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab jamaah dengan serempak. Kayra menjawab salam sambil mengeluarkan buku catatannya dari dalam tas, begitupun juga Awah.

Ustadzah Salma adalah salah satu Hafidzah yang sudah menyelesaikan hafalannya di usia dua puluh tahun. Kini Ustadzah sudah menginjak umur tiga puluh dua dan memiliki tiga orang putra. Lewat caranya berbicara, sangat kentara kalau beliau adalah seorang wanita yang lembut namun juga tegas.

Meskipun wajahnya tertutup cadar, tapi gurat kecantikannya masih terlihat lewat sorot matanya. Tema pembahasan kali ini adalah hijrah.Kayra melihat info kajian ini di beranda instagramnya. Saat melihat temanya, dia langsung tertarik untuk mengikutinya. Dia sempat mengajak Reni sahabatnya, namun Reni enggan untuk ikut.

Akhirnya Aku Menikah (Revisi)Where stories live. Discover now