2. Okuler

9.8K 1.2K 313
                                    

Malam itu, Jiyoo memutuskan pulang ke rumah ibu sambil membawa sekardus pasta gigi pemberian Taehyung. Tak pernah ia kira sedikit pun bahwa paginya Jiyoo akan terbangun karena suara samar dari kamar sang adik. Jungkook meringkuk di atas kasur sambil menyembunyikan diri di bawah selimut, sementara ibu mereka terus membujuk.

"Jungkookie, ibu janji akan membelikanmu laptop begitu ibu punya uang. Sekarang yang penting kau pergi ke kampus dulu, ya?"

"Tidak mau!"

"Jungkook, ibu mohon untuk kali ini saja pergi ke kampus demi ibu?"

Jungkook menjawabnya dengan gerakan enggan, mengangkat bahu di bawah selimut. Ibu menoleh ke arah lain, mendapati putri pertamanya tengah berdiri di ambang pintu.

"Jungkook-ah!" sapaan lembut ibu berganti jadi teriakan dari Jiyoo. Dahi wanita itu tiba-tiba saja mengerut marah, menyaksikan apa yang baru saja terjadi. "Dengar baik-baik, kalau ada uang pasti akan kita beli laptop itu. Tapi, kalau uangnya tidak ada, kita mau bayar pakai apa? Pakai daun?"

Ibu segera mengambil alih sebelum dua anaknya bertengkar. Dengan lembut, ia kembali berusaha menurunkan selimut yang masih saja mengungkung tubuh sang putra. "Jungkook-ah, ibu akan usahakan laptop itu ada besok. Yang penting sekarang kau kuliah dulu, ya?"

"Tapi mata kuliahnya hari ini!"

"Jam berapa?"

"Delapan!"

Mereka melirik jam kecil di meja belajar. Sudah jem delapan lebih sepuluh menit. Belum lagi perjalanan ke kampus yang menghabiskan waktu tiga puluh menit. Dipaksakan pun Jungkook hanya akan mendapat beberapa menit perkuliahan saja. Terlebih dia anti sekali terlambat. Tabu baginya berjalan di depan kelas sementara kelas sudah terisi penuh dan dosen sudah menerangkan.

"Ya sudah, masuk mata kuliah kedua saja ibu mohon, Nak."

Jiyoo sudah ingin memaki Jungkook lagi, mengingat selama ini dirinya sudah berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, tapi jungkook justru berbuat ulah. Kepulangannya ke rumah yang terbilang jarang justru harus disambut dengan pemandangan tak menyenangkan. Jiyoo benci melihat ibunya hampir menangis hanya untuk membujuk Jungkook supaya mau pergi kuliah. Terlebih ini semua terjadi karena ketidakmampuan mereka memenuhi kebutuhan jungkook sebagai mahasiswa. Padahal, selama ini Jiyoo mati-matian menekan segala pengeluaran. Dia bahkan harus memilih antara menggunakan uangnya untuk ongkos atau makanan. Tapi, lagi-lagi itu semua tak mampu menutupi kebutuhan keluarga.

"Jungkook-ah!"

Lelaki itu menyingkap selimut dan nyaris melompat dari kasur-jika pergerakan cepatnya bisa dikatakan melompat. Ketika itu pula Jiyoo melihat merah dan basah di mata sang adik, menandakan tangis yang terjadi di balik selimut. Jungkook juga tersakiti, dan itu terang saja membuat Jiyoo juga sakit.

Meski tak mengucapkan sepatah kata pun, jungkook beranjak ke kamar mandi dengan langkah tergesa. Suara guyuran air samar-samar terdengar, menandakan yang di dalam memang tengah membersihkan diri. Dengan kata lain bersiap pergi ke kampus untuk mata kuliah kedua.

Jungkook itu meski berwatak keras, tapi pada perintah ibu dia berusaha mendengarkan.

-o0o-

Jiyoo harus kembali ke asrama untuk mengikuti latihan sore. Hanya ada dirinya dan ibu di dalam rumah itu, karena jungkook pada akhirnya pergi kuliah. Dalam suasana yang begitu sepi, Jiyoo meminta ibu mengikatkan rambut di sisi jendela, dibalur cahaya terang dari balik tirai. Dengan telaten, wanita tua itu menyisir rambut putrinya, sementara jiyoo memandang jauh pada kepadatan rumah penduduk di luar jendela.

"Tak ada kebahagiaan yang sempurna," begitu ibu bilang. "Jungkook diterima di jurusan favorite, tapi keuangan kita memprihatinkan."

"Sedangkan aku dulu tak diterima di mana-mana, tapi keuangan kita masih baik," Jiyoo menambahkan. "Mungkin itu salah satu alasan Tuhan maha adil, ya?"

Be Careful, Taehyung✔️Where stories live. Discover now