Adalah Jo

267 11 8
                                    

Bel pulang sekolah berdentang menghunus kesunyian jam belajar sehingga membuat sekawanan siswa berhamburan menuju parkiran. Arak-arakan awan tak mau kalah seperti para siswa. Mereka berbondong-bondong melarikan diri ke hulu, membiarkan dataran rendah disinari oleh sang surya.

Tampak sebagian siswa sedang duduk-duduk di koridor sambil menunggu tempat bergantian keluar masuknya motor dan sibuk dengan ponsel mereka masing-masing. Sebagian ada yang berkumpul menjadi satu seperti merencanakan sesuatu. Dan sebagian lagi ada yang berlarian menuju halaman belakang sekolah. Namun tidak dengan Jo, satu-satunya gadis dengan suara mirip laki-laki yang berjalan menuju gerbang sekolah. Asap kendaraan bermotor mengepul hebat dan panasnya mentari terasa menyengat. Biasanya kalau mau hujan lebat memang diawali dengan panas yang luar biasa.

Nama aslinya adalah Joviska. Guru memanggilnya Viska dan teman-teman kerap menyapanya Joo. Katanya, ini buat tanda kalau Joo adalah penyanyi Rock yang setiap perpisahan sekolah selalu menyanyi di atas panggung. Selain itu rambut Joo yang panjang menjuntai terawat adalah bagian khas darinya sehingga mudah dikenali banyak orang. Termasuk seorang gadis bertubuh ramping 165 cm di belakang Jo. Dari caranya berjalan, tas gendong lelaki setengah kebesaran, dan rambut hitam panjang menjuntai hingga pinggang langsung membuatnya mengenali siapa yang dimaksud.

"Jo!" dari belakang, sahabat kecilnya muncul menjajari langkahnya.

"Hai Pit! Tumben? Mau ke mana?" tanya Jo demikian mengingat Pita selalu pulang sore karena sibuknya dia menjadi ketua ekstrakulikuler bela diri di sekolahnya.

Kabarnya, minggu lalu Pita izin pulang lebih awal untuk tidak ikut ekstrakulikuler bela diri karena hamsternya mau lahiran. Katanya dia harus membantu proses persalinan hamsternya yang di dapat dari luar negri karena dia menaruh asumsi bahwa proses persalinan hamster barat harus sangat higenis. Entahlah untuk saat ini. Jo selalu membuat praduga-praduga untuk diteliti lebih lanjut namun sebenrnya praduga itu hanya ada di dalam otaknya.

Mmm mungkin kali ini boneka beruangnya yang lahiran. Atau ia disibukkan mengganti popok hamsternya? Atau mungkin... tikus-tikus di rumahnya kembali membuat onar. Ya, Pita bercerita pas dia tidur tau-tau kejatuhan anak tikus dari plafon kamar makanya membuat dia berjingkrak-jingkrak seketika sambil teriak-teriak. Malam itu seluruh penghuni rumah yang semula sedang menikmati mimpi indahnya tau-tau memadati pintu kamar Pita.

"Ada apa?" tanya papa Pita. Matanya setengah merem melek memandangi sekitaran.

"Iya ada apa? Maling? Mana malingnya?" Mama Pita mengacungkan sapu dengan semangat dan didominasi oleh rambut seperti singa.

Sementara abang dan adik-adiknya melongo seperti zombi yang tidak mau dibangkitkan dari kuburnya.

"Tadi ada tikus! Hii.. Jijik sumpah... Aku ketiban tikus!!" Rengek Pita seraya memandang plafon kamarnya yang bolong sepetak berbentuk persegi.

Bukan pembelaan atau aksi penyerangan yang akan dilakukan oleh sekawanan mereka yang muncul di kamar Pita, malah yang ada mereka mencibir lalu kembali ke kamar masing-masing.

"Ah dasar keluarga aneh!" Cibir Pita demikian.

Selama beberapa jam lamanya ia termenung di tengah malam, takut tiba-tiba tikus itu kembali melakukan aksi bebas terhadapnya. Hingga keesokan pagi datang, ketika Pita masuk sekolah matanya sedikit berkantung panda.

Jo memandang gadis di sebelahnya.

"Mau pulang. Ng... nonton dulu yuk!"

Hening sejenak walau mereka saling pandang tanpa memperhatikan arah jalan. Tak berselang lama Jo terkekeh geli. Selain wajah Pita yang heran melihat tingkah Jo, Jo sendiri tidak menghianati lucunya ekspresi Pita untuk dijadikan bahan tertawaan. Apa lagi mengingat cerita tikus-tikus yang berseliweran di plafon kamar Pita. Jo curiga jangan-jangan mereka sebenarnya ada rasa sama Pita. Makanya aksi terjun bebas ke muka Pita adalah salah satu bentuk cari perhatian dia.

BATAS [Completed]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin