Kakak Bos

56 1 0
                                    

Semakin semarak berita mayat menyebar di kalangan masyarakat, cowok kesenian di Unsoed yang kerap disapa Farel itu melakukan insiatif. Tidak seperti biasanya, kali ini Jo diantar Farel ke sekolah.

"Kamu hati-hati ya, kalau mau ke mana-mana jangan sendirian. Ajak teman-teman sekalian biar aman." Pesannya.

Jo terkekeh seraya melakukan sikap hormat, "Siap kakak boss!!"

Kemudian Farel tertawa.

"Joo!!"

Merasa namanya dipanggil oleh sebuah suara yang tak asing, Jo menoleh ke sumber suara. Saat mendapati sosok yang menurutnya sudah lama tidak muncul di hadapannya, ia terbelalak. Bahagia dan tak percaya.

"Pita!! Akhirnya berangkat juga!" Setelah berjingkrak, Jo memeluknya.

Sebelum masuk, Pita sempat say hello pada Farel yang katanya baru akan pergi ketika Jo sudah masuk ke ruang kelasnya. Guna memastikan bahwa ia baik-baik saja.

"Ooh so sweet ...." tutur Pita.

"Oh ya, gimana sama tulang ekormu, Pit? Kok lebih cepat sembuh dari yang aku kira?" tanya Jo.

"Aku juga nggak nyangka, Jo! Aku kira sembuhnya akan lama. Tapi ternyata ini malah tiga kali lebih cepat dari yang aku bayangkan,"

"Pasti obatnya manjur," tebak Pita.

"Nggak cuma itu, Jo. Ada kekuatan lain yang membuatku cepat sembuh."

Jo terkekeh geli mendengar penuturan Pita, "Mungkin maksud anda kekuatan bulan,"

"Bukaaan!! Kekuatan cinta," Bisik Pita pada kalimat terakhirnya.

Jo terbelalak dan wajahnya bersemburat rona merah. Ada kebahagiaan yang siap meluap. Ini artinyaa ...

"Ciyeee cinta. Ehem! Pasti udah nggak jomblo lagi ya? Pj dong, pj!" Jo mengguncang tubuh Pita.

Yang diguncang hanya senyum-senyum menahan tawa. Ini dia yang Pita tunggu. Dia ingin Jo tau tentang Leo, anak seorang dokter langganan keluarganya. Pita pun menceritakannya. Lengkap berikut kencan pertama mereka.

"Waaah, hebat kamu, Pit! Lama ngejomblo tapi sekali dapet malah dapet yang berkelas. Ckckck. Kurang baik apa Tuhan sama kamu?"

"Hahaha, intinya Tuhan tuh baaaiiikk banget. Nget. Cuma satu nih yang aku heran. Kenapa Tuhan nggak baik sama Bang Zayn?"

"Hus! Nggak boleh bicara begitu ..."

"Loh buktinya Abangku Zayn masih setia jomblo. Paling yaa itu. Dia pacarannya sama buku." Ungkap Pita mengenai Abangnya.

Lagi-lagi Jo tergelak dibuatnya.
Seiring berangsurnya mentari, hari bergulir menjadi siang. Entahlah, banyak siswa yang bertanya kenapa pihak sekolah tidak meliburkan kegiatan belajar mengajar mengingat sudah ada mayat kedua yang masuk berita. Semua waspada. Selama belum ketemu penyebabnya, ada kemungkinan akan munculnya mayat ketiga. Seluruh siswa dihimbau untuk berhati-hati dan saling menjaga diri.

Jam pulang sekolah pun berdering. Rencananya, untuk merayakan kesembuhan Pita, Sarah dan Jo ditraktir jajan sepuasnya di kantin. Sekalian Pita mengecek tugas-tugas yang dikerjakan oleh Sarah selama dirinya cuti sekolah.
Hanya ada Sarah, Jo, Pita, Pak Asep dan istrinya yang berjualan makanan di kantin. Siang itu kantin memang mulai sepi karena telah ditinggal pulang oleh siswa-siswi.

"Bapak yang nemuin mayatnya?" tanya Sarah tak percaya ketika mereka berbincang-bincang di kantin.

"Betul, Mbak. Awalnya saya lagi bersih-bersih gedung baru. Di sana saya lihat karung putih di pojokan, tapi banyak bercak merah. Awalnya saya kira itu darah, jadi penasaran apa isinya. Pas saya buka, ternyata isinya ...."

BATAS [Completed]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant