Malam itu di Stasiun Bandung

80 1 0
                                    

Aku mengerjapkan mata lalu mengalihkan pandangan ke arah jendela. Sepertinya sebentar lagi kami sampai. Malam itu aku bersama kedua kawan kerjaku, Astrid dan Tyas menuju kota kembang. Kami berniat menonton pertunjukkan musik boyband angkatan lama yang memang akan menggelar konser perpisahannya di Bandung sabtu nanti. Kami memilih naik kereta Eksekutif untuk efisiensi waktu dan tidak lelah jika dibandingkan dengen menyetir sendiri dari jakarta. 

Rasa-rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali aku mengunjungi Bandung. Kala itu aku masih menjalin hubungan dengan Ramdhan - dia yang kerap ku sebut sebagai Dilanku. Ahh sudah, masa lalu, bukan hal yang terlalu baik untuk diingat. Hari ini aku memberanikan diri kembali lagi. Banyak yang berubah memang, kalau beberapa minggu lalu aku bahkan masih berani pergi ke Bandung seorang diri, pukul berapapun dan menggunakan transportasi apapun termasuk bis antar provinsi yang biasanya memakan waktu lebih lama dari kendaraan lain. Sudah jelas aku berani, karena saat itu Ramdhan selalu siaga menjemput dan memastikan aku sampai dengan aman hingga aku kembali lagi ke Jakarta.

Aku punya ketertarikan sendiri dengan pria Bandung, Ibuku mencintai Bandung dengan hidupnya. Namun, karena satu dan lain hal dia harus ku pindahkan ke Jakarta dan hidup disini, di kelilingi saudara-saudaranya. Mimpiku suatu saat nanti adalah bermukim di Bandung bersama ibuku, mewujudkan mimpinya untuk hidup damai di Bandung. 

'"bikin vlog ah pas di bandung " Tyas memecah lamunanku seraya mengambil kamera dari tasnya.
"kira-kira apa ya temanya..." hahahahah

"weekend berfaedah...karena weekend kita pasti berfaedah " usul Astrid.

"weekend berfaedah..dalam misi mencari jodoh Lintang..." aku melempar usul sambil mengutak-atik ponselku.

Mereka berdua menatapku lalu tertawa.

Aku melanjutkan " ya kan kalian berdua udah nikah...cuma gue yang belum..jadi bisa lah..."

"iya iya bisa...mau cari kaya apa sih kriterianya..?" ujar tyas seraya tertawa.

"koko-koko lah tapi yang sholat jumat...kangen euy pengen bisa ngingetin orang sholat setiap hari jumat..."

Mereka berdua tertawa lagi.

Pengumuman dari speaker kereta memberitahu bahwa kami sudah tiba di Stasiun Bandung. Kami bertiga bersiap dan menurunkan tas dari bagasi atas.

"kita makan dulu ya, laper berat euy.." aku memberitahu Astrid dan Tyas.
"boleh lah, makan dimana ya?" tanya Astrid.

Aku berfikir sebentar, "makanan sunda aja lah yang di seberang stasiun jadi bisa jalan kaki...gimana ka?" tanyaku pada tyas meminta pendapat.

Tyas sibuk dengan ponselnya dan kehilangan konsentrasi tidak menjawab pertanyaanku. Untuk memastikan aku bertanya lagi padanya "ka, gimana mau ga?"

"bebas gue mah...eh, temen gue mau jemput nih.." jawab tyas masih sibuk dengan ponselnya.
"siapa?" tanya Astrid.

Tyas menjawab sambil menatapku "ada deh. sekalian gue mau kenalin ke lo tang, dia selera lu lah.."

"serius? ada fotonya ga" tanyaku lagi sambil tertawa.
"ngga lah, ngapain gue simpen fotonya..." Tyas tertawa dan melanjutkan "yakin gue, dia pasti selera lo kok tenang aja..."

Kami bertiga menyeret tas dan berjalan keluar stasiun. Belum tampak batang hidung laki-laki yang dimaksud oleh tyas. Mungkin terjebak macet pikirku, Jumat malam di Bandung, stasiun saja begini sesak pasti jalanan di depan itu juga macet.

Aku pamit pada mereka berdua untuk membeli sebungkus rokok karena milikku sudah hanya tersisa 2 batang. Jadi aku meninggalkan mereka menuju sebuah minimarket yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka berdua berdiri. Selesai membeli rokok aku bermaksud kembali kepada kedua kawanku itu dan dari kejauhan aku melihat tyas mengobrol dengan seorang laki-laki dan terlihat akrab. Aku melambatkan langkahku dan jantungku mulai berdegup lebih kencang dari biasanya. Laki-laki itu begitu familiar, rasanya aku sangat mengenal postur dan ekspresi wajah itu tapi aku masih belum mempercayai mata kepalaku sendiri.

-----------

"qibil..." begitu si laki-laki itu menyebut namanya sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman denganku saat tyas memperkenalkannya sebagai teman yang memang direncanakan untuk menjemput kami dari stasiun.

Dia Jauh, Aku RinduWhere stories live. Discover now