Sebuah Kencan yang gagal

35 0 0
                                    

seminggu selanjutnya berjalan dengan baik-baik saja. Ada sedikit hal yang mengganggu, Aku kerap kali mendapati beberapa akun asing menggerayangi akun Instagram pribadiku. Entah mereka sengaja atau tidak, tapi mereka meninggalkan likes di postingan milikku yang sudah ku posting sejak beberapa minggu, bulan bahkan beberapa tahun lalu. 

Ada beberapa juga yang meninggalkan pesan di Direct Message yang sekedar menyapa, meminta followback atau bahkan meminta nomor kontak pribadi. Ini begitu mengganggu, aku mulai merasa ketakutan dan insecure. Di hari rabu aku memiliki jadwal untuk keluar kota, urusan bisnis bersama partner kerjaku, Ara. 

Ada sedikit pernyataan Ara yang cukup mengganggu dan membuatku berpikir keras.
"Tang, nanti kalau lo sama Qibil kita bisa pergi kaya gini lagi gak sih? kan nanti lo ada mandatory temenin dia manggung kan?"

Aku tertawa, Mungkin bisa jadi tapi rasanya terlalu jauh berpikir kesana. Walau rasanya masih berpikir aku mulai merasa sedikit insecure dengan perlakuan groupies-groupiesnya yang lain. Aku kerap kali merasa di awasi. Bahkan teman-teman kantorku mulai membuat Jokes dengan menakut-nakutiku tentang kemungkinan wajahku bisa jadi masuk akun gosip di social media. 

Aku kembali ke jakarta di hari Jumat, langsung kembali ke rumah karena diberi kebebasan untuk libur di hari ini. Pulang ke rumah aku masih berpikir tentang situasi yang terjadi, ditambah lagi keadaan semakin memburuk. aku semakin merasa diawasi. Angka profile visit di akun personal ku yang sehari-hari hanya ada di angka 200-300 melonjak jauh menuju 2300.

Timbul sedikit rasa khawatir. Aku merasa kecil dan tidak pantas dengan situasi ini. Aku merasa bahwa semua berjalan dengan sangat cepat bahkan terlalu cepat. Aku ini siapa dibandingkan dia. Kenapa orang-orang tergerak untuk tahu aku ini siapa, aku merasa tidak ada yang aneh dari semuanya.

Aku memilih tidur sore itu, besok hari sabtu sepatutnya aku libur. Sayangnya, salah satu klien meminta untuk meeting di kantor hari sabtu nanti. Sial, pikirku. Lebih baik aku istirahat sekarang juga dan berpikir untuk bekerja di hari libur esok hari. Memikirkan jalanan yang macet saat weekend membuatku sangat malas. Aku menerima pesannya sore hari, " Hari minggu aku manggung di jakarta..acara internal, kamu mau nonton?"

Hari minggu, ada acara penutupan event olahraga itu di Senayan dan boyband legendaris asal korea favorite ku manggung. Ah malas, aku mau menonton televisi saja-pikirku. 
"aku mau nonton closing hari minggu, tidak apa-apa ya?"

"iya, lain kali saja.." Jawabnya.

----


Aku sampai cukup siang di kantor, hari ini kan seharusnya libur jadi kantor ku cukup lengang. Hanya ada beberapa orang dari perusahaan lain yang sedang bekerja di Sabtu siang itu. Aku langsung menghampiri meja resepsionis dan mengambil paket yang ditujukan padaku. 

Aku membukanya dengan tak sabar, Sebuah kemeja merah baru (Karena labelnya masih tergantung disana) ukuran L ternyata isinya. Tunggu, Kemeja ini terlihat familiar. Aku tersenyum - mengingat ini adalah kemeja yang persis sama dengan miliknya yang dipakai minggu lalu. 

Bunyi notifikasi handphone membuyarkan lamunan, ada 2 pesan disana salah satunya dari Putri - seorang kawan yang akan aku temui untuk hangout sore ini 

gue kena macet, telat dikit nih!

Sebenarnya aku jengkel, tapi ya sudah lah namanya juga janjian di Jakarta. OK - begitu saja aku membalasnya. Pesan yang lain ini datang dari Tyas - Selain kawan dia juga merupakan manager di kantorku sekarang.

Lo di Kantor kan? ke ancol yuk.

Aku membacanya heran, ke ancol menjelang sore begini.. Emang ada apa gitu? - aku membalasnya karena ingin tahu ada angin apa weekend ramai begini kok pergi ke Ancol.

Ada Festival Musik nih...ayo kesini...

Dia lalu mengirimkan poster setlist performance dan iklan event yang memang diadakan di Ancol hari itu. Aku familiar dengan beberapa namanya tapi mereka bukan seleraku. Sangat jauh dari selera musikku selama ini. Kebanyakan performer itu beraliran british yah sebut saja seperti itu lah.

Aku membalasnya segera Ngga ngerti musiknya ah, next time aja.

Beneran nih, tiketnya dari gue deh...asli deh lo harus dateng, pasti happy.

Tumben, kok dia agak memaksa hari ini, Sedang berpikir lalu Tyas ternyata menelepon, Mungkin karena tidak sabar..

" Dateng aja kesini abis meeting, anggep aja nemenin gue..."

" hahahahahah halo dulu dong kalau nelepon, emang ada apa sih? "

" ya ada yang manggung, hahahahahah udah kesini yah...."

" Ngga bisa serius deh, ini gue juga udah janjian sama orang, abis ini mau ke mall satunya....next lah gue temenin..."

" ahhh, gak seru nih, temen lo ajak aja deh sekalian...tiketnya gue kasih..."

Ini tidak umum terjadi, tidak biasanya dia memaksa seperti ini. Aku tetap pada pendirian, Pertama - karena Ancol cukup jauh dari sini, Aku tidak paham aliran musiknya dan juga aku sudah janji menemani Putri ke tempat lain hari itu. 

----

Malam itu ditutup dengan gambar kiriman Tyas, dia bersama qibil dan teman-teman bandnya di festival musik itu. Gambar itu disertai pesan Diajak malam mingguan padahal, kok gamau. Aku tertawa getir sendirian. Aku berpikir lambat dan dalam kali ini, Aku merasa ketakutan. Hidupku terasa diawasi dari berbagai sisi. 

Aku mengingat kembali bagaimana kawan-kawanku membuat Jokes ringan tentang bagaimana aku harus bersikap, berdandan bahkan bertingkah laku di khalayak umum. "nanti masuk akun gosip lu!" begitu sederhana tapi aku mulai merasa ketakutan. Jangan-jangan aku harus tahan menerima penilaian orang-orang. Aku membuka handphone ku dan mengetik namanya di search engine browser nomer satu di dunia, kebanyakan beritanya masih dari 7 tahun lalu, saat dia masih menjalani hubungan dengan penyanyi ternama itu, ya memang sih cukup heboh rasanya dulu. Aku makin merasa kecil, ini rasanya aku hanya bermimpi. Mungkin tidak perlu di teruskan lagi, aku harus berhenti cukup disini.

Tyas meneleponku beberapa saat kemudian, tertawa dan bercerita tentang dia yang bertemu si Captain-orang menyita pikiranku beberapa waktu ke belakang. Aku tiba-tiba bilang bahwa aku takut akan situasi sekarang. Bagaimana groupiesnya mencoba mengorek dan mengawasi social mediaku. Perbincangan jadi serius, Tyas bilang aku seharusnya tidak terlalu khawatir tentang itu. Toh semua hak Qibil untuk bertindak, kepada siapa dia akan baik atau bagaimana dia bersikap. Aku seharusnya tidak menempatkan diri sebagai fans, jelas berbeda. Qibil tidak menghampiri siapapun yang memanggil namanya, atau sekedar melambai dan melempar senyum dari atas panggung saat dia melakukan pertunjukkan.  Bagiku, itu bukan sebuah keuntungan atau perlakuan special. Dilakukan di tengah penggemarnya, itu adalah bunuh diri. Aku seperti mendeklarasikan diri bahwa aku kenal baik dengan pria ini dan tidak berada di tempat yang sama dengan mereka. Aku mengakhiri perbincangan malam itu setelah meyakinkan tyas bahwa aku hanya sedang negative thinking dan akan sembuh keesokan hari. Walaupun nyatanya tidak, aku tidak baik-baik saja.

Dia Jauh, Aku RinduWhere stories live. Discover now