mDH 1

60.3K 2.1K 225
                                    

INGAT YA, INI ROMBAKAN!

Diriku bakal up 1 tahun sekali.

Nice

🖤🖤🖤

"Ini rumah kita?" Baru saja mesin mobil dimatikan, gadis dengan Hoodie hitam itu sudah mengajukan pertanyaan yang membuat kedua orang tuanya menggeleng dan tersenyum geli.

"Iya sayang, ini rumah kita yang baru. Kamu suka kan?" Sang Mama menjawab, sambil mengelus surai hitam anak gadisnya yang tengah menatap bangunan rumah dengan tatapan kosong.

"Ayo kita turun." Suara bariton itu mengejutkan gadis ber-hoodie serta berkucir kuda.

Ia menoleh, menatap kedua orang tuanya dengan pandangan sayu. Kemudian menggeleng bertanda menolak. "Aku nggak mau." Tolaknya tegas.

"Lho? Kenapa?"

"Aku takut pa, Papa salah pilih rumah." Gadis itu menggeleng, matanya sudah berkaca-kaca, tangannya yang dingin mencengkeram erat lengan mamanya. "Ayo kita balik." Rengeknya lagi.

Terdengar suara kekehan dari papanya. "Kamu kenapa hm? Bukannya kamu yang minta rumah latai dua dengan gaya klasik? Ini papa udah pilihin yang paling bagus lho."

Gadis itu terdiam, memang benar adanya kalau dirinya yang meminta seperti apa yang papanya katakan tadi, tapi dia benar-benar tidak ingin tinggal di sana.

"Tapi aku nggak mau yang ini."

"Alasannya?" Kali ini Mama yang bertanya, ia nampak aneh melihat gelagat anaknya yang seperti, ketakutan?

Gadis itu memejamkan mata sejenak, kemudian menghela nafas panjang. "Aku lihat dia." Ucapnya yang terdengar seperti berbisik.

Kedua orang tua tersebut saling pandang satu sama lain, mengernyit heran dengan apa yang dikatakan anaknya. "Dia siapa sayang?"

"Dia yang ada di kamar aku dulu pa! Aku nggak mau." Katanya dengan histeris. "Ayo balik, aku nggak mau disini, ayo pa, ma."

Sungguh, saat ini dirinya benar-benar ketakutan, bayangan-bayangan sosok itu selalu mengikutinya kemana ia pergi, dan tidak ada satu orang pun yang percaya dengan ia sendiri, termasuk kedua orang tuanya.

"Sayang, tenang, itu hanya halusinasi kamu aja, kamu pasti kecapean, ayo kita kedalam dan istirahat."

"Enggak ma! Itu, itu dia." Gadis itu menunjuk ke arah balkon lantai dua sebelah utara dari dalam mobil. "Dia melambai ma! Dia senyum! Aku gamau. Aku mau pergi!" Teriaknya lagi dengan histeris, kali ini disertai dengan derai air mata yang kian menetes membasahi pipi putih bersihnya.

"Nina tenang, ada papa, papa sama mama disini, kamu jangan takut ya."

Selalu seperti ini, kedua orang tuanya tidak ada yang mempercayainya. Mereka semua menyebut jika ia hanya berhalusinasi saja, padahal semua memang nyata, Nina yakin kalau apa yang ia lihat dan rasakan itu nyata! Mengapa tidak ada yang mau mempercayainya?

"Ayo kita masuk, kita harus bersih-bersih dan mindahin barang juga, keburu malam nanti, yok."

"Tapi ma---"

"Kamu percaya kan sama mama? Kalau di dalam sana nggak ada apa-apa."

"Apa mama juga percaya sama aku? Kalau dia itu nyata? dia selalu ngikutin aku ma. Aku nggak bohong." Nina benar-benar frustrasi dengan apa yang ia rasakan saat ini.

my DeviL HUSBANDWhere stories live. Discover now