Dilema yang Menyakitkan

1K 142 24
                                    


Tuhan itu adil. 

Tuhan itu baik. 

Kihyung mengakuinya, sehingga dibanding memilih meratapi nasibnya, Kihyung memilih mencoba mempercayai Jungkook. 

Putranya adalah anak yang baik dan putranya tidak pernah pergi tanpa berpamitan, putranya tidak akan pergi jika tidak dalam pelukannya. 

Putranya hadir dan menangis di gendongannya dan putranya harus pergi di pelukannya. 

Bukannya Kihyung egois dan menganggap enteng semuanya, namun Kihyung merasa sudah terlanjur menerima banyak kebaikan dari Tuhan. Kihyung sudah sangat bersyukur bisa melihat putranya tumbuh dengan baik dengan segala kekurangannya. 

Hingga kini, tidak ada lagi air mata yang menghias pipi keriputnya saat melihat putra yang begitu disayangnya terbaring lemah untuk kesekian kali dengan kondisi yang tidak menentu.Ini bukan tentang terbiasa melihat putra semata wayangnya menutup mata, namun lebih kepada kepasrahan Kihyung akan takdir yang akan Tuhan tentukan untuknya selama beberapa waktu ke depan. 

Kihyung sudah pasrah dengan semua keputusan Tuhan. 

Kihyung saat ini menggenggam erat jemari Jungkook yang masih terasa dingin, mengusapnya lembut untuk memberi kehangatan. Sesekali Kihyung menyeka bagian tubuh Jungkook dengan air hangat, merawat kuku-kuku yang mulai memanjang dan memastikan bahwa putranya istirahat dengan nyaman meskipun banyak kabel yang terpasang. 

Sudah dua minggu kira-kira sejak ujian sekolah berakhir, sejak ruko kesayangan Jungkook terbakar dan membuat ibu kedua Jungkook harus berakhir di ruang ICU. 

Kihyung sangsi, kalau Hyeri dan Jungkook bersenang-senang sendiri bersama istrinya, meninggalkan semua orang yang menunggu dengan harapan yang kian menipis. 

Harapan yang terasa di ujung tanduk. 

Kihyung lantas menatap lamat wajah Jungkook dan meremas kuat tangan putranya, hanya mampu menyeru kalimat dalam batinnya. 

"Tanyakan kepada eomma Hyeri ... alasan kenapa namanya ada di daftar donor."




____Love


Taehyung masih betah menggenggam erat tangan Hyeri, tangan yang dulu membelainya yang sekarang terlihat kurus dan pucat karena terlalu lama terbaring di ranjang. Tangan yang terampil memasak dan membuat pai dan cake favoritnya. 

"Eomma ... kau begitu menyayangi Jungkook eoh? Curang sekali ... kau mendaftarkan diri menjadi pendonor untuknya dan kau akan meninggalkanku? Kenapa kau jahat sekali?"

 Taehyung mendesah, mencoba menahan air matanya yang selalu turun akhir-akhir ini. 

"Appa Haechan membujukku, begitu pun dengan appa Junsu ... mereka bilang eomma tersiksa karenaku, tapi bisakah aku berharap keajaiban Tuhan?" 

Taehyung kembali menghela napas panjang, percakapan tanpa timpalan yang rasanya sangat menyedihkan. 

"Di satu sisi, aku ingin Jungkook sembuh, tapi aku tidak bisa kehilanganmu ... kenapa pilihan ini sama-sama menyakitkan?" Taehyung kembali terisak, tanpa tahu ada beberapa orang yang melihat rasa dilema itu dengan tatapan dilema juga.




____Love 

Love [COMPLETE]Where stories live. Discover now