Apa itu cinta?

1.6K 81 1
                                    

Hanya satu kata yang ada di kepala anggota keluarga Adrian tentang lelaki itu: gila.

Bukan tanpa alasan mereka berpikir begitu. Siang itu sepulangnya Sofia dari Singapura Adrian mengajaknya dan Ario untuk makan malam di rumah Agraprana. Yang disyukuri Sofia malam itu tidak adanya Ayah di antara mereka karena Ayah sedang meninjau lokasi perkebunan rokoknya yang baru.

"I'm not really sure about this, Dri," kata Amanda. Mereka bertiga dengan Jona masih di dalam mobil Adrian. "Having a dinner with your family? You know how much they don't like me, don't you?"

"Mereka harus menerima kenyataan kalau kamu dan Jona-lah yang membuatku sembuh dari kecanduanku berjudi, Nda," jawab Adrian. Ia menoleh ke Jona yang duduk di belakang. "Jo, are you ready to meet my family?"

"What if they don't like me, Oom Adri?" tanya Jona polos. Meskipun dia baru berusia sebelas tahun, pengalaman pahit bersama ayahnya membuatnya lebih dewasa dibanding anak-anak yang berada di usianya.

"Ya, aku takut ini berdampak buruk untuk Jona, Dri," sahut Amanda pesimis. "Sebaiknya kita pulang sekarang."

"Amanda, mereka tidak akan menyakitimu dan Jona." Adrian berusaha meyakinkan. "Aku sendiri yang melawan mereka kalau mereka berani melakukannya. Sekarang, tarik napas dalam-dalam..."

"Mami, ada orang yang mengetuk pintu mobil."

Adrian menoleh. Itu sopirnya yang biasa memarkir mobilnya ke dalam garasi. Kebiasaan Adrian adalah memarkir mobilnya di depan teras, dan sopirnya-lah yang memarkirkan mobil itu ke dalam garasi.

"Ya, this is the time. Be ready, Jo."

Ya, dan benar saja. Begitu mereka ke meja makan sudah ada Bunda, Sofia dan suaminya. Mereka tampak terkejut seperti melihat setan yang bangkit dari kubur. Ya, meskipun tidak ada setan yang mungkin secantik Amanda dan selucu Jona, tapi tetap saja mereka seperti serangan jantung.

Terutama Bunda. Butuh dua belas detik untuknya bersikap tenang. Ia menyilakan Adrian dan para tamunya duduk. Bunda memang tidak seharusnya terkejut karena beberapa waktu yang lalu dia sempat mengundang Amanda ke rumahnya, tapi ia tidak menyangka hubungan putranya dengan wanita itu berlanjut sampai sekarang.

Bunda mengira Adrian masih berhubungan dengan Dokter Wina. Dan sekarang anaknya datang bersama wanita ini dan... anak siapa ini? Tidak mungkin anak Adrian. Anak ini pasti anak Amanda dengan suaminya. Tapi kalau dia punya suami, mengapa mereka hanya datang bertiga saja? Kalau anak ini memang anak Adrian, jangan sampai, Ya Rabb. Bukan ingin menyalahi takdir, tapi Adrian perlu dijewer kalau ini benar anaknya.

"Do you know the impact of inviting them here, Brother in Law?" bisik Ario yang duduk di samping Adrian. Matanya tidak berhenti melihat Amanda yang duduk di sebelah Sofia sementara Bunda duduk di tengah. Kemudian Ario melihat anak yang duduk di sebelah Adrian. "This is too risky."

"Indeed," jawab Adrian dengan polosnya, bahkan ia tidak menoleh pada Ario. "So, can we have our dinner now?"

"Selamat datang di keluarga Agraprana, Amanda, dan...." Bunda menoleh pada anak kecil yang duduk di sebelah Adrian.

"Jona," Adrian memberitahu.

"Ya, Jona. Terus terang ini mengagetkan kami selaku keluarga Adrian. Karena, sudah jarang sekali dia mengajak temannya ke sini." Bunda mencoba setenang mungkin untuk menyambut kedua tamu anaknya, meski rasa penasarannya membuat kepalanya sakit.

"Ya, Bunda, aku tahu. Maafkan kalau perbuatanku ini mengagetkan banyak pihak. Tapi berkat Jona, aku meninggalkan hobi lamaku." Di depan Jona, Adrian tidak akan pernah mengakui tentang hobinya yang doyan judi. Untung saja Jona yang biasanya cerdas itu tidak bertanya apa hobinya.

My Favorite Doctor {COMPLETED}Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon